Wawancara Eksklusif

Anies Baswedan: Tinggal di Rumah dan Masker Kunci Sukses Redam Covid-19

Selama ini kita mengasumsikan orang ke halte itu tahu rute bus atau peta transportasi di Jakarta. Padahal belum tentu mereka tahu.

Editor: Jamadin
Kompas TV
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat konferensi pers 

Jakarta itu unik, karena warganya terdiri dari unsur-unsur yang sudah empower (menguatkan) karena itu menjadi mitra pemerintah. Kita bikin jalur sepeda juga hasil kolaborasi dengan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), organisasi nirlaba bidang transportasi berkelanjutan dan Bike to Work. Kami undang mereka, untuk menunjukkan ini masalahnya dan mari cari solusi bersama-sama.

Tribun: Sejauh mana efektivitas kolaborasi antara seluruh masyarakat Jakarta dengan DKI saat menanggulangi wabah Covid-19?
Anies: Pahlawan dari pengendalian Covid-19 ini adalah rakyat Jakarta. Ketika Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk berada di rumah, lalu orang di Jakarta itu tetap berada di rumah.

Saya rasa warga Jakarta boleh bangga, bahwa ketika kami memutuskan untuk melakukan pembatasan, lalu disusun kebijakan (PSBB) dan masyarakat memilih untuk menaati.

Begitu dikatakan di rumah, sekitar 60 persen warga Jakarta berada di rumah. Ini dahsyat, karena 60 persen dari 11 juta warga Jakarta mau berada di rumah.

Ketaatan dan persatuan itu tinggi sekali. Bayangkan saat kami mengundang tokoh agama untuk meniadakan kegiatan, mereka menyepakatinya karena demi mencegah penularan Covid-19.

Berbeda saat kami meniadakan kegiatan sekolah dan perkantoran, hanya melalui surat keputusan saja.

Karenanya, Jakarta sebagai kota kemenangan itu betul. Bahwa kerja kolektif untuk menang menghadapi pandemi Covid-19. Data yang kami miliki ini bukan survei, tapi dari pergerakan ponsel warga melalui google data (kajian Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia).

Saya bisa sampaikan bahwa ini adalah kemenangan bersama karena dikerjakan bersama.

Tribun: Seberapa tinggi lonjakan kasus Covid-19 di Jakarta selama ini?
Anies: Sebelumnya nilai reproduction (angka reproduksi/Rt) Covid-19 itu sekitar empat. Artinya kalau 100 orang kena, itu bisa naik menjadi 400. Kemudian kalau Rt berada di tiga itu artinya bisa naik menjadi 300 orang.

Dan kalau Rt satu itu artinya stabil dan kalau Rt di bawah satu itu artinya sudah menurun. PSBB pertama itu baru dimulai 10 April dan (PSBB) kedua dimulai akhir April.

Lalu turun kasusnya itu sebelum PSBB. Jadi Jakarta sudah terjadi penurunan drastis di (akhir) bulan Maret. Ketika kami menutup sekolah, perkantoran, rumah ibadah pada 16 Maret, saat itu mulai terjadi penurunan kasus.

Saat PSBB dimulai pada 10 April, kita mengalami fase stabilisasi kasus Covid-19, karena itulah jasa warga Jakarta. Ketika diminta berada di rumah, mereka berada di rumah semua.

Artinya Jakarta sudah melakukan pembatasan, sebelum secara resmi ada aturan pembatasan (PSBB) dari pemerintah pusat.

Tribun: Kenapa sekarang Jakarta memilih PSBB transisi?
Anies: Kami ingin ini menjadi masa pembelajaran kepada masyarakat. Masa pembelajaran, di mana kebiasaan baru itu dilakukan, misalnya kalau tidak perlu pergi jangan pergi dari rumah, atau kalau perlu pergi sebaiknya bagi yang sehat.

Kalau memang pergi harus memakai masker, jaga jarak dan rutin cuci tangan. Kalau datang ke suatu tempat yang penuh, jangan paksa masuk karena berisiko.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved