Pimpinan Parpol di Daerah Sentralistik, Pengamat Nilai Mestinya Tercipta Kompetisi dan Demokratisasi

Penilaian ini diterangkan Jumadi menyusul parpol yang melakukan penunjukan pimpinan partai di daerah dengan sistem sentralistik, satu diantaranya PKB

Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Pengamat Politik Untan, Dr. Jumadi, M.Si . IST 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Politik Untan, Dr. Jumadi, M.Si menilai mestinya parpol menciptakan demokrasi diinternal partai.

Dalam hal ini yang dimaksud akademisi FISIP Untan tersebut ialah adanya kompetisi didalam internal partai.

Penilaian ini diterangkan Jumadi menyusul parpol yang melakukan penunjukan pimpinan partai di daerah dengan sistem sentralistik, satu diantaranya PKB yang baru selesai menggelar muscab.

Berikut penuturannya.

Tentu soal siapa yang ditunjuk oleh DPP tentu menjadi kewenangan DPP, tentu ada pertimbangan tertentu. Tentu secara internal PKB lebih paham.

Baca juga: Polisi Kunjungi Kantor Partai Demokrat, Jumadi Nilai Polisi Tak Perlu Masuk Jauh ke Ranah Politik

Memang kecendrungan sebagian besar partai dalam hal menentukan kepemimpinan ditingkat Provinsi dan Kabupaten Kota cenderung sentralistik.

Mekanisme yang demokratis seperti yang terjadi pada masa yang lalu, ada kompetisi, cenderung diminimalisir.

Bukan hanya PDIP, Golkar misalnya, namun sebagian besar termasuk PKB sekarang juga sentralistik, kewenangan sepenuhnya menjadi kewenangan ataupun otoritas DPP, tentu dengan pertimbangan ditingkat provinsi.

Ada positifnya, akan meminimalisir konflik internal, karena gesekan dalam hal menentukan kepemimpinan tidak akan terjadi.

Cuma tentu mekanisme demokrasi di internal partai akan tergerus, itulah yang memungkinkan siapa yang menjadi keinginan provinsi dan pusat, itu yang terjadi.

Kita tidak tau misalnya kenapa sebagian besar partai tidak berani membangun demokrasi diinternal partai, cenderung sentralistik dalam hal pengambilan keputusan.

Satu diantara kelemahan sentralistik tidak ada pertimbangan-pertimbangan mekanisme demokratis diinternal partai.

Dalam kondisi seperti itu tidak mungkin orang lain berbeda, apa yang menjadi keinginan provinsi dan pusat tentu samina wa athona, begitulah bahasa arabnya.

Saya juga heran, mungkin pertimbangan utamanya untuk meminimalisir gesekan dan konflik, namun menurut saya sebuah keniscayaan, disitulah letak penting sistem mekanisme dibangun di demokrasi diinternal partai.

Saran saya, mekanisme diinternal partai mesti berjalan, karena partai salah satu pilar demokrasi

Jika partai sudah mengajarkan dengan cara sentralistik, tidak demokratis, maka bagaimana mereka mengajarkan kepada publik bersifat demokratis.

Regenerasi di parpol sebuah keniscayaan, tapi semua tentu kembali pada parpol untuk bisa mensikapi perubahan apa yang menjadi keinginan publik, tentu publik punya penilaian tersendiri para parpol. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved