Hingga September 2020 Penderita TBC di Sanggau Capai 443 Kasus, Berikut Sebaran Wilayahnya 

Kita merubah sistem yang tadinya kita berikan obat sekali seminggu, di masa pandemi ini kita berikan obat untuk satu bulan

Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/ HENDRI CHORNELIUS
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sanggau, Sarimin Sitepu. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU -Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sanggau, Sarimin Sitepu menyampaikan bahwa hingga September tahun 2020 jumlah penderita Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sanggau mencapai 443 orang. 

“Dan tahun 2016 ada 617 kasus, tahun 2017 ada 815 kasus, tahun 2018 ada 858 kasus, tahun 2019 ada 843 kasus dan tahun 2020 sampai dengan bulan September 2020 ada 443 kasus," kata Sarimin Sitepu, Selasa 3 Oktober 2020.  

Sebarannya, lanjut Sarimin Sitepu, paling banyak di Kecamatan Kapuas, Meliau, Tayan Hulu dan Bonti. dan  paling sedikit kasus di Noyan dan Beduai.

Untuk kasus meninggal,  tahun 2020 ini ada 8 orang yang meninggal karena penyakit tersebut. 

Baca juga: SSR TB Care Aisyiyah Sanggau Gelar Pelatihan Kader Bahas Kasus TBC di Sanggau

“Ada juga yang putus obat, jumlahnya empat orang. Empat orang ini tidak datang lagi mengambil obat atau disebut loss to follow up, Karena biasanya yang bersangkutan pindah dan tidak melapor ke puskesmas,”ujarnya.

Sarimin menjelaskan bahwa pelayanan TBC di tengah pandemi Covid-19 yang berobat di layanan kesehatan tidak terganggu.

"Kita merubah sistem yang tadinya kita berikan obat sekali seminggu, di masa pandemi ini kita berikan obat untuk satu bulan,” jelas Sarimin Sitepu.

Dikatakanya, TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. dan proses penyembuhan cukup lama, penderita penyakit ini juga harus minum obat selama 6 bulan. Jika putus obat, penyembuhannya lebih sulit.

“Kalau tidak patuh atau putus minum obat resikonya adalah penderita mengalami kekebalan terhadap obat atau yang yang disebut multi drug resistant (MDR). Kalau sudah MDR pengobatannya lebih sulit dan lebih lama,”ujarnya.

Kepada penderita TBC, Sarimin mengimbau agar menutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, dengan menggunakan masker.

"Apabila menggunakan tisu untuk menutup mulut, dan buanglah segera setelah digunakan. Kemudian tidak membuang dahak atau meludah sembarangan,"ujarnya.

Selain itu, Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari dapat masuk.

"Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan TBC yang diderita tidak lagi menular. Jadi penularan TBC sama dengan penularan Covid-19 melalui droplet, Sehingga pencegahannya juga hampir sama,"tuturnya.

Kepada masyarakat, Sarimin mengimbau agar pastikan semua bayi sudah mendapat imunisasi BCG, tetap pakai masker, pastikan sirkulasi udara di rumah baik dan berperilaku hidup bersih dan sehat. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved