Sekda Sintang Dorong Hasil Tenun Ikat Ensaid Dipromosikan Melalui Media Sosial
Apalagi hal ini sejalan dengan konsen dengan konsep Pemkab Sintang pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan Sintang Lestari.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang, Yosepha Hasnah membuka pelaksanaan Pelatihan Diversifikasi Tenun Ikat di Betang Ensaid Panjang Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai pada Sabtu, kemarin.
Pelatihan yang diikuti 20 orang pengrajin tenun ikat tersebut difasilitasi oleh Pemkab Sintang, KalFor, Solidaridad.
“Saya sangat senang para pengrajin tenun ikat Betang Ensaid Panjang bisa dibimbing langsung oleh orang-orang berpengalaman dari Lawe Yogyakarta. Saya sangat berharap, impian saya yakni munculnya banyak produk turunan dari tenun ikat ini betul-betul bisa diwujudkan,” kata Yosepha.
Pada kesempatan itu, Yosepha Hasnah mendorong agar hasil kerajinan tangan dari pengrajin tenun ikat memanfaatkan teknologi informasi dalam memasarkan tenun ikat khas sintang.
Baca juga: Kalimantan Forest Project Latih 20 Penenun Buat Kreasi Produk Turunan Tenun Ikat Sintang
“Beberapa waktu lalu, ibu-ibu pengrajin tenun ikat juga sudah dilatih untuk promosi dan penjualan tenun ikat secara online dengan memanfaatkan media sosial. Karena kita sedang dalam keadaan pandemi covid-19, ibu-ibu pengrajin juga dituntut bisa memanfaatkan internet untuk menjual dan mempromosikan produknya. Karena bertemu langsung saat ini masih dibatasi, tetapi jika menggunakan internet, sama sekali tidak ada hambatan untuk bertemu,” harap Yosepha.
Yosepha menyampaikan sangat menyambut baik pelatihan ini.
Apalagi hal ini sejalan dengan konsen dengan konsep Pemkab Sintang pembangunan berkelanjutan atau dikenal dengan Sintang Lestari.
Kesempatan untuk berlatih bersama pembimbing dari Lawe Yogyakarta untuk membuat diversitas tenun kata Yosepha harus maksimal dimanfaatkan oleh penenun, agar dapat membuat produk turunan kain tenun yang bervariasi, seperti tas, masker dan lain sebagainya.
“Para wisatawan yang datang itu, ada yang mencari kerajinan yang asli tetapi ada juga yang hanya mencari souvenir yang harganya agak rendah. Ini yang harus dimanfaatkan," ujarnya.
Yosepha berharap, narasumber dan pelatih dari Lawe Yogyakarta dapat dampingi dan membimbing ibu-ibu pengerajin tenun ikat yang hasil tenun mereka selalu ada, tidak pernah habis dan tetap produktif.
Hanya memang belum ada produk turunan dari tenun ikat.
“Saya berharap pelatihan ini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan ibu-ibu pengrajin dalam menghasilkan diversifikasi produk tenun ikat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan para pengrajin ke depannya ” harap Yosepha Hasnah.(*)