Petani Karet Nilai Pemerintah Tak Serius Perjuangkan Harga Getah Karet
Seorang petani perkebunan getah karet asal Kapuas Hulu, Daemah (45) menyatakan harga getah karet satu kilogram saat ini hanya dihargai Rp 4 ribu hingg
Penulis: Sahirul Hakim | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KAPUAS HULU - Sejumlah petani perkebunan getah karet Kabupaten Kapuas Hulu, menuding pemerintah tidak pernah berupaya untuk memperjuangkan harga getah karet, yang kini harganya jauh dari harapan petani perkebunan getah karet.
Seorang petani perkebunan getah karet asal Kapuas Hulu, Daemah (45) menyatakan harga getah karet satu kilogram saat ini hanya dihargai Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu.
"Dulu harga getah karet mencapai Rp 18 ribu hingga 20 ribu perkilogram, tapi sekarang sudah belasan tahun ini, harga jauh dari harapan kami," ujarnya kepada Tribun, Kamis 8 Oktober 2020.
Ibu tiga anak ini, menyatakan biarpun harga getah karet jauh dari harapan untuk meningkatkan perekonomian keluarga, dirinya tetap menoreh getah karet, karena demi menghidupi keluarga.
• Pemda Bina PPK dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa di Kapuas Hulu
"Biarpun ada kebun daun kratom tapi, tapi tetap saya noreh getah karet. Untuk menambah hasil dari getah karet. Takut kalau daun Kratom tidak bisa lagi dikelola oleh masyarakat," ucapnya.
Daemah sangat berharap, Pemerintah, Anggota DPR, DPRD dan DPD RI agar serius memperjuangkan nasib petani perkebunan getah karet.
Dimana selama ini, dinilai semuanya tutup mata hanya bertopeng dengan kepentingan politik.
"Jangan hanya turun ke lapangan, foto - foto, terus di masukan ke Facebook atau Media Sosial lainnya, dan habis itu selesai, tidak betul-betul memperjuangkan nasib kami sebagai petani perkebunan getah karet," ungkapnya.
Petani getah karet lainnya, Sudarman (39) menyatakan pemerintah tidak serius dalam memperjuangkan harga getah karet.
"Sudah sering saya sampaikan ke Anggota dewan baik, di kabupaten, provinsi dan pusat DPR RI dan DPD RI, tapi hasil semua nol alias kosong," ujarnya.
Sudarman menuturkan, kalau tidak ada daun Kratom yang bisa menjadi alternatif matapencaharian masyarakat, maka banyak masyarakat tidak makan.
"Kalau mengharapkan harta getah karet, untuk beli beras dan gula saja tak cukup," ungkapnya. (*)