Yohanes Ontot: Melestarikan Budaya Leluhur Sekaligus Promosi Wisata
Yohanes Ontot menyampaikan budaya harus berkreasi tetapi tidak menghilangkan substansi asli dari budaya asli.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sanggau Drs. Yohanes Ontot, M. Si mengungkapkan bahwa tidak terlalu sulit bagi adat Dayak melestarikan budaya leluhur.
Hal itu disampaikan Yohanes Ontot saat melakukan bincang budaya bersama di Triponcast (Tribun Pontianak Official Podcast), Jalan Sungai Raya Dalam, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Jumat 13 November 2020.
"Tidak terlalu sulit bagi masyarakat adat Dayak untuk melestarikan budaya leluhur. Karena secara berjenjang sampai tatanan bawah masyarakat adat, mereka memang berupaya menjaga dan memelihara budaya leluhur. Kegiatan adat sendiri bahkan sampai tingkat RT, dan dengan adanya lembaga DAD kita berharap budaya leluhur tidak pudar," ungkap Yohanes Ontot.
Keragaman Budaya yang dapat kita ketahui khususnya di Kalimantan Barat (Kalbar) bahkan sudah ratusan tahun usianya.
Baca juga: Pengurus DPP PDKS Resmi Dikukuhkan, Ini Harapan Ketua DAD Sanggau
"Kita tidak tahu apakah anak-anak muda generasi masa depan masih bisa mengikuti perkembangan budaya. Sebagaimanapun hebatnya suatu suku kalau tidak terorganisir dengan baik, juga sulit untuk melestarikan suatu budaya," tambah Yohanes Ontont.
Seperti halnya dengan Gawai Dayak, yang menjadi adat dan tradisi yang dilakukan setiap tahunnya untuk bentuk syukur atas nikmat yang diperoleh.
Yohanes Ontot yang juga Wakil Bupati Kabupaten Sanggau juga mengatakan tentang kegiatan Gawai yang biasa diadakan setiap tahunnya.
"Harapannya untuk melestarikan budaya dan mempertahankan keberagaman sekaligus ajang promosi destinasi pariwisata, dan juga menegaskan bahwa Dayak masih ada budayanya", tegas Yohanes Ontot.
"Pada zaman dulu gawai dilakukan tiap-tiap suku, seperti tingkat kecamatan, desa, dan bahkan dusun. Tapi setelah ada lembaga DAD maka gawai dilakukan tingkat kabupaten, yang mana untuk sanggau baru sekitar 13 Tahun sejak berdirinya lembaga DAD," ungkap Yohanes Ontot.
Dia juga mengakui bahwa adat Dayak sendiri juga tergerus oleh perkembangan arus globalisasi.
"Kita akui budaya Dayak juga sudah banyak mengikuti perkembangan zaman, yang mana suatu contoh dulu orang lebih suka tinggal di rumah Betang, tetapi sekarang sudah membuat rumah sendiri-sendiri. Dengan itu juga kita sekarang sulit untuk menemukan rumah betang yang aslinya, tetapi dengan program kita yaitu Iman dan Budaya, kita akan menata ulang budaya yang tergerus oleh zaman ini," tuturnya.
Dia juga mengatakan untuk menjaga kelestarian budaya tidak bisa dilakukan hanya satu pihak.
"Untuk menjaga kelestarian tergantung kepada suku tersebut, dan juga dukungan dari pemerintah, yang mana baik suku maupun pemerintah harus berkesinambungan untuk membangun dan menjaga budaya leluhur", ujarnya.
Yohanes Ontot menyampaikan budaya harus berkreasi tetapi tidak menghilangkan substansi asli dari budaya asli.
"Waktu ke waktu pasti akan berubah, dan bagaimana kita mengemas budaya ini. Harus ada kreasi terutama disisi seni budayanya, tetapi ingat jangan sampai menghilangkan substansi akar budaya adat yang asli", pungkas Yohanes Ontot. (Ramadhan)