Kisah Perjuangan Jakob Oetama Pendiri Kompas Gramedia yang Turut Andil Membantu Koran Daerah
Keterlibatan mengelola koran daerah ini bukan karena ada niat menguasai bisnis media sampai ke daerah.
Beliau tidak melihat semata-mata angka-angka keuangan –seberapa besar laba-- yang dipresentasikan.
Ketika Persda masih rugi pun kita dihargai.
Beliau mengatakan, “kerja keras kalian koran daerah sangat luar biasa. Mana ada waktu teman-teman di Palmerah yang kerja keras seperti kalian?” Palmerah adalah kawasan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta, letak kantor pusat Kompas Gramedia.
Tahun berganti, zaman pun berubah. Persda berkembang lalu bermetamorfosis menjadi Group of Regional Newspaper Kompas Gramedia, dan media-media merek Tribun mulai dari Tribun Kaltim, 8 Mei 2003.
Semula perusahaan rugi, belakangan menguntungkan.
Dan ketika perusahaan sudah untung pun, Pak Jakob mengatakan, bahwa itu berkah kerja keras manajemen media-media Tribun di daerah.
"Apa maknanya itu? Tak lain adalah nilai. Beliau selalu mengingatkan nilai-nilai falsafah dalam keseharian.
Beliau tahu, bahwa awal-awal, sampai tengah perjalanan Tribun Network, personel yang ditugasi ke daerah, adalah semacam warga kelas tiga dan kelas empat.
Artinya kualitas rendah. Termasuk saya dan mendiang Valens Doy (wartawan Kompas dan mantan Direktur Persda) adalah ‘warga negara buangan’, kelas 3 dan nomor 4. Jangankan kualitas 1, kita nomor tiga atau empat.
Kita tidak bisa merekrut kelas 2, karena memang tidak punya dana," ujarnya.
"Nah, sekarang, setelah wafat Pak jakob Oetama.
Kita punya banyak problem, termasuk masalah kualitas pemberitaan Tribun.
Falfasah jurnalisme. Siapa lagi yang akan selalu mengingatkan nilai-nilai itu, falsafah manusia, kemanusiaan berikut segala problematikanya, semangat berpihak pada orang kecil itu?" pungkasnya. (amb).
Artikel ini telah tayang di Tribunnews dengan judul Jakob Oetama di Mata Herman Darmo: Rajin ke Daerah untuk Mengelola Koran Kecil yang Masih Rugi