FENOMENA Bumi di Titik Aphelion pada Sabtu 4 Juli 2020, Benarkah Sebabkan Suhu Lebih Dingin?
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Emanuel Sungging menjelaskan fenomena aphelion.
Benarkah Aphelion menyebabkan suhu dingin?
Ia menyebutkan, suhu dingin ketika pagi hari yang terjadi belakangan ini merupakan hal yang biasa terjadi pada musim kemarau, bukan karena Aphelion.
Kemungkinan, suhu dingin ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang.
"Karena tutupan awan yang sedikit, jadi tidak ada panas dari permukaan Bumi (yang diserap dari cahaya Matahari dan dilepaskan pada malam hari) yang dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan," papar Andi.
Mengingat posisi Matahari saat ini berada di belahan Utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah jika dibandingkan belahan Selatan yang mengalami musim dingin.
Oleh karena itu, kata Andi, angin bertiup dari arah Selatan menuju Utara.
"Saat ini angin yang bertiup itu dari arah Australia yang memang mengalami musim dingin," jelas Andi.
Dampak yang ditimbulkan yakni efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa, yang saat ini sedang terjadi.
Posisi Bumi yang berada pada titik terjauh dari Matahari juga tak memengaruhi panas yang diterima Bumi.
Hal ini karena panas Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi.
"Dengan distribusi yang paling signifikan memengaruhi disebabkan oleh pola angin," kata Andi.
Mengingat saat ini angin bertiup dari arah Selatan yang tengah mengalami musim dingin, maka Indonesia akan merasakan suhu yang lebih dingin.
Matahari juga akan terlihat sedikit lebih kecil dibandingkan rata-rata yakni sekitar15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen. (*)
Artikel ini telah terbit di Kompas.com dengan judul Besok, Posisi Bumi Berada pada Titik Aphelion, Apa Itu Aphelion?