Virus Corona Masuk Kalbar
Bupati Jarot : Pertanian, Perkebunan Jalan Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi Sintang saat New Normal
Menurut Jarot, kesehatan dan ekonomi ibarat anak kembar yang keduanya harus diurus bersamaan di tengah pandemi corona.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Zulkifli
Digital yang paling utama.
"Dalam situsi new normal, nanti ada dua sektor jadi unggulan.
Digital, akan kembali online shopping, teleconference mudah dan murah, komunikasi digital, sektor pertanian dan perkebunan," ungkapnya.
Menurut Jarot, orang bercocok tanam pasti jaga jarak, dan tidak terpapar corona karena selama bertani berjemur dari paparan sinar matahari yang mengandung vitamin D untuk menambah imunitas tubuh.
Persoalannya, sektor pertanian dalam masa pandemi corona, kurang memadai dalam hal sarana dan produksi pertanian. Pemerintah kata Jarot, belum siap dengan distribusi pupuk.
"Sektor pertanian kita dorong. Problem pertanian di Sintang ini satu saja, pupuk subsidi, tidak dapat lagi, kuota dikurangi.
Kalau perlu pemerintah daerah yang beli pupuk subsidi untuk bantu petani.
Mulai lah masyarakat sintang dengan sektor pertanian dan perkebunan, kalau punya kebun luas, maupun sedikit dikelola, bahkan memanfaatkan lahan pekarangan," pinta Jarot.
• VIDEO : Bupati Sintang Bersilaturahmi dengan Pasien Covid-19
Masyarakat di Kabupaten Sintang, kata Jarot menggantungkan diri pada tiga sektor: Karet, sawit dan lada. Untuk mengantisipasi terjunnya harga karet, pemerintah sudah menyiapkan alternatifnya.
"Untuk lada dan sawit, kita ndak tahu prediksinya seperti apa.
Tetapi karet sudah kita alokasikan di dana BTT yang cepat cair itu untuk stimulus ekonomi.
Apabila suatu saat karet tidak terbeli oleh pengepul, pemrintah harus turun tangan menengahinya, kalau perlu pemerintah intervensi," ungkap Jarot.
Meski menyiapkan skema stimulus ekonomi kala harga karet anjlok, pemerintah tetap saja tidak bisa mengucurkan dana segar untuk membeli seluruh karet masyarakat.
Namun, dengan adanya dana yang disediakan, Jarot berharap dapat meringankan masyarakat, khususnya petani karet.
"Kita ndak mampu beli seluruh karet rakyat, paling tidak kalau dikucurkan dana segar 800 juta misalnya, cepat berputar, bentuknya kalau sertakan koperasi, seluruh keuntungan koperasi pada anggota, ndak mungkin, bumdes belum semua siap.