Pasokan Air Bersih di Sukadana Tersendat, UPT Air Bersih Sebut Debit Air Menurun
Beberapa sumber yang mengalami penurunan debit air ini menurut Eman, antara lain Mandi Bintang atau Air Pauh, Nek Otong, Topeng, dan Sarawak.
Penulis: Faiz Iqbal Maulid | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAYONG UTARA - Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Air Bersih Dinas PUPR Kayong Utara, Eman Awaludin mengungkapkan sebab air bersih tidak lancar mengalir di sejumlah titik di Sukadana.
Dia menerangkan, pelayanan tidak seperti keadaan normal lantaran debit air dari sejumlah sumber mengalami penurunan.
Bahkan, kata Eman, saringan pipa terlihat dari permukaan air di masing-masing broncep.
Beberapa sumber yang mengalami penurunan debit air ini menurut Eman, antara lain Mandi Bintang atau Air Pauh, Nek Otong, Topeng, dan Sarawak.
"Bagi pelanggan yang air masih mengalir untuk segera menghemat pemakaian air. Bagi pelanggan yang tidak mengalir kami mohon maaf atas ketidaknyamanan dalam pelayanan ini," kata Eman kepada tribunpontianak.co.id, Kamis 15 April 2021.
Eman lantas merinci wilayah-wilayah yang terdampak oleh penurunan debut air ini.
Baca juga: Kemenag Kayong Utara: Sahur dan Buka Puasa Dianjurkan di Rumah Masing-Masing
Diantaranya untuk sumber Mandi Bintang atau Air Pauh yang terdampak Kompleks Villa Anugerah 1 dan 2 serta kompleks perkantoran pemerintah. Kecuali Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan Dinas Lingkungan Hidup.
Untuk sumber Nek Otong, yang terdampak diantaranta Jalan Bhayangkara, Jalan Ratu Nirmala, Jalan Model, Jalan Sepakat, Jalan Veteran, Jalan Tanjungpura, dan Jalan Kota Karang.
Kemudian untuk sumber Topeng yakni dari Jalan Tanah Merah hingga jembatan pasar serta Jalan Batu Daya 2.
Sedangkan untuk sumber Sarawak yang terdampak adalah Pendopo Bupati dan kawasan Pantai Pulau Datok.
Eman mengatakan, kita sebagai masyarakat harus memahami keadaan alam sekarang.
Karena menurutnya, yang membutuhkan air bukan manusia saja, tetapi semua makhluk hidup.
"Kita sebagai masyarakat harus memahami keadaan alam sekarang, karena yang membutuhkan air bukan manusia saja, tapi semua makhluk hidup. Menurut kami, saat ini cuaca dikatakan hujan pun ndak, panas pun ndak, artinya semua nanggung," ucap Eman. (*)