Apa Itu Badai Sitokin? Kondisi yang Dialami Raditya Oloan Sebelum Meninggal Dunia

Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, pria berusia 36 tahun itu sempat mengalami badai sitokin (cytokine storm) setelah terpapar Covid-19

TRIBUN PONTIANAK/ YOUTUBE
Kolase Raditya Oloan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Suami dari artis peran Joanna Alexandra, Raditya Oloan, meninggal dunia pada Kamis, 6 Mei 2021 setelah sempat dirawat secara intensif di ruang ICU.

Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, pria berusia 36 tahun itu sempat mengalami badai sitokin (cytokine storm) setelah terpapar Covid-19.

Joanna juga sempat membeberkan kondisi sang suami yang tengah kritis karena memiliki komorbid asma dan ginjalnya yang kurang berfungsi dengan baik.

Selain itu, dalam unggahannya di Instagram, Joanna mengatakan bahwa penyebab utama kondisi Radit menurun adalah salah satunya karena hiperinflamasi yang disebabkan oleh badai sitokin tersebut.

"Kondisinya post-covid dengan komorbid asma, and he is going through a cytokine storm yang menyebabkan hyper-inflammation in his whole body," terangnya.

"Ditambah lagi ada infeksi bakteri yang lumayan kuat," lanjut dia.

Baca juga: Raditya Oloan Meninggal, Meninggalnya Raditya Oloan Karena Usai Mengalami Badai Sitokin

Lalu, apa sebenarnya badai sitokin itu dan seberapa bahayanya hingga menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?

Reaksi kekebalan tubuh yang berlebih

Dikutip dari Kompas.com, Sabtu 16 April 2020, penanggung jawab logistik dan perbekalan farmasi RSUP Dr. Kariadi Semarang, Mahirsyah Wellyan, menjelaskan bahwa badai sitokin adalah reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin.

Nah, sitokin sendiri merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Belum lama ini, para peneliti dari Earlham Institute (EI) dan Quadram Institute, yang bekerja sama dengan Korcsmaros Group, telah menemukan perbedaan signifikan antara badai sitokin Covid-19 dan infeksi virus pernapasan lainnya.

Hasil penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Frontiers in Immunology.

"Karena serangan badai sitokin adalah faktor kunci di balik tingkat kematian yang kami lihat pada kelompok pasien Covid-19 tertentu, sangat penting untuk memahami mengapa hal itu terjadi," kata Marton Olbei, pemimpin proyek di Korcsmaros Group.

"Badai sitokin tidak hanya dapat ditemukan di sebagian besar virus corona, tetapi juga virus influenza," tambahnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved