Memanas - Korut Ledakkan Kantor Penghubung, Menteri Unifikasi Korsel Kim Yen-chul Mengundurkan Diri

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menerima pengunduran menterinya itu pagi ini, Jumat (19/6/2020) sebagaimana dilansir Asia News.

Editor: Madrosid
TRIBUN/ISTIMEWA
Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul masuk ke mobil ketika dia meninggalkan kompleks pemerintah di Seoul, Korea Selatan, Jumat, 19 Juni 2020. Kim mengundurkan diri pasca serangkaian ancaman dan ledakan kantor penghubung antar-Korea yang dilakukan Korea Utara. Pengunduran dirinya diterima oleh Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.(AP/Lee Jin-man) 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kabar pengunduran diri Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yen-chul imbas dari semakin keruhnya hubungan Kores Selatan dan Korea Utara.

Pengunduran diri sang menteri juga sebagai buntut dari reaksi nyata Korea Utara terhadap ancaman yang diberikan kepada Korea Selatan.

Hingga peledakan kantor penghubung yang dilakukan Korea Utara di Kaesong.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menerima pengunduran menterinya itu pagi ini, Jumat (19/6/2020) sebagaimana dilansir Asia News.

Kim mengundurkan diri setelah Korea Utara meledakkan gedung kantor penghubung antar-Korea di Kaesong dan juga setelah berbagai ancaman Korut mengalir pada Seoul dan Washington.

Kim telah ditunjuk sebagai menteri unifikasi pada April tahun lalu, pada awal mula hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) mulai kandas.

Diambang Perang, Ini Kekuatan Militer Korea Utara Vs Korea Selatan | Angkatan Darat Korut Unggul

Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada 2018 dan 2019 namun gagal memperoleh pencabutan atau pun penangguhan sanksi internasional yang diberikan AS kepada Korut karena program nuklir dan senjata Pyongyang.

Washington sebelumnya menetapkan pelucutan senjata kepada Pyongyang sebagai prasyarat pencabutan sanksi internasional namun hal itu belum terjadi.

Sementara itu, sebelum meledakkan gedung penghubung di Kaesong, Korea Utara telah bersumpah akan memutus semua saluran komunikasi dengan Korea Selatan baik secara pemerintahan mau pun militer. 

Korea Utara juga mengabaikan perjanjian yang telah ditandatangani pada 2018 demi mengurangi ancaman-ancaman konvensional.

Itu artinya, mulai sekarang, pertempuran-pertempuran kecil, bentrokan kecil dan (terkadang) tindak pembunuhan di darat mau pun perbatasan laut sangat mungkin terjadi.

Pihak oposisi telah sering mengkritik Presiden Moon karena terlalu optimis.

Beberapa grup dari pembelot Korea Utara yang terkait dengan pihak oposisi terus memprovokasi pihak Utara dengan kerap mengirimi balon yang menerbangkan pesan-pesan anti kepemimpinan dan rezim Kim Jong Un.

Seoul telah sering memblokir upaya-upaya itu namun pada akhirnya Seoul bergesekan dengan kebebasan berpendapat di negara yang demokratis itu.

Di dalam krisis Korea Utara, pemerintah Moon Jae-in berperan sebagai mediator antara Korea Utara, AS dan Beijing.

Banyak pakar analis berpendapat bahwa Kim Jong Un menginginkan jaminan keselamatan untuk berdialog dan rezimnya menggunakan ancaman untuk memaksa lawannya berkompromi.

Tetapi ada juga analis yang mengaitkan sikap keras Pyongyang terhadap AS ke China sebagai upaya Beijing untuk memaksa Washington agar berbicara langsung ke China.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved