Wabah Virus Corona
Kisah Sedih TKW di Singapura Tertunda Mudik Setelah 9 Tahun karena Covid-19, Sangat Ingin Sungkem
Keinginannya untuk berjumpa di kampung halaman saat Lebaran 2020 kembali harus tertunda karena situasi pandemi Covid-19.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINGAPURA – Kisah sedih dialami dua orang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mengadu nasib di Singapura.
Mereka tidak bisa mudik, dan salah satunya bahkan sudah 9 tahun tidak pulang ke Tanah Air.
Kisah penantian panjang 9 tahun tidak mudik itu dialami Feti Yuliantikah.
Sayangnya, tahun ini keinginannya untuk berjumpa di kampung halaman saat Lebaran 2020 kembali harus tertunda karena situasi pandemi Covid-19.
“Seharusnya saya mudik Sabtu lalu tanggal 16 Mei. Rencananya saya akan pulang ke Tanah Air selama 1 bulan hingga 14 Juni. Tiket sudah saya pesan jauh-jauh hari sejak bulan Februari. “ Feti mengawali ceritanya ketika berbincang dengan Kompas.com, Minggu (17/5/2020).
Rencana mudik tahun ini dikatakannya sangat spesial bagi perempuan dari kota Ponorogo, Jawa Timur tersebut.
Sudah 9 tahun lamanya dia bekerja di Negeri "Singa" dan selama kurun waktu itu juga Feti belum berkesempatan pulang merayakan Lebaran bersama keluarganya.
“Saya biasanya mudik setiap 2 tahun pada akhir tahun menunggu pembaruan masa kontrak saya. Seharusnya saya cuti awal Januari 2020, tetapi tahun ini majikan dan saya sepakat untuk menggesernya ke liburan Lebaran.” tutur perempuan berusia 35 tahun ini.
Apa daya, rencana tinggal rencana. Feti tak sanggup menutupi kesedihannya namun percaya keselamatan dan kesehatan jauh lebih penting.
“Rasanya sangat sedih. Kesedihan yang sungguh tak terbayangkan. impian saya untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga di momen “Hari Kemenangan” batal. Saya tidak tahu harus tertahankan sampai kapan penantian 9 tahun ini.
"Saya sangat ingin sungkem dengan bapak dan juga mengunjungi makam ibu di akhir bulan suci Ramadhan,” ucap Feti menyampaikan kegundahan hatinya.
Feti mengutarakan bahwa ibundanya meninggal beberapa tahun silam sehingga belum berkesempatan berziarah di bulan Ramadhan.
Perempuan berstatus janda ini juga ingin melepas rindu terhadap anaknya yang saat ini menimba ilmu di pesantren kelas 3 SD.
“Saya memutuskan rela tidak mudik mengikuti peraturan pemerintah Indonesia demi menjaga keselamatan dan kesehatan semua pihak termasuk diri saya dan keluarga di Ponorogo di tengah merebaknya wabah virus corona.” ucapnya.
Ketika Kompas.com bertanya lebih jauh mengenai bagaimana dia akan merayakan Idul Fitri minggu depan, Feti berencana menghabiskan waktu dengan video call.
“Rencananya saya akan bersilaturahim dengan keluarga besar lewat video. Demikian juga sama dengan teman-teman ART di Singapura".
"Tahun-tahun sebelumnya saya biasanya bersilaturahim tatap muka dengan mereka. Tetapi untuk tahun ini sesuai anjuran pemerintah Singapura, kita tidak akan saling bertemu fisik.”
Nasib serupa juga dialami Maria Legiowati ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (17/5/2020).
TKI yang sudah bekerja 15 tahun di Singapura sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) ini menyampaikan dia tidak ingin keluarga dan sanak familinya terjangkit virus corona.
“Saya sehat, namun saya tidak akan pernah tahu apakah seseorang menularkan Covid-19 di tengah perjalanan jika saya memilih mudik."
"Bagi saya lebih baik menjaga dan mencegah daripada mengobati.” ucap perempuan yang berasal dari Desa Tammuan, Kecamatan Saluputti, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan itu.
Maria juga menyampaikan pentingnya mematuhi peraturan pemerintah Indonesia yang melarang mudik karena pandemi Covid-19.
Maria tidak menyembunyikan kekecewaan dan kesedihannya karena tidak bisa merayakan Idul Fitri 2020 bersama keluarga.
“Kalau jujur, ya, tentunya jelas sebagai manusia saya sangat kecewa dan sedih karena apa yang sudah direncanakan bersama keluarga hancur berantakan.“ sebutnya.
Namun Maria juga berkata bahwa tentunya bukan hanya dia yang bersedih melainkan masih banyak juga merasakan hal yang sama.
“Kita harus memaklumi keadaan di tengah pandemi ini.”
Maria sendiri tidak selalu mudik setiap tahunnya untuk Hari Raya Idul Fitri. Biasanya dia akan pulang selama 15 hari pada akhir tahun.
Untuk setiap kali mudik, Maria menghabiskan waktu di dua tempat yakni kampung halamannya di Tana Toraja dan kota asal suaminya di Ponorogo, Jawa Timur.
“Jadi setiap kali mudik, saya terbang dari Singapura ke Makassar kemudian perjalanan darat ke Toraja. Setelah 4-6 hari, saya kembali ke Makassar untuk terbang ke Surabaya."
"Perjalanan yang tidak pendek namun sangat berarti untuk melepas rindu terhadap suami, keponakan, dan sanak saudara lainnya.”
Majikan Maria yang merupakan warga Singapura beretnis Tionghoa, rutin memberikan waktu bagi Maria untuk mudik, dan kali ini juga mendukung keputusannya tidak mudik.
“Majikan sangat baik dan terkadang saya bahkan dapat mudik dua kali setahun. Untuk tahun ini walau secara fisik tidak dapat bertemu, saya rasa video call akan dapat mengobati kerinduan di perayaan Lebaran minggu depan,” pungkas Maria mengakhiri wawancaranya dengan Kompas.com.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul TKI di Singapura Tidak Mudik 9 Tahun dan Tertunda Lagi karena Covid-19