MURKA TRUMP terhadap Wapres Amerika Mike Pence, Berikut Kronologis Penyebabnya
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tampaknya sangat murka dengan Wakil Presiden AS, Mike Pence.
Pernyataan publik dari wakil presiden itu dianggap tetap merupakan hal yang sangat di luar dugaa, karena ia yang telah menghabiskan 4 tahun terakhir untuk membela presiden dan dengan hati-hati menghindari kemarahannya.
Trump yang marah berisiko membahayakan masa depan politik Pence yang direncanakan dengan cermat.
Pence mengincar pencalonan diri ke Gedung Putih pada 2024 dan telah mengandalkan tahun-tahun kesetiaannya kepada Trump untuk membantunya menonjol di tempat yang diperkirakan akan mendatangkan pendukung.
Bahkan di luar jabatannya, Trump diperkirakan akan tetap menjadi pemimpin de facto Partai Republik dan raja politik selama bertahun-tahun yang akan datang.
Trump menghabiskan sebagian besar hari pada Rabu (6/1/2021) diliputi kemarahan atas tindakan Pence, bahkan ketika pengunjuk rasa yang kejam mengerumuni Capitol AS, memaksa anggota parlemen untuk bersembunyi dan menghentikan persidangan.
Baca juga: DONALD Trump Kini Tak Lagi Presiden Amerika? Joe Biden Kantongi 306 Electoral Vote Electoral Collage
Bahkan ketika demo AS di gedung Capitol terjadi, sebagian besar perhatian Trump tertuju pada Pence, menurut seorang pejabat Gedung Putih yang berbicara hanya dengan syarat anonim untuk membahas masalah internal.
Pence digiring keluar dari ruang Senat ke lokasi yang aman saat pengunjuk rasa menerobos gedung.
Wakil presiden itu sempat berbicara dengan penjabat menteri pertahanan untuk membahas mobilisasi Pengawal Nasional Washington pada Rabu sore.
Pence menjelaskan dalam surat tiga halamannya bahwa dia akan mengikuti Konstitusi, bukan panglima tertinggi negara, tidak peduli dampak politiknya.
Dia menekankan bahwa seorang wakil presiden tidak memiliki kekuasaan sepihak di bawah Konstitusi dan aturan kongres yang mengatur penghitungan Electoral College.
Aturan tersebut menjelaskan bahwa anggota DPR dan Senat memiliki hak penuh untuk menyuarakan keberatan dan menilai kepatutan mereka.
Jadi, saat kampanye Trump berlanjut dalam cuaca dingin yang menggigit, Pence mulai membuka sertifikat suara elektoral dari masing-masing negara bagian, lalu menyerahkannya kepada "teller" yang ditunjuk dari DPR dan Senat dalam urutan abjad.
Proses tersebut segera ditunda karena pengunjuk rasa masuk ke Capitol, membuat polisi kewalahan dan memaksa evakuasi wakil presiden serta anggota Kongres.
"Kekerasan dan kehancuran yang terjadi di US Capitol Harus Dihentikan dan Harus Berhenti Sekarang," tweet Pence kemudian.
"Siapa pun yang terlibat harus menghormati petugas Penegakan Hukum dan segera meninggalkan gedung," tandasnya.