Indonesia Lawyers Club
Streaming Tv One Nonton Talk Show Tema ILC Malam Ini, Selasa 30 Mei 2020 | Live Tv One Online
Streaming Tv One untuk menyaksikan ILC Tv One edisi Selasa malam ini dan pembahasan tema ILC Tv One malam ini bisa Anda akses di link berikut:
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Sedang berlangsung siaran televisi di channel TvOne program Indonesia Lawyers Club atau ILC Tv One.
Dalam edisi Selasa 30 Juni 2020 kali ini, sang Presiden ILC Karni Ilyas mengangkat tema 'kemarahan' Presiden Joko Widodo dalam video pidato yang tersebar di YouTube baru-baru ini.
Tema ILC Tv one Selasa malam inipun tentunya akan dibahas oleg para narasumber ILC Tv One.
Pemaparan dari para narasumber itu bisa menjadi tontonan menarik.
Lantaran biasanya, atau dalam beberapa pembahasan tema ILC Tv One dalam edisi-edisi sebelumnya, pemaparan para narasumber ILC Tv One kerap 'mengejutkan' publik.
• ILC Hari Ini Bahas Kemarahan Presiden Jokowi, Simak ILC Tv One Malam Ini di Streaming Tv One Berikut
Terutama dengan berbagai fakta dan data baru yang ditampilkan dalam pembahasan topik ILC tv One yang talk show-nya dipandu langsung oleh Karni Ilyas ini.
Streaming Tv One untuk menyaksikan ILC Tv One edisi Selasa malam ini dan pembahasan tema ILC Tv One malam ini bisa Anda akses di link berikut:
Link 2 Live Youtube ILC Tv One
Selamat menyaksikan.
Disclaimer:
- Jadwal Live Streaming sewaktu-waktu bisa berubah.
- Link Live streaming hanya informasi untuk pembaca.
- Tribunpontianak.co.id tidak bertanggung jawab terhadap kualitas siaran.
Tema ILC Tv One Malam Ini
Program siaran tv Indonesia Lawyers Club atau ILC Tv One edisi Selasa 20 Juni 2020 ini akan membahas dan mengupas video pidato Presiden Jokowi di hadapan para menterinya beberapa waktu.
Tema ILC malam ini tersebut diungkkan langsung oleh Karni Ilyas melalui Twitter.
"Dear Pencinta ILC: diskusi kita Selasa Pukul 20.00 berjudul, "Presiden Marah: Menteri Mana Direshuffle?" #ILCPresidenMarah,'' tulisnya di media sosial Twitter, Senin 29 Juni 2020, pukul 18.49 petang WIB.
Peringatan Keras di Balik Pidato Priseden Jokowi Marah
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) marah.
Melalui video yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020), Presiden Jokowi menyampaikan pernyataan keras dan menyoroti kinerja para menteri kabinetnya.
Video tersebut berisi pidato pembukaan Jokowi pada sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Presiden bahkan mengeluarkan ancaman perombakan atau reshuffle kabinet.
• TOPIK ILC Tv One Selasa 30 Juni 2020, Karni Ilyas: Menteri Mana Direshuffle? | TV One Online
Jokowi menilai para menterinya tidak memiliki sense of crisis di tengah situasi pandemi virus corona.
Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (29/6/2020), Jokowi membuka pidatonya dengan nada tinggi.
Ia tampak berang lantaran banyak menterinya yang masih menganggap situasi pandemi saat ini bukan sebuah krisis.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis!" ujar Jokowi.
Jokowi lantas menyampaikan ancaman reshuffle bagi menterinya yang masih bekerja biasa-biasa saja.
"Langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah kepemerintahan. Akan saya buka. Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara," ucap Presiden.
"Bisa saja membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada, suasana ini, (jika) Bapak Ibu tidak merasakan itu, sudah," lanjut Jokowi.
• Tema ILC Tv One Selasa 30 Juni Dibuka Karni Ilyas, Ada Netizen Malah Minta Kupas PPDB Jakarta 2020
Apa yang ingin disampaikan Jokowi melalui peringatan kerasnya untuk para menteri?
Puncak kejengkelan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fajar Junaedi menilai, kemarahan Jokowi adalah puncak dari kejengkelannya terhadap para menteri yang dinilai tidak kompeten dalam bekerja.
"Sebenarnya ada beberapa menteri yang sejak awal krisis sudah tidak memiliki sense of crisis. Kita tentu ingat sikap denial dari Menteri Kesehatan yang menolak permodelan masuknya Covid-19 ke Indonesia yang disampaikan oleh Universitas Harvard," kata Fajar sebagaimana dikutip dari Kompas.com yang mewawancarainya pada Senin (29/6/2020).
"Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 sebenarnya bisa dibaca sebagai ketidakpercayaan Presiden kepada Menteri Kesehatan. Kita lihat Menteri Kesehatan jarang berbicara kepada publik," ujar dia.
Selain itu, Fajar menilai, Jokowi juga jengkel lantaran ada menteri yang membuat pernyataan publik yang menunjukkan tidak menguasai pemetaan masalah.
"Kita ingat saat Mendikbud menyatakan kekagetannya bahwa di daerah ada siswa yang tidak ada akses internet untuk pembelajaran. Pernyataan seperti ini kan menunjukkan bahwa menteri tidak menguasai pemetaan masalah," kata Fajar.
Ada pula kebijakan Kartu Prakerja yang memantik kontroversi.
• HASIL ILC Tv One Selasa 23 Juni, Elza Syarief: Setiap Nazaruddin Nyanyi Semua Ketakutan | Live TVOne
Menurut Fajar, seharusnya Menteri Tenaga Kerja yang bersuara mengingat banyak pekerja yang terancam kehidupannya.
"Tapi, kita tidak melihat dengan jelas bagaimana kebijakan menterinya," kata Fajar.
Fajar mengatakan, ada pula menteri yang dinilainya tak baik dalam mengelola komunikasi publik.
Hal ini menyebabkan para menteri tak satu suara dan terkesan terburu-buru ketika membuat kebijakan.
Pertaruhan reputasi politik Dalam pernyataannya, Jokowi menyebutkan, tak segan mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk mempermudah para pembantuny merealisasikan program di masa krisis akibat pandemi Covid-19.
Bahkan, Jokowi rela mempertaruhkan reputasi politiknya jika harus mengeluarkan perppu lagi pada masa pandemi.
Menurut Fajar pernyataan Jokowi ini menandakan bahwa kebijakan para menteri di periode kedua masa pemerintahannya justru mengancam popularitasnya, walaupun ini adalah periode terakhirnya.
"Jokowi terlihat ingin meninggalkan citra yang baik,"
"Selama ini Jokowi dikenal karena pencitraan yang sukses oleh tim suksesnya selama masa kampanye dan periode pertama kepemimpinannya. Public relations-nya berhasil," jelas Fajar.
Di awal pembentukan kabinet, Jokowi menyatakan bahwa tidak ada visi menteri, yang ada adalah visi presiden.
Hal ini bisa dimaknai bahwa para menteri diharapkan bisa menerjemahkan dan mengimplementasikan visinya.
Oleh karena itu, menurut Fajar, kemarahan Jokowi bisa juga dimaknai bahwa para menteri gagal untuk memenuhi ekspetasinya.
"Betul, ada kegagalan dari para menteri untuk menerjemahkan dan mengimplentasikan visi Presiden," kata Fajar.
Sejumlah materi di artikel ini juga telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi Marah, Peringatan Keras untuk Para Menteri, dan Pesan di Balik Kejengkelannya..."

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838