Virus Corona Masuk Kalbar
Kisah Hasan Bangkit dari Stigma Negatif Saat Putranya Dirawat hingga Dinyatakan Sembuh dari Covid-19
Bagi Hasan, kerja keras tim medis yang mendedikasikan waktu siang dan malam menjaga dan merawat anaknya selama 40 hari hingga sembuh.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Zulkifli
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Lebih dari tiga kali mulut Hasan berucap terima kasih kepada para dokter, perawat serta Dinkes Sintang yang telah menjaga dan merawat Ari Hidayat hingga dinyatakan sembuh dari virus corona.
Bagi Hasan, kerja keras tim medis yang mendedikasikan waktu siang dan malam menjaga dan merawat anaknya selama 40 hari hingga sembuh jasanya tak terbalas oleh apapun.
“Saya tidak bisa membalas kebaikan para tim medis dan paramedis, Dinkes dan bupati sintang.
Tim medis semuanya bersusah payah siang dan malam, rela meninggalkan keluarga demi merawat anak saya dan pasien lainnya hingga sembuh.
Saya tidak bisa membalas kebaikan ini.
Mudah mudahan Allah SWT yang akan membalas jasanya,” doa Hasan saat mendampingi Ari Hidayat diumumkan kesembuhannya dari Covid-19.
• Mindset Menentukan Sikap Orang Sukses, Yuk Kita Lihat Apa Kata Motivator Dr Chairul Fuad
• Sutarmidji Pastikan Pemprov Telah Cairkan Anggaran Bantuan Mahasiswa yang Kuliah di Luar Kalbar
Ari Hidayat diumumkan sembuh dari corona Kamis kemarin. Dia merupakan Santri di Pondok Pesantren Temboro, di Magetan, Jawa Timur.
Pada pertengahan April, dia pulang kampung karena libur sekolah ke Kecamatan Binjai Hulu.
Sepulangnya dari Pondok, Ari langsung melapor ke Puskemas.
Oleh pihak Puskemas Ari diminta isolasi mandiri selama 14 hari sesuai protokol Covid-19 ketika seseorang baru datang dari daerah yang sudah terpapar corona, harus menjalani isolasi.
Ari manut. Dia menjalani isolasi mandiri di rumah dan tidak keliaran.
Belum lepas masa karantina mandiri di rumah, Ari diminta periksa Rapid Test di Sintang.
Dia dijemput mobil ambulance di rumahnya.
“Ketika dijemput pakai mobil Ambulance, warga sekitar udah ketakutan sekali.
Setelah itu, warga yang lewat depan rumah tak ada negur,” kata Hasan.
• Malik Saepudin: Klaster Itu Penting untuk Memutus Mata Rantai Covid-19
• Soal dan Jawaban TVRI Kamis 11 Juni 2020 untuk Siswa Kelas 1-3 SD Matematika: Operasi Penjumlahan
Setelah dites cepat, sore harinya hasilnya keluar. Ari dinyatakan reaktif.
Hari itu pula, 20 April 2020, Ari langsung diisolasi ke komplek gedung serbaguna di bilik isolasi yang sudah disiapkan oleh pemerintah sembari menunggu hasil swab tenggorokannya untuk memastikan apakah ada virus corona dalam tubuhnya.
“Saya gak paham awalnya apa itu reaktif.
Saya ndak boleh pulang langsung diisolasi di gedung.
Saya nurut. Diisolasi nunggu kabar corona atau gak, lama banget keluarnya.
Ketika diumumkan hasilnya positif corona, saya gak nyangka.
Padahal sehat, rasanya gak percaya, padahal gak ada gejala sama sekali.
Lalu isolasi lanjutan ke rumah sakit, saya turuti, mungkin ada hikmahnya,” cerita Ari.
Swab PCR Ari baru keluar pada 13 Mei 2020, kode registrasi konfirmasi 05.
Hari itu juga, dia dipindah ke ruang isolasi mandiri khusus di RSUD Ade M Djoen Sintang.
Dibutuhkan dua kali swab negatif, baru pasien bisa dinyatakan sembuh.
Kemarin, 10 Juni 2020, hasil yang ditunggu-tunggu keluar setelah 40 hari menjalani isolasi.
Pemuda berusia 19 tahun ini akhirnya memegang surat ketarangan Swab PCR yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan diperbolehkan kembali kepada keluarga dan masyarakat.
Sebagian beban Hasan Wukir luruh ketika anaknya dinyatakan sembuh dari corona.
Selama ini, tepatnya sejak anaknya dijemput menggunakan ambulance, Hasan merasa keluarganya mendapatkan stigma negatif dari masyarakat.
• Ibu di Pontianak Kaget Uang Curian Dibawa Kabur Pria yang Diajak Nginap di Hotel
“14 hari setelah Ari dijemput rasanya tertekan karena sikap masyarakat berubah.
Yang biasanya negur, jadi gak negur. Masyarakat seperti ketakutan.
Bahkan saya belanja, mereka tidak menerima uangnya. Rasanya seperti terkucilkan,” kata Hasan kepada Tribun Pontianak.
Lambat laun, ketakutan masyarakat mulai kendur.
Beberapa warga mulai saling sapa dan memberikan dukungan moril.
Hasan dan keluarganya pun berupaya bangkit dari rasa tertekan akibat stigma negatif yang masih berkembang.
“Tertekan sekali rasanya. Pelan-pelan kami berupaya bangkit, menyemangati keluarga dan Ari supaya yakin bisa sembuh.
Sampai sekarang, masih ada rasa takut disalahkan.
Saya sangat berhati-hati dengan warga. Kalau misalkan mau bertamu, harus izin dulu.
Kalau ndak diperbolehkan ya ndak apa-apa. Setelah Ari sembuh, sekarang rada sedikit lega,” ungkapnya.
• Ibu di Pontianak Kaget Uang Curian Dibawa Kabur Pria yang Diajak Nginap di Hotel
Hasan, kembali berucap terima kasih kepada para tim medis yang telah mendedikasikan waktu dan tenaganya merawat anaknya hingga sembuh.
Dia juga meminta maaf kepada masyarakat jika selama anaknya dirawat banyak warga yang terimbas dampaknya.
“Kami minta maaf apabila selama anak kami ini dirawat banyak masyarakat yang terkena imbasnya.
Mudah mudahan kita semua diberikan kesehatan dan wabah ini cepat berlalu.
Mari kita tetap tenang dan ikuti protokol kesehatan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh mengatakan, dengan kesembuhan dua pasien di Kabupaten Sintang menegaskan bahwa corona bisa disembuhkan.
“ Seluruh masyarakat jangan lagi ada stigma negatif terhadap pasien positif maupun yang rapid testnya reaktif," pintanya. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak