Juru Pelihara Lawang Kuari Harap Penataan Terus Berlanjut dan Semakin Berkualitas
Selain itu, sejumlah fasilitas pendukung pun masih belum didirikan seperti dermaga untuk perahu bersandar, tempat sampah khusus dan air yang belum men
Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Juru pelihara keramat Lawang Kuari Sekadau harap Pemerintah Kabupaten Sekadau terus menata objek wisata Lawang Kuari, Minggu 3 Januari 2021.
Juru pelihara keramat Lawang Sewu, Abang Senen mengatakan hingga saat ini belum ada kepastian mengenai sistem pengelolaan objek wisata Lawang Kuari.
Selain itu, sejumlah fasilitas pendukung pun masih belum didirikan seperti dermaga untuk perahu bersandar, tempat sampah khusus dan air yang belum mengalir.
" Semoga di tahun ini semuanya yang belum ada di tambah, dan lebih jelas sistem pengelolaannya. Karena sekarang saya hanya melakukan apa yang saya bisa, untuk pemeliharaan agar tidak kotor dan sebagainya," ungkap Senen.
Baca juga: Lawang Kuari Sekadau Jadi Objek Wisata Favorit Masyarakat Sekadau
Lebih lanjut, Senen berharap dengan anggaran yang tersedia, penataan objek wisata yang menjadi aset Pemerintah Kabupaten Sekadau itu dapat semakin baik kedepannya, kualitas pembangunan pun semakin baik.
"Kalau sudah baik bangunannya, baik pengelolaannya, kan nantinya hasilnya kembali lagi ke pemerintah daerah. Kita juga berharap Pemerintah Pusat melihat potensi ini," ujar Sanen.
Senen mengatakan, untuk luas Lawang Kuari saat ini sekitar 2 hektare. Dengan posisi batu panjang yang menjadi bagian depan Lawang Kuari sepanjang 500 meter dan di tengah-tengah terdapat kolam yang disebut sebagai tempat pemandian bidadari.
Ia pun menceritakan secara singkat asal muasal dari adanya Lawang Kuari. Senen menceritakan menurut cerita jaman dahulu, pada abad ke 17 terdapat sebuah kerajaan di Sekadau yang dipimpin oleh Raja Engkong yang memiliki 3 putra yakni, Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong.
Pada masa itu belum memiliki agama, yang ada hanyalah suku Kematu, Kendawang dan Benawas.
Sesudah Pangeran Engkong wafat, Kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain.
Baca juga: Kapolres Sekadau Apresiasi Kepatuhan Masyarakat Sekadau di Malam Pergantian Tahun Baru
Karena kecewa Pangeran Agong meninggalkan Sekadau menuju Daerah Lawang Kuari dan menetap di Lawang Kuari yang artinya pintu pelarian dan sudah menjadi tempat keramat sejak lama.
Pada saat menetap di Lawang Kuari, Pangeran Agong dan pengikutnya di serang musuh dari kerajaan lain. Karena serangan tersebut, Pangeran Agong dibantu oleh keramat yang menyebabkan seluruh pengikutnya menghilang, tidak terlihat secara kasat mata.
"Sampai sekarang tidak diketahui keberadaan pangeran Agong dan pengikutnya, karena mereka tidak terlihat. Hanya orang-orang khusus yang bisa melihat tempat ini ramai sekali," tandas Senen.
Dipercaya hingga saat ini Pangeran Agong dan pengikutnya masih mendiami wilayah Lawang Kuari. (*)