Pentingnya Peran Orangtua Dalam Proses Belajar dari Rumah, Kemendikbud Hadirkan Solusi
Dari hasil survei tersebut, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebanyak 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah.
Jika dilihat dari cara-cara siswa belajar dari rumah, baik di wilayah 3T maupun non-3T, sebagian besar siswa belajar dengan mengerjakan soal dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif dilakukan kurang dari 40 persen siswa.
Namun cukup banyak siswa yang juga memanfaatkan belajar melalui televisi, buku, maupun sumber belajar lainnya.
Solusi Kemendikbud
Oleh karena itu, Kemendikbud akan segera menyediakan modul-modul yang memudahkan anak yang terpaksa belajar sendiri atau minim panduan dari guru.
Modul-modul akan dibuat menarik sehingga bisa mengurangi kebosanan anak.
"Ini tentunya bukan satu-satunya solusi, tetapi bagian dari upaya untuk membantu anak bisa belajar,” kata Totok.
“Pendekatannya project-based learning atau activity-based learning. Harapannya pendekatan tersebut lebih memandu anak agar tidak memahami konsep sebatas yang tertuang di buku teks saja," ungkap Totok.
Ia melanjutkan, "tetapi dapat memandu anak bagaimana cara belajar dan memahaminya lebih mendalam. Modul akan dibuat baik untuk belajar daring maupun luring."
Sementara itu, khusus untuk daerah 3T atau yang tidak terjangkau internet, Kemendikbud akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk pendistribusian modul-modul cetak yang dapat membantu siswa yang harus belajar dari rumah.
Selanjutnya, Kabalitbang dan Perbukuan mengkhawatirkan kemungkinan melebarnya kesenjangan hasil belajar antar siswa.
Anak-anak dari keluarga miskin merupakan kelompok paling rentan kemungkinan kehilangan pengalaman belajar.
Oleh karena itu, Kemendikbud mendorong setiap guru agar melakukan asesmen awal bagi siswa-siswinya di masa tahun ajaran baru nanti.
Tujuannya agar membantu guru mengetahui kondisi dan kemampuan belajar setiap siswa usai masa belajar dari rumah.
Hal ini penting agar dapat memitigasi melebarnya kesenjangan kemampuan siswa, khususnya antar kelompok sosial ekonomi, maupun antar daerah.
“Guru perlu mengajar pada level kemampuan anaknya, bukan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak yg paling tertinggal,” ujar Totok.
Ia melanjutkan “Panduan dan instrumennya sedang kami siapkan agar bisa digunakan guru melakukan asesmen,” ucap Totok.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Survei Kemendikbud: Peran Orangtua Penting dalam Pelaksanaan Belajar Dari Rumah