Sarang Walet Primadona di China, Munsif Sebut Sudah Ada 5 Perusahaan Besar di Kalbar Sudah Produksi

Hak itu disampaikannya usai menghadiri Webinar internasional dengan tema “Menggali potensi ekonomi Kalbar - Tiongkok pasca pandemi “ yang diselenggara

Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK/ANGGITA PUTRI
Kepala Dinas PPKH Kalbar, Muhammad Munsif usai menghadiri Webinar internasional secara virtual yang berlangsung dari Ruang DAR Kantor Gubernur, Jumat 16 April 2021. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Pangan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar, Muhammad Munsif mengatan bahwa sarang burung walet (SBW) setahun terakhir ini menjadi sebuah primadona.

Ternyata Dubes RI di Tiongkok mengkonfirmasi bahwa konsumen terbesar walet dunia adalah China dan mayoritas 90 persen di ekspor dari Indonesia.

“Kita menjadi bagian penting untuk sarang burung walet ini. Di Kalbar untuk produksi selama ini ada 5 perusahaan besar di Kalbar yang berada di Ketangan sebanyak 2 perusahaan, Kota Pontianak dua perusahaan dan 1 perusahaan di Sambas,ujarnya.

Hak itu disampaikannya usai menghadiri Webinar internasional dengan tema “Menggali potensi ekonomi Kalbar - Tiongkok pasca pandemi “ yang diselenggarakan oleh Perum LKBN Antara Biro Kalbar bersama Biro Beijing secara virtual yang berlangsung dari Ruang DAR Kantor Gubernur, Jumat 16 April 2021.

Dikatakannya ada salah satu perusahaan di Ketapang yang sudah mulai eksis, dimana sekarang sudah menghasilkan 350 kg sarang burung walet. Lalu kemampuannya bisa 100 kg perbulan.

Baca juga: Wagub Ria Norsan Sebut Kalbar Potensi Ekspor Ikan Arwana dan Sarang Burung Walet ke China

“Nilainya untuk 1 kg berkisar di angka Rp 120 juta ini merupakan sebuag potensi baru di Kalbar karena di Kalbar punya ribuan ruman walet,”ujarnya.

Ia mengatakan tentu untuk produksinya akan bermuara ke perusahaan yang akan mengekspor biasanya mereka konsentrasi pada pencucian, dan pengolahan.

“Jadi ada perusahaan yang untuk pengumpulan produksi rumah walet dan ada bagian pencucian. Pembinaan ini di bawah Dinas PPKH karena menjual produk dari hewan,”ujarnya.

Dikatakannya bahwa untuk melakukan ekspor harus berada di level satu. Maka mereka akan dianggap sudah punya kemampuan untuk bisa menerapkan SOP.

Jadi harus menerapkan standar higenis karena China sangat ketat sampai kepada hulunya harus jelas.

“Mudah- mudahan lewat kegiatan ini akan menjadi inspirasi untuk perusahaan di Kalbar untuk memanfaatkan peluang pasar besar di China,”pungkasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved