Warga Damba Perbaikan Jalan Lingkar Kelam untuk Tunjang Destinasi Wisata
Berawal dari wisata persawahan yang dibuat oleh Sudirwan, kini sudah ada enam tempat wisata baru bermunculan dengan konsep Eco-agrowisata
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Ketua Kelompok Masyarakat Peduli Eco-Agrowisata (KMPE) Kelam Permai, Sanda mengungkapkan masyarakat yang berada di lingkar TWA Gunung Kelam, saat ini sudah mulai bergeliat untuk memanfaatkan pekarangan tanah menjadi destinasi wisata dalam setahun belakangan.
Berawal dari wisata persawahan yang dibuat oleh Sudirwan, kini sudah ada enam tempat wisata baru bermunculan dengan konsep Eco-agrowisata, beberapa di antaranya tergabung dalam KMPE dan didampingi oleh Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S).
Eco-Agrowisata tersebut, dikelola mandiri dan swadaya.
“Dengan dimulainya oleh Sudirwan, hanya dengan modal dan usaha sendiri didampingi P4S, sekarang sudah banyak bermunculan di tempat lain,” kata Sanda.
Baca juga: Sulap Sawah Jadi Objek Wisata di Lingkar TWA Gunung Kelam
Sanda bersyukur, masyarakat yang berada di lingkar kelam mulai bergeliat memanfaatkan magnet keberadaan wisata alam batu monolit terbesar di dunia yang hanya ada di Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalbar tersebut.
“Kalau punya tanah jangan dijual ke investor. Nanti jadi milik orang, sementara masyarakat hanya jadi penonton di tanah sendiri. Pertahankan tanah yang jadi milik kita, ditata untuk menghasilkan uang untuk kita,” ujar Sanda.
Meski saat ini sudah bermunculan sejumlah destinasi wisata baru berkonsep eco-agrowisata di lingkar kelam, Sanda melihat hal itu belum cukup tanpa ada campur tangan pemerintah.
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menunjang potensi pariwisata di kawasan TWA Gunung Kelam, yaitu akses jalan yang baik.
“Kami mau berteriak ke pemerintah daerah, yang harus diurus jalan ini. Bukan hanya diperbaiki, tapi juga dilebarkan. Mengapa, karena objek yang harus dijual kedepan bukan hanya untuk masyarakat Sintang, sampai ke dunia luar. Tapi aksesnya belum layak. Tapi kami tahu anggaran pemerintah juga terbatas ya,” kata Sanda.
Sanda berharap, dengan adanya KMPE, masyarakat di lingkar kelam dapat manfaat ekonomi dari keberadaan batu terbesar di dunia yang hanya ada di Kabupaten Sintang, tersebut.
“Maunya kami menjadi besar, bukan hanya bukit kelamnya yang besar, tapi usaha kita juga menjadi besar, untuk kepentingan masyarakat kita sendiri,” harapnya. (*)