Diambang Resesi! BI Peringatkan Ekonomi Turun 4 Persen, Indonesia Pernah Terpuruk Krisis 1998
Bagaimana dengan Indonesia saat ini, adanya pandemi yang mengguncang dunia memberikan dampak yang luar biasa.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Negara Singapura mengalami resesi terburuk sepanjang sejarah negara ini terbentuk.
Melansir dari Kompas.com Singapura resmi mengalami resesi dengan ekonomi minus 41,2 persen pada kuartal II tahun 2020.
Resesi Singapura juga terdampak pada Indonesia khususnya melemahnya nilau tukar.
Apa itu resesi? Resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung dalam beberapa bulan, umumnya dalam tiga bulan lebih
Bagaimana dengan Indonesia saat ini, adanya pandemi yang mengguncang dunia memberikan dampak yang luar biasa.
Semua sektor terjungkal akibat dihantam pandemi Covid-19.
Saat ini, pemerintah Indonesia terus berupaya agar tidak terjadi resesi.
Pemerintah pusat hingga daerah harus benar-benar memperhatikan pengelolaan belanja anggaran, jangan sampai penghematan yang ada malah membuat resesi.
Guna menghindari resesi Bank Indonesia (BI) telah memperingatkan kalau perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 akan turun hingga 4%.
Ini disebabkan oleh tersendatnya perekonomian akibat pengurangan aktivitas ekonomi dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Untuk itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengaku telah menyiapkan berbagai langkah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia agar tak jatuh ke dalam jurang resesi.
"Ada empat langkah. Tadi saya sampaikan, kalau langkah ini memerlukan sinergi yang lebih kuat antara BI, pemerintah, otoritas terkait, dan juga dunia usaha," kata Perry, Kamis (16/7/2020) via video conference.
Langkah pertama, membuka sektor-sektor ekonomi produktif tapi dengan tak lupa menerapkan protokol kesehatan.
Menurut Perry, kepatuhan terhadap protokol kesehatan ini sangat penting untuk menekan potensi penyebaran Covid-19 di era new normal.
Langkah Kedua, mempercepat realisasi anggaran.
Menurutnya, realisasi anggaran merupakan salah satu peluru terampuh dalam membidik sasaran pemulihan ekonomi.
Ia yakin mampu langsung menyentuh sektor riil dan bisa mendongkrak permintaan dari masyarakat.
Dalam mempercepat penyerapan anggaran tersebut, bank sentral mengambil peran dengan ikut menanggung beban pemerintah (burden sharing) dalam pendanaan APBN 2020, dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar primer baik lewat mekanisme pasar maupun private placement.
BI akan menanggung beban bunga utang hingga 100% dari beban untuk public goods seperti anggaran kesehatan, perlindungan sosial, serta sektoral, kementerian dan lembaga (K/L), dan pemerintah daerah yang pembiayaannya diperkirakan mencapai Rp 397,60 triliun.
BI juga menanggung beban utang untuk pembiayaan non public goods khusus UMKM dan korporasi non UMKM yang sebesar Rp 177,03 triliun.
Dalam skema ini, pemerintah akan menerbitkan SBN lewat mekanisme pasar dengan BI sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati pada 16 April 2020.
Dalam hal ini, Kemenkeu akan menanggung bunga sebesar 1% di bawah reverse repo rate.
Sedangkan sisanya, ditanggung oleh BI.
Selain itu, Kemenkeu menanggung sepenuhnya pembiayaan non public goods lainnya senilai Rp 329 triliun dengan mengikuti suku bunga pasar.
Langkah ketiga, melakukan percepatan program restrukturisasi kredit dan usaha, khususnya dari sektor perbankan.
Menurut Perry, ada kabar menggembirakan dari proses restrukturisasi ini, karena kabarnya per Juni 2020 sudah ada Rp 871,6 triliun kredit yang telah direlaksasi.
Ini dengan rincian restrukturisasi kredit UMKM sebesar RP 309,3 triliun, kredit korporasi Rp 164,7 triliun, kredit komersial Rp 130,9 triliun, dan kredit konsumsi Rp 119,2 triliun.
"Kemajuan dalam program restrukturisasi kredit akan percepat pemulihan ekonomi dan sejumlah bank, juga tingkatkan kredit modal kerja," tambahnya.
Langkah keempat, percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan.
Dalam hal ini, bank sentral akan terus menggencarkan program digitalisasi penyaluran bantuan sosial (bansos), elektronifikasi transaksi pemerintah daerah, elektronifikasi transportasi, dan mendorong digitalisasi sistem pembayaran dan perbankan.
Efek resesi
Dampak ekonomi saat terjadi resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi.
Contohnya, ketika investasi anjlok saat resesi, secara otomatis akan mengilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka PHK naik signifikan.
Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional.
Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor seperti macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan, atau juga sebaliknya terjadi deflasi.
Lalu neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa.
Dalam skala riilnya, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar.
Resesi teranyar, di antaranya pernah terjadi di sebagian negara Eropa dalam rentan waktu tahun 2008-2009.
Di mana situasi sulit ini juga sempat membuat ekonomi Indonesia melemah.
Negara tetangga, Thailand, juga sempat mengalami resesi ekonomi pada tahun 2010 saat PDB-nya terus merosot.
Indonesia sendiri sempat mengalami resesi cukup parah pada tahun 1998.
Banyak resesi global juga terjadi karena faktor eksternal yang berada di luar kendali seperti dinamika global perang dagang China dan Amerika Serikat (AS).
Kondisi-kondisi yang bisa mengukur apakah bisa terjadi resesi 2020 atau resesi ekonomi 2020
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul, Gubernur BI beberkan empat jurus tolak resesi, apa saja?
https://nasional.kontan.co.id/news/gubernur-bi-beberkan-empat-jurus-tolak-resesi-apa-saja