Enam Tanda Puasa Diterima Allah SWT, Nomor Tiga Rawan Dilakukan

Persiapan itu mulai dari jaga kesehatan atau juga  disaat bulan ramadhan ada sebagian umat muslim yang menghentikan aktifitas usahanya. Itu dilakukan

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Satu diantara masyarakat di Pontianak saat berbelanja bukaan puasa belum lama ini. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Mampu melaksanakan ibadah puasa tentu menjadi harapan setiap muslim, sehingga tidak sedikit yang mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya. 

Persiapan itu mulai dari jaga kesehatan atau juga  disaat bulan ramadhan ada sebagian umat muslim yang menghentikan aktifitas usahanya. Itu dilakukan agar ibadah puasa dapat dijalankan dengan baik dan diterima Allah SWT.

Berkenaan dengan ibadah, apapun jenis ibadahnya termasuk ibadah puasa mesti memiliki keyakinan bahwa ibadah kita diterima oleh Allah SWT. 

Dengan keyakinan itu, perlu didukung dengan upaya agar ibadahnya diterima.

Baca juga: Mengapa Taqwa Sebagai Tujuan Dari Ibadah Puasa?

Ketua DPW LDII Kalbar, Susanto mengungkapkan ada beberapa tanda agar ibadah puasa kita diterima Allah SWT yakni:

1. Niatnya murni karena Allah. Menjaga niat ibadah puasa agar tetap lillahi ta'ala sangatlah penting, dan niatan puasa dimulai sebelum memasuki waktu puasa. 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW "Man lam yajmi'i shiama qabla fajri falaa shiyaama lahu" artinya "Barang siapa yang tidak ada niat pada puasa sebelum fajar (subuh) maka baginya tidak ada puasa" (HR Abu Daud).

Sedangkan berkenaan dengan niatan lillahi ta'ala ditegaskan oleh Rasulullah yang artinya "Barang siapa yang berpuasa dibulan suci ramadhan dengan keimanan dan berharap pahala, maka diampuni dosanya yang telah lewat".

Dari hadits tadi menegaskan agar niat berpuasa hanya semata-mata dilandasi keimanan dan berharap pahala, bukan karena yang lain.

2. Meninggalkan perkataan atau cerita -cerita dusta, termasuk menebarkan informasi hoax. 

Ketentuan agar meninggalkan perkataan dusta sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda "Barang siapa yang tidak meninggalkan  perkataan dusta dan mengerjakan dusta, maka Allah SWT tidak ada hajat di dalam puasanya orang (sia-sia) " (HR Bukhari). 

3. Tidak menghibah. Ghibah adalah menggunjingkan kejelekan atau kekurangan orang lain. 

4. Tidak melakukan kemaksiatan.

5. Katakan "inni shoimun" saya berpuasa tatkala ada seseorang yang berbuat dzholim atau mencela terhadap diri kita.

Dari penjelasan nomor 3 - 5 ditegaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits "Puasa adalah perisai, maka ketika salah satu kalian puasa jalan melakukan pelanggaran (ghibah), dan jangan melakukan kebodohan (kemaksiatan) dan ketika ada seseorang yang mencela dengan ucapan atau fisik maka katakan saya sedang berpuasa" (HR Abu Daud).

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved