Khazanah Islam
Contoh Khutbah Hari Raya Idul Fitri 2021 Tema Hikmah Besar Dibalik Pandemi & Hakikat Silaturahmi
Ibadah saat Idul Fitri adalah melaksanakan sholat ied dan mendengarkan khutbah serta saling bermaaf-maafan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Hari Raya Idul Fitri 2021 bagi umat Islam merupakan hari kemenangan setelah menunaikan ibadah puasa ramadhan selama 30 hari.
Ibadah saat Idul Fitri adalah melaksanakan sholat ied dan mendengarkan khutbah serta saling bermaaf-maafan.
Idul Fitri tepat pada 1 Syawal dalam penanggalan hijriah dan ditentukan dengan sidang Isbat guna melihat hilal.
Ibadah saat Idul Fitri pertama melaksanakan shalat ied dua rakaat dengan rangkaian khutbah.
Bagi yang belum tahu niat sholat idul fitri berkut dalam teks arab dan artinye serta dan Contoh Khutbah Idul Fitri
- Bacaan Sholat Idul Fitri Berjamaah
أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلهِ تَعَــــالَى
Usholli rak’ataini sunnatan li’idil fitri (ma’muman/imaman) lillahi ta’ala
Artinya: Aku berniat sholat sunnah idul fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.
Baca juga: KHUTBAH Idul Fitri 2021 Tema Hikmah Besar Dibalik Pandemi Covid-19, Contoh Khutbah Serta Niat Ied
Berikut Contoh khutbah Idul Fitri 2021 atau Lebaran 1442 Hijriah tema Hikmah Besar Dibalik Pandemi Covid-19 dari berbagai sumber diantaranya dari artikel Buya Yahya .
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
ولله الحمد
الحمد لله رب العالمين
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
قل هو الله احد
الله الصمد
لم يلد ولم يولد
ولم يكن له كفوا احد
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,
Allah SWT mewajibkan kepada kita berpuasa di bulan Ramadhan agar kita sampai kepada pangkat ketakwaan yang sesungguhnya, dan takwa adalah kesuksesan seorang hamba dalam menjalin keharmonisan dengan Allah dan kepada sesama manusia.
Sungguh orang yang baik kepada Allah namun tidak baik kepada sesama bukanlah orang yang bertakwa, dan begitu sebaliknya yang baik kepada sesama manusia. Tetapi durhaka kepada Allah bukanlah orang yang bertakwa.
Hari ini adalah hari raya Idul Fitri, hari untuk mewujudkan keindahan antara sesama, sebagai hari penyempurna dari apa yang kita lakukan di bulan Ramadhan.
Sebulan penuh di bulan Ramadhan kita berusaha untuk berdamai dengan Allah SWT dengan meningkatkan ketaatan kita dan mengurangi kemaksiatan serta memohon ampun kepada Allah siang dan malam, dan bulan itu telah berlalu, semoga Allah SWT menerima amal kita dan memberikan pahala yang berlipat ganda serta mengampuni dosa-dosa kita.
Hari ini adalah saatnya kita berdamai dengan sesama, merajut kembali persaudaraan yang terurai, mempererat kembali persahabatan yang sudah mulai renggang dengan bersilaturahmi, dengan harapan bersama bulan Ramadhan dan disambung dengan hari raya, kita bisa menjadi hamba yang telah sukses memperbaiki hubungan baik dengan Allah SWT dan sesama, itulah ketakwaan yang sesungguhnya.
Saling memaafkan dan peka terhadap penderitaan orang lain tentunya tidak boleh sampai melupakan kepekaan pada orang yang ada dekat di sekitar kita.
Terlebih sosok yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang tua kita. Dalam ajaran agama, orang tua adalah sosok yang mulia dan harus kita hormati serta sayangi selamanya. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik karena mereka adalah ‘Jimat’ kita di dunia.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Ada di antara kita yang pada tahun-tahun yang lalu bisa berjumpa dengan sanak kerabat dan sahabat untuk bersilaturahmi. Akan tetapi, saat ini kebiasaan baik tersebut tertunda karena adanya pandemi yang sudah pasti ada hikmah besar dibalik itu semua.
Maka dari itu kita pun tidak perlu berkecil harapan dengan tidak bisa bersilaturahmi dengan jasad kita, karena ada silaturahmi yang jauh lebih penting, yaitu silaturahmi batin
Dalam bersilaturahmi batin tersebut ada yang kita tuju dan kita cari, yaitu terjalinnya cinta kasih karena Allah SWT.
Dalam menjalin cinta dan kasih, seseorang tidak harus bertemu jasad. Namun, ada banyak jalan menuju cinta bagi yang mengerti makna cinta yang sesungguhnya
Kita bisa menemukan cinta biarpun dengan jarak yang memisahkan, atau di sela-sela kesibukan kita, bahkan di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian umat manusia yang senantiasa menanamkan kebencian.
Kita harus sadar bahwa cinta adalah di dalam hati, bukan sekadar gebyar lahir, seperti semarak hari raya dan berbagai tradisi yang lebih menonjolkan kegiatan rutin serta basa-basi sosial. Akan tetapi, bertemunya hati dalam cinta dan kasih itulah yang akan menghadirkan gebyar hari raya dengan penuh makna
Ada yang perlu dicermati, ketika cinta tidak kunjung terwujud di dalam kebersamaan, yaitu saat cinta tersembunyi di balik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan.
Maka, sesemarak apapun gebyar silaturahmi dzohir yang kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak kita singkap dan singkirkan, sungguh sinar cinta tidak akan kunjung memancar di hati kita.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,
Silaturahmi adalah sebuah istilah yang sering kita dengar, khususnya di saat kita memasuki hari raya ‘Idul Fitri.
Akan tetapi, istilah itu akan menjadi tidak ada artinya jika hanya dilaksanakan dengan gebyar dzohir dengan saling bertemu, bercengkerama, dan bersenda gurau semata tanpa dibarengi dengan bertemunya hati.
Silaturahmi dzohir adalah sekadar upaya dan sarana untuk sampai kepada silaturahmi batin. Yang harus benar-benar disadari bahwa silaturahmi yang sesungguhnya adalah menghadirkan makna kerinduan dan saling cinta di antara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekadar bertemunya jasad.
Silaturahmi adalah hal yang mendekatkan antara hati dengan hati, yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan. Sungguh silaturahmi yang sesungguhnya akan menumbuhkan rasa cinta di antara sesama.
Rasulullah bersabda:
“Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman, dan tidak akan beriman secara sesungguhnya sehingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku beri tahu suatu hal yang jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai? Yaitu, tebarkanlah salam di antara kalian!”(HR. Muslim)
Menebarkan salam baik dengan cara saling mengunjungi atau yang lainnya adalah sarana menuju cinta. Akan tetapi, tujuan yang terpenting adalah terwujudnya rasa saling mencintai seperti yang disabdakan baginda Nabi Muhammad SAW. Saling mencintai itulah yang menghantarkan kita kepada keindahan di hadapan manusia dan keridhoan di hadapan Allah SWT.
Maka dari itu, bagi yang memahami makna silaturahmi yang sesungguhnya tidak akan merasa terhalangi silaturahminya dengan adanya pandemi karena untuk membangun cinta tidak hanya seseorang bertemu jasad dengan saling mengunjungi.
Akan tetapi, kita bisa menjalin silaturahmi dan merajut cinta dengan bermacam-macam cara, seperti mengirim hadiah, mengucapkan selamat hari raya melalui telepon dan media-media sosial yang lainnya, disertai panjatan doa kebaikan dengan penuh kekhusyu’an dan ketulusan, khususnya untuk orang-orang yang berbuat dzolim kepada kita dan semua yang bermasalah dengan kita.
Ada hal lain yang amat perlu untuk dihadirkan di dalam hati kita dalam rangka mewujudkan silaturahmi batin tersebut, yaitu kita harus pastikan bahwa kita adalah orang yang mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, bisa merasakan sakit yang mereka rasakan, dan merasa senang atas kegembiraan yang mereka dapatkan.
Ini semua adalah yang diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW untuk mewujudkan keindahan dalam kebersamaan.
Mukmin sejati akan senantiasa mampu untuk menjalin silaturahmi dalam keadaan apa pun. Jangankan dengan adanya pandemi seperti saat ini, jika dimusuhi sekalipun, bahkan dijauhkan ke ujung dunia dia masih mampu menghadirkan cinta dan kasih sayang karena ia memahami hakikat silaturahmi. Baginya tidak ada penghalang untuk bersilaturahmi, bahkan tidak boleh ada halangan untuk bersilaturahmi biarpun jasad tidak dipertemukan, kesempatan tidak didapat, dan kedzoliman selalu dihunjamkan, seperti yang disabdakan baginda Nabi SAW:
Bukanlah menyambung silaturahmi itu adalah dengan membalas kebaikan seseorang. Akan tetapi, yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus, maka ia memulai untuk menyambungnya.”
Begitu sebaliknya, si kotor hati yang keropos iman dalam keadaan apa pun ia akan selalu menyimpan dengki, benci, dan dendam kepada sesama, kendati kunjungan, reuni, dan beragam silaturahmi dzohir dihadirkan.
Bahkan, bisa jadi kunjungan silaturahmi tersebut akan menjadikan sebab saling menggunjing saat berpisah, yang menjadikan sebab saling bermusuhan, karena semua itu dilakukan hanya dalam rangka kegiatan rutin dan basa-basi sosial semata tanpa adanya kesadaran akan makna silaturahmi batin.
Maka dari itu, dengan keterbatasan kita untuk bisa bersilaturahmi dzohir karena adanya pandemi atau hal-hal yang lain, marilah kita hadirkan makna doa kebaikan dengan tulus kepada Allah SWT untuk orang yang kita cintai bahkan orang-orang yang membenci dan mendengki kita sekalipun.
Kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia,
Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahmi di antara kita. Untuk menggapai hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam.
Dan di saat jasad tidak bisa saling kunjung, masih banyak hal yang bisa kita lakukan yang akan mewakili kunjungan kita. Seperti mengirim hadiah terbaik dan bantuan yang paling bermanfaat di dunia dan di akhirat untuk sanak kerabat dan saudara.
Memanjatkan doa kebaikan, menghaturkan kalimat terindah, memberi maaf yang sesungguhnya, dan meminta maaf setulus-tulusnya.
Khutbah II
(*)