Digitalisasi UMKM, HIPMI Dorong Pertumbuhan Melalui Kolaborasi Pengusaha Makro dan Mikro
Keadaan alam membuat roda bisnis dan pelaku usaha bergerak untuk bertahan dan menembus angka tertinggi sejak awal tahun ini.
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Dunia UMKM saat ini sangat berkembang pesat. Satu diantara cara dalam mengembangkannya ialah dengan memanfaatkan digitalisasi.
Ketua Bidang 6 HIPMI Kalbar, M Rizal Edwin hadir dalam acara Triponcast (Tribun Pontianak Official Podcast) dengan program Bebincang Bisnis, Selasa 15 Desember.
Dengan disapa Edwin, ia banyak menuturkan segala perkembangan dan pengaruh digitalisasi di dunia UMKM. Khususnya bagi UMKM kecil dan menengah. Fasilitator itu diprogramkan bagi HIPMI Kalbar dalam menaungi bisnis di tengah Pandemi Covid-19.
Berbicara banyak tentang bisinis, hal utama yang menjadi fokusnya ialah metode bertahan dari trainer terbesar yaitu 'Pandemi Covid'.
Keadaan alam membuat roda bisnis dan pelaku usaha bergerak untuk bertahan dan menembus angka tertinggi sejak awal tahun ini.
Baca juga: Dorong Ekonomi Alternatif Bisnis Ikan Tirus Moncreng Kendati Pandemi Covid-19
Tidak ada yang pasti, Edwin menyebutkan segala resiko dan bencana memang sudah harus disiapkan sebelum memasuki masa sulit saat berbisnis. Ia juga membedakan antara jenis pedagang dan pebisnis.
Dikatakannya, para pedagang tidak memiliki struktur seperti para pebisnis, disitulah edukasi muncul untuk menggerakkan roda masyarakat agar berpikir secara luas untuk bisa menjadi seorang pebisnis.
"perdagangan online (bisnis) memberi manfaat yang dahsyat bagi ekonomi suatu bangsa misalnya Indonesia sebagai pasar terbesar untuk e-commerce di Asia Tenggara.
Ini potensi yang luar biasa besar, apalagi ekonomi digital di Indonesia menurut laporan Google dan Temasek, menyumbang 11% dari GDP di Indonesia,” urainya.
Dengan demikian, pengaruh akan tetap besar namun situasi tersebut kembali lagi bagi para pelaku UMKM, apakah bergerak, atau akan berhenti.
Banyak contoh yang ia ungkapkan, mulai dari kritik dan saran bagi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sejahtera. Secara detailnya, para pembaca Tribun bisa melihat tayangan langsung di YouTube Tribun Pontianak pada siaran ulang Podcast tersebut.
Secara singkat, Edwin menyampaikan pemerintah saat ini seharusnya jeli melihat peluang masyarakat yang hendak berbisnis. Satu diantara pendorong ialah gadget atau handphone.
Sudah seharusnya, pelaku bisnis bisa di edukasi melalui satu genggaman tangan, dan berinovasi dengan banyaknya aplikasi gratis yang tersedia.
Baca juga: Hadir Pada Pembukaan Pelatihan Sablon PT CFCiD, Ini yang Disampaikan IPTU Joni
"Saya sendiri memfokuskan untuk mengajak para pelaku bisnis agar tidak kalah dalam hal strategi marketing. Dengan begitu, strategi yang tepat dimasa Pandemi ialah melalui pemanfaatan gadget dan media sosial, tanpa harus membuka toko," terangnya.
Efisiensi waktu dan tempat untuk berbisnis dikatakannya bisa dimana saja, bahkan banyak yang menjadikan latar tanah sepetak dijadikan tempat usaha. Semua hal tersebut ada karena Pandemi. Maka tingkat kesulitan dan rintangan yang harus dijalankan, ialah tetap memotivasi diri sendiri.
HIPMI sendiri memiliki program yang sudah diajukan pada pemerintah melalui pendekatan edukasi digital.
Pendekatan itu Tribun rangkup dengan beberapa point, diantaranya adalah, pemerintah yang bergerak di bidang UMKM tersebut harus paham, bahwa apa saja yang seharusnya dibutuhkan oleh masyarakat saat ini.
Pelatihan gratis yang diadakan pemerintah sudah seharusnya diperbaiki. Pertama pendekatan personal, data-data para pelaku UMKM seharusnya tidak menjadi patokan bagi pemerintah bahwa Kalbar hanya memiliki para pelaku usaha, namun produk yang dibuat oleh pelaku usaha sudah harus disebar khususnya di Kalbar dan kota besarnya.
Saat ini, melalui kacamata Edwin sebagai ketua HIPMI Kalbar, masyarakat yang melek digital secara nasional berkisar 15 persen.
Untuk di Kalbar, ia juga tidak bisa memastikan secara detail, karena belum ada penelitian khusus dari pihak instansi pemerintah ataupun swasta dan mahasiswa.
Namun, ia memiliki beberapa sudut pandang bahwa UMKM Kota Pontianak sudah mau berkembang pada digital.
Mau tidak mau, pelaku bisnis harus terbiasa berpindah dari cara tradisional ke pengaturan online.
Yang pasti bukanlah hal mudah, harus ada kesepahaman pemikiran bagi pelaku usaha untuk membuka diri bahwa gadget yang dimiliki saat ini bisa berpengaruh.
Ia pun berharap, kegiatan digitalisasi tidak hanya dikhususkan bagi para UMKM menengah keatas, tetapi juga pelaku mikro.
"Saya punya harapan yang besar, keinginan saya diamkan nantinya semua para pengusaha besar yang ada di Kalbar, bisa merangkul para pebisnis pemula untuk survive.
Tidak ada modal, diberikan modal, tidak perlu pinjam ke bank, karena syarat pinjaman ke bank itu banyak dan banyak pelaku bisnis yang terhenti karena tidak sanggup membayar lebih besar bunga daripada modal," tuturnya.
Lanjutnya, kunci utama yang dibutuhkan jika diberi tanggungjawab tersebut ialah tanggung jawab.
Saat ini seharusnya kita sudah sadar, bahwa bukan lagi daerah kita iri-irian karena punya usaha yang lebih besar, tapi sudah seharusnya kita berkolaborasi antara pelaku makro dan mikro tersebut bisa saling bahu membahu untuk menjadi pebisnis.
Program yang ia ucapkan juga cukup banyak untuk mengkritik pemerintah, tentunya disetiap kritikan ia selalu memberikan solusi agar sumber daya masyarakat dan pihak pemerintah bisa bersinergi mengembangkan Kalimantan Barat. (*)