Anton Medan dan Johny Indo Kini Telah Tiada! Berikut Rekam Jejak 2 Preman Tobat yang Nyaris Sama
Semasa hidup Anton Medan kerap bersama mantan preman fenomenal di Indonesia, Johny Indo, mengunjungi para nara pidana (napi) di sejumlah tempat Tanah
"Awalnya main-main. Ketika itu saya coba-coba menembakkan senjata dan orang ketakutan. Bahkan ada orang yang meninggalkan hartanya. Setelah itu menjadi keterusan," tutur Johny mengenang dalam wawancara dengan SCTV pada Desember 2002.
Johny bersama komplotannya bernama Pachinko (Pasukan China Kota) kemudian bikin geger sepanjang 1970-an lewat deretan aksi perampokan terhadap orang-orang kaya asing di Indonesia.
Salah satu aksi terkenalnya adalah merampok toko emas di Cikini, Jakarta Pusat, pada 1979.
Selama sekitar 10 tahun aktif merampok, Johny mengaku berhasil mengumpulkan total 129 kilogram emas.
Sungguh bertolak belakang dengan kejahatannya, Johny bak karakter 'Robin Hood' bagi masyarakat miskin.
Diketahui, hasil rampoknya juga ia bagikan kepada orang-orang kurang mampu.
Selain itu, Johny punya kode etik. Selama merampok, ia dan komplotannya pantang membahayakan nyawa calon korban dan tidak boleh mengganggu perempuan.
Sehingga, para korban Johny minimal mengalami luka-luka ringan.
Baca juga: Profil Johny Indo Aktor Indonesia, Mantan Pemimpin Komplotan Perampok Kelas Kakap Bernama Panchinko
Pelarian dari Nusakambangan Johny dan komplotannya masuk daftar pencarian polisi.
Akan tetapi, mereka lolos berkali-kali. Pada akhirnya, Johny ditangkap polisi pada 26 April 1979 di Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, setelah anggota Pachinko lebih dulu diamankan.
Johny kemudian divonis hukuman penjara selama 14 tahun dan mendekam di penjara Nusakambangan.
Baru menjalani masa tahanan selama tiga tahun, Johny kabur dari Nusakambangan dan lari ke hutan.
Menghadapi kerasnya persembunyian di hutan berisi binatang buas, Johny pun menyerah setelah 11 hari lari dari Nusakambangan.
Johny menyelesaikan masa hukumannya dan bebas pada 27 Februari 1988.
Jadi Aktor Sebelum resmi bebas dari penjara, Johny Indo membintangi film mengenai kisah pelariannya dari Nusakambangan.
Dilaporkan Harian Kompas edisi 20 Maret 1987, Johny melakukan pengambilan gambar untuk film berjudul Johny Indo, Kisah Nyata Seorang Narapidana saat masih menjalani masa tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Malang, Jawa Timur.
Film yang rilis di tahun yang sama itu kemudian menjadi sukses.
Sehingga, Johny melanjutkan kiprahnya sebagai aktor selepas terbebas dari tahanan.
Tercatat, ia membintangi sejumlah film seperti Badai Jalanan, Titisan Si Pitung, Misteri Cinta, Tembok Derita, dan sebagainya.
Mualaf dan jadi pendakwah
Tak hanya itu, Johny mengalami perjalanan spritual. Dia memutuskan menjadi mualaf selepas keluar dari penjara.
Keputusan tersebut mendapat pertentangan dari pihak keluarga. Johny bahkan bercerai dengan istrinya, Stella.
Johny kemudian menjadi pendakwah sekaligus pengusaha batu akik di kawasan Poncol, Jakarta.
Berganti nama menjadi Ki Umar Billah Al-Jhon Indo, ia berdakwah dari kampung ke kampung.
"Saya berprinsip, hidup saat ini mencari makan halal saja. Walau itu kecil, asal berkah," ujar Johny, masih di acara di Bengkulu.
Johny juga menceritakan, dari usaha kecilnya, dia bisa menjadikan anaknya seorang dokter dan ahli IT di Hongkong.
"Masa anak preman bisa jadi dokter? Bisa, asal dijalankan mengharap ridho dari Allah," ungkapnya.
Johny mengaku pernah tak diberi honor saat menjadi penceramah.
Kala itu, ia terpaksa harus pulang berjalan kaki berpuluh kilometer karena tak punya uang untuk naik angkot.
Namun, beberapa waktu kemudian, ia mendapatkan tawaran dari pengusaha kaya untuk mengisi ceramah di perusahaan pengusaha tersebut dengan bayaran jutaan rupiah.
Baca juga: Johny Indo Meninggal Dunia, Ini Daftar Film yang Pernah Dibintangi Robin Hood Indonesia
"Saat itu saya terkejut, begitu besarnya uang tersebut," kata Johny.
Dalam acara yang sama, Johny mengungkapkan kisahnya berangkat haji ke Mekkah secara gratis.
"Saat itu, saya melihat sampah begitu banyak di selokan kampung saya, tak ada yang mau membersihkannya. Lalu, secara inisiatif, saya bersihkan sampah yang berbau busuk dan menumpuk itu. Secara tak sengaja, lewatlah pangeran Arab keturunan Raja Fahd. Dia turun dari mobil dan aneh melihat saya bertato membersihkan sampah," kenangnya.
Saat itu, pangeran Arab itu mengomentari tato yang dimilikinya dengan kata haram.
Johny sempat mendebat hal tersebut. Rupanya, pasca-pertemuan itulah pangeran Arab itu menjemputnya dengan jet pribadi agar Jhony berangkat haji dengan layanan super-VVIP.
"Itu hikmah dari kerja ikhlas, buahnya nikmat saya bisa berangkat haji," tambahnya.
Kini, telah setahun Johny wafat. Dilansir Tribunnews edisi, Senin 27 Januari 2020, pada pusaranya saat pemakaman, tertulis nama Johny Indo sebagai: H. Umar Billah bin M. Yahya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anton Medan Meninggal Setelah Berjuang Lawan Stroke dan Diabetes" dan "Setahun Wafatnya Johny Indo, Mantan Preman Perampok Emas yang Peduli Rakyat Kecil"