Launching Kampong Sotong Pangkong di Jalan Merdeka, Edi Kamtono: Rasa dan Sensasinya Memang Beda
Yang membedakan dari sambalnya, ada sambal kacang dan sambal ebi, tapi tergantung selera juga,
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ramadan yang sebentar lagi tiba memang menjadi momen yang ditunggu para pedagang sotong pangkong, khususnya di Jalan Merdeka.
Minggu 11 April 2021, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono melakukan launching Kampong Sotong Pangkong di Jalan Merdeka, Gang Murai, Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak.
Satu di antara pedagang sotong pangkong di Jalan Merdeka, Mardiana, mengatakan dirinya yang berjualan sejak 10 tahun silam. Selama Ramadan nanti pedagang akan berjualan hingga tengah malam.
Mardiana pun mengungkapkan ada beberapa perbedaan antara sotong pangkong yang dijualnya itu.
Baca juga: Kadiskumdag Pontianak Komitmen Jadikan Usaha Sotong Pangkong Sebagai Penghasilan Utama Masyarakat
"Yang membedakan dari sambalnya, ada sambal kacang dan sambal ebi, tapi tergantung selera juga," katanya.
Ada beberapa varian harga yang dijualnya, mulai dari porsi yang kecil seharga Rp 15 ribu dan seharga Rp 30 ribu untuk porsi besar.
Ia mengatakan, penghasilan di tengah pandemi Covid-19 ini dalam setiap hari kurang lebih Rp 300 ribu.
"Belum nampak sih, tapi orang-orang sudah mulai masuk. Tapi belum tahu di Ramadan nanti. Tapi dalam satu hari tergantung, kalau sepi bisa Rp 300 ribu, kalau agak ramai bisa Rp 700 ribu ke atas," katanya.
Mardiana mengungkapkan, sotong pangkong yang dijualnya berbeda dengan sotong giling.
Sotong giling merupakan cumi kering yang dibakar dan dipipihkan menggunakan palu. Pengajuannya menggunakan kuah sambal.
Sedangkan pada sotong giling prosesnya menggunakan mesin, sehingga rasa manisnya berkurang.
"Tapi kita kan dari dipangkong agak kenyal- kenyal sikit, ada manisnya," ungkapnya.
Selama pandemi Covid-19 ini, ia juga sudah menyiapkan berbagai fasilitas protokol kesehatan agar tetap aman dari Covid-19.
"Pasti protokol kesehatan, kalau enggak ada air, kita pakai hand sanitizer, jadi kalau ada konsumen mau beli tinggal pencet jak enggak repot," katanya.
Pedagang sotong pangkong lainnya, Mak Ida, mengatakan sebelum Ramadan di masa pandemi Covid-19 ini, setiap harinya ia berjualan hanya pada pukul 19.00 hingga pukul 22.00 WIB.
Namun pada bulan Ramadan nanti, dirinya akan berjualan mulai pukul 19.00 hingga pukul 00.00 WIB.
Baca juga: Pedagang Sotong Pangkong Pontianak Ungkap Penghasilan Menurun Hingga 70 Persen Selama Pandemi
"Karena kalau di bulan puasa kan orang datang membeli itu setelah salat Tarawih, jadi kita buka sampai jam 12 malam," kata Mak Ida.
Mak Ida yang sudah delapan tahun berjualan sotong pangkong ini mengungkapkan, sebelum adanya pandemi Covid-19 penghasilan setiap harinya bisa mencapai Rp 1 juta rupiah. Namun selama pandemi menurun drastic hingga 70 persen.
"Penghasilan lumayan tergantung pembeli, tapi kalau sekarang pandemi ada Rp 300-an ribu. Kalau hari-hari sebelumnya capai Rp 1 juta. Karena sekarang kan konsumen tidak berani keluar beli karena pandemi, sehingga enggak ramai," ungkapnya.
Usai launching, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyampaikan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak mensupport dan memfasilitasi para pelaku usaha kuliner sotong pangkong agar meningkatkan kualitas dan inovasi untuk produknya.
Menurutnya, sotong pangkong menjadi makanan khas Kota Pontianak selama 30 tahun yang lalu, tentu diharapkannya bisa menjadi daya tarik kepada para wisatawan, baik dari dalam maupun dari luar.
"Tidak hanya pada saat bulan Ramadan, tetapi juga pada bulan-bulan lainnya. Bagi mereka yang ingin mencicipi sotong pangkong, sentranya di Kelurahan Mariana, Jalan Merdeka Barat. Tidak hanya warga Kota Pontianak yang datang mencicipi, banyak juga warga dari luar yang penasaran dengan rasanya," jelas Edi Rusdi Kamtono.
Sotong pangkong yang menjadi ciri khas ini merupakan cumi kering yang dibakar dan dipipihkan menggunakan palu yang disajikan dengan sambal sehingga terasa lebih nikmat.
Menurutnya, dengan membuat berbagai varian sambal yang bermacam-macam akan memberikan alternatif pilihan bagi penikmat sotong pangkong.
Lantaran sotong pangkong ini memiliki rasa khas sedikit manis yang dilakukan dengan penyajian cepat dengan cara dibakar dan dipangkong.
"Ini yang kita kemas dari kualitas dan higenisnya sehingga berdampak kepada perekonomian. Jadi cara memakannya, rasanya, sensasinya memang beda dengan yang lain," ungkapnya.
Karena masih di tengah pandemi Covid-19, Edi mewajibkan para pedagang tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 secara ketat, mulai dari penyediaan tempat cuci tangan atau hand sanitizer dan tidak terlalu ramai
"Ketika dalam keadaan sedang tidak makan, sebaiknya tetap mengenakan masker. Jika protokol kesehatan ditaati, maka bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dan ekonomi tetap bergerak," jelasnya.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Kadiskumdag) Kota Pontianak, Junaidi menyampaikan pihaknya akan terus berupaya untuk menjadikan usaha sotong pangkong menjadi penghasilan utama bagi masyarakat Kota Pontianak.
Ia mengatakan, sebelumnya sotong pangkong hanya menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat.
“Sebenarnya sotong pangkong ini musiman di bulan Ramadan tidak menjadi suatu pekerjaan yang utama, hanya saja penghasilan tambahan. Maka kita akan kemas produk ini, tidak hanya pada momen Ramadan saja, tapi kita akan kemas lebih berkualitas sehingga menjadi terkenal dan viral," ujarnya.
Ia berharap sotong pangkong yang berada di Jalan Merdeka bisa menjadi ikon wisata kuliner yang didatangi oleh para wisatawan tidak hanya dalam kota tapi luar kota. Oleh karena itu tentunya kualitas harus terjaga dengan baik.
"Kita akan terus melakukan pembinaan kepada para pedagang sotong pangkong dan tentu kualitas dan kebersihannya yang perlu diperhatikan, apalagi para tamu dari luar. Sehingga akan menjadi penghasilan utama bagi masyarakat Kota Pontianak," katanya.