Kalimantan Forest Project Latih 20 Penenun Buat Kreasi Produk Turunan Tenun Ikat Sintang
Dari pengamatan Desy, penenun itu didominasi oleh kalangan tua, sehingga pihaknya ingin generasi muda juga terlibat dalam produksi tenun ikat ini.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Pemerintah Kabupaten Sintang, bekerjasama dengan Kalimantan Forest Project (KalFor Project) membekali 20 penenenun di Betang Ensaid tentang diversifikasi produk tenun ikat.
Pelatihan yang dilaksanakan lima hari sejak Sabtu, kemarin ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penenun dalam menciptakan inovasi-inovasi baru dalam kreasi produk turunan tenun ikat Ensaid Panjang.
Desy Ratnasari, Regional Fasilitator Kalfor Project mengatakan Desa Ensaid Panjang telah terkenal sebagai penghasil produk tenun ikat yang berkualitas di Kabupaten Sintang.
Namun produk yang dihasilkan masih terbatas dalam bentuk lembaran kain, selendang maupun syal.
Baca juga: Penetapan Bupati dan Wakil Bupati Sintang Terpilih di Hari Ulang Tahun, Jarot: Terima Kasih Kadonya
Masyarakat kata dia, belum terbiasa menghasilkan produk-produk turunan yang lebih menarik dan dapat dipasarkan secara lebih intensif.
“Melalui pelatihan ini, diharapkan penenun dapat belajar untuk menghasilkan produk turunan tenun yang lebih inovatif, sehingga dapat dijual sebagai survenir dnegan harga bervariasi, bersaing, bermanfaat dan mudah dibawa pulang. Produk turunnan tenun bisa seperti dompet, cover buku, tas atau masker,” kata Desy.
Selain untuk meningkatkan kapasitas ibu penenun meningkatkan kemampuan menjahit untuk membuat inovasi baru dari turunan tenun ikat, pelatihan ini juga mendorong generasi muda untuk terlibat.
Sebab dari pengamatan Desy, penenun itu didominasi oleh kalangan tua, sehingga pihaknya ingin generasi muda juga terlibat dalam produksi tenun ikat ini.
“Kami berharap kaum muda juga bisa meneruskan tradisi yang baik ini dalam hal membuat kain tenun ikat. Dalam hal pendampingan ini, kami ingin mewujudkan desa yang inovatif dan berkualitas dalam rangka menjaga areal hutan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. KalFor bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kami bekerja di Kabupaten Sintang di 3 desa yakni Ensaid Panjang, Bangun dan Sungai Buluh. Mengapa konsen di Ensaid Panjang karena program pendampingan desanya sudah lebih maju,” beber Desy.
Pelaksana program pendampingan desa ini adalah dari Solidaridad yang berpengalaman dalam pendampingan desa, peningkatan kapasitas masyarakat, meningkatkan kemampuan desa menuju desa mandiri.
Selain itu, KalFor Project juga melibatkan Lawe Indonesia yang berbasis di Yogyakarta dan berpengalaman dalam mendorong diversifikasi produk tenun di seluruh Indonesia.
Mulai dari Lombok, Nusa Tenggara Barat serta tempat lain termasuk di Sintang.
“Secara keseluruhan, kami ingin masyarakat menjaga hutan namun tetap bisa memanfaatkan hutan yakni menggunakan bahan pewarna alami untuk mewarnai tenun. Inilah insentif yang kami berikan kepada masyarakat yang ada di sekitar hutan. Kami memberikan dukungan peningkatan produk tenun ini. Kami bekerjasama dengan Solidaridad untuk memperbanyak dan mengembangkan tanaman pewarna alami tenun ikat yang biasa digunakan oleh para penenun,” katanya. (*)