Makanan Khas Pontianak Bingke Putri Sari Sudah Gunakan Resep Turun Temurun Sejak 30 Tahun
Kue Bingka sendiri juga cocok menjadi oleh-oleh atau buah tangan untuk sanak-saudara, tak hanya digemari oleh orang tua untuk teman minum kopi dan san
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Bingka adalah salah satu makanan khas Pontianak yang banyak digemari oleh masyarakat, tak hanya di Pontianak bahkan sudah sampai ke luar negeri.
Diantaranya bingka yang sudah ada sejak 30 tahun lamanya yang merupakan resep turun temurun keluarga dan sudah dijalan oleh dua generasi yakni Bingka Putri Sari.
Owner Bingke Putri Sari, Syari Verawati (39) menjelaskan awal mula lahirnya resep Kue Bingka Putri Sari yang sudah mampu bertahan 30 tahun lamanya tanpa mengubah rasa dan resep.
Berawal dari sang ibunda yang sangat menyukai kuliner akhirnya berhasil melahirkan resep Kue Bingka yang merupakan salah makanan khas Kota Pontianak.
Kue Bingka sendiri juga cocok menjadi oleh-oleh atau buah tangan untuk sanak-saudara, tak hanya digemari oleh orang tua untuk teman minum kopi dan santai, bingka juga digemari semua kalangan.
Kue ini juga biasanya selalu ada di menu buka puasa di Pontianak yang banyak dijual di kantin ramadhan karena harganya yang juga cukup terjangkau.
Berjalannya waktu, saat ini kue bingka sudah banyak varian rasa. Kue bingka sendiri memiliki cita rasa yang manis dan bertekstur lembut.
Baca juga: Kuliner Khas Kota Pontianak, Sotong Pangkong Jadikan Pengujung Tak Bisa Move On
“Untuk Kue bingka atau bingke Putri Sari sudah ada sejak 30 tahun lalu. Awalanya diberi nama Nila Sari yang sudah diturunkan kepada dua generasi. Namun kini berubah menjadi Bingka Putri Sari,”ujar Syari Verawati kepada Tribun Pontianak, Sabtu 8 Mei 2021.
Saat ini Bingka Putri Sari merupakan Home Industri yang berada di Jalan Tanjung Raya 1, Gang Ismita no.9.
“Ini adalah usaha turun temurun dari ibu. Saya sudah meneruskannya sekitar 6 tahun. Kalau dari ibu sudah hampir 30 tahun,”ujar Syari.
Ia menceritakan kenapa sang ibunda memilih menjual kue bingke dimana dulu ibunya sangat suka sekali kuliner dan sering ikut lomba Tim PKK dan Posyandu.
Pada saat ini dicobalah untuk membuat kue bingke akhirnya berhasil memenangkan lomba dan samapia akhirnya diteruskan menjadi usaha yang sampai saat ini diturunkan kepada anak-anaknya yang sudah generasi kedua.
Syari mengatakan Bingka buatanya sudah banyak sekali permintaan yang datang dari luar Kalbar serta sudah sampai keluar negeri.
“Kalau di Indonesia sendiri sudah sampai ke Medan, Riau, Palembang, Balik Papan, Banjar Masin dan daerah Jawa, Bandung Bogor. Kalau di Kota Pontianak sudah seluruhnya banyak yang pesan,”jelasnya.
Sebelum adanya pandemi covid-19, Syari mengatakan sering ada yang order untuk bekal berangkat haji dan untuk oleh-oleh saat mau ke Kuala Lumpur, Malaysia Singapura.
“Jadi sudah kemana-mana yang order tidak hanya di Pontianak saja. Kalau untuk sekarang saya jualannya masih dirumah dan ada beberapa reseller, tapi karena pandemi menjadi berkurang. Namun masih ada satu pondok ramadhan yang menjual saat ini,” jelasnya.
Dikatakannya karena masih bentuk home industri bagi yang ingin pesan dapat langsung datang kerumahnya.
“Jadi biasanya kalau sistem beli dan jual sendiri. Mereka pesan langsung kerumah untuk di jual lagi,”ucapnya.
Menjadi makanan Khas Pontianak, bingke sendiri sangat mudah ditemui. Syari mengatakan yang menjadi ciri khas bingke yang ia jual adalah pada bingke berendam yang masih menggunakan resep asli.
“Bedanya bingke yang saya jual adalah pada bingke berendam asli. Dimana air pada bingka keluar langsung tidak disiram pakai air gula, dan kalau bingke durian memang gunakan durian asli, kalau yang kacang hijau juga gitu,”jelasnya.
Ia mengatakan tidak pernah menggunakan air pewangi. Ada lima jenis bingke yang is jual yakni bingke berendam, keju, durian, ubi rambat dan kacang hijau. Namun yang paling best seller adalah bingke telur dan berendam.
“Saat jelang ramadhan Alhamdulillah pendapat bisa meningkat, tapi saat sudah satu minggu ramadhan menjadi menurun tapi tidak terlalu jauh menurunnya,”ungkapnya.
Ia mengatatakan bHan inti untuk pembuatan bingke tidaklah sulit seperti santan, telur tepung, gula dan susu.
“Kalau untuk prosses pembakarannya tidak sampai 10 menit. Jadi kalau permintaan ramai dalam satu hari bisa membuat bingke sampai 500 cetak, tapi hari normal 200 lebih,”ujarnya.
Dijelakannua mengapa nama bingke nya adalah Putri Sari. Dimana Putri sendiri adalah nama anaknya, dan Sari adalah nama dirinya yakni Syari Verawati.
“Kalau dulu nama awalnya Nila Sari yang sudah ada Hak Patennya setelah itu diganti namanya menjadi Putri Sari,”ucapnya.
Ditengah pandemi Covid-19 diakuinya tidak terlalu pengaruh karena memang dirinya hanya menjual makanan yang memang tidak terlalu berpengaruh ditengah pandemi.
“Jadi hasil penjualannya masih bisa untuk kebutuhan dan pendidikan anak saya. Dulu Saya sempat buka cabang tapi keteteran tidak ada yang jaga. Jadi rukonya saya kontrakan,” ujarnya.
Ia mengatakan selama 30 tahun bingka yang ia jual saat ini tidak pernah merubah rasa dari resep yang asli.
“Jadi kalau kita jualan kalau sudah laris rasanya jangan diubah harus dipertahankan. Disini sYa juga gunakan bahan asli. Resep ini juga merupakan resep turun temurun dari keluarga,”jelasnya.
Adapun harga untuk satu cetak bingke yang ia jual mulai dari harga Rp 14 -16 ribu. Saat ini masih berbentuk home industri yang dibantu lima orany karyawannya.
“Jadi kita buka dari pagi sampai magrib. Biasanya saya mulai adonan dari jam 6 jadi jam 10 an sudah selesai mengerjakan pesanan orang,”pungkasnya. (*)