Virus Corona Masuk Kalbar

BREAKING NEWS - Dinkes Rapid Test 183 Warga Sanggau Kalbar, 13 Orang Hasilnya Reaktif Covid-19

Untuk yang reaktif, 12 orang karantina mandiri dan satu orang di rumah isolasi di Asrama Diklat Sanggau Permai.

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ginting dan Update Data Covid-19 Kabupaten Sanggau, Selasa 21 April 2020. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ginting mengatakan telah dilakukan rapid test kepada 183 warga Sanggau dan ditemukan 13 orang yang reaktif.

Dari 13 orang itu ada lima ODP, tujuh tenaga kesehatan, dan satu orang adalah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang kontak langsung dengan tenaga kesehatan yang sudah dites sebelumnya dengan hasil reaktif.

"Maka dilanjutkan dengan kontaknya dan ternyata reaktif. Jadi ini kita laksanakan secara berkesinambungan, dan rapid test ini adalah bagian dari pencegahan," jelasnya, Selasa (21/4/2020).

Sutarmidji Umumkan, Akibat Pasien Bohong 40 Dokter dan Paramedis RSUD di Kalbar Reaktif Covid-19

Untuk yang reaktif, 12 orang karantina mandiri dan satu orang di rumah isolasi di Asrama Diklat Sanggau Permai.

Rumah itu biasa digunakan untuk peserta Diklat dan sementara sekarang ini tidak ada diklat.

"Jadi sudah kita perbaiki, sudah kita lengkapi sarananya yang siap digunakan untuk rumah isolasi. Dan akan kita fasilitasi konsumsinya, kita antar," jelasnya.

Sementara itu kata Ginting ada juga 10 orang dari RSUD M Th Djaman Sanggau yang isolasi mandiri, lantaran mereka mengantar, mengambil dan menangani pasien.

"10 orang ini bukan yang reaktif, inisiatif dia saja dan perlu kewaspadaan. Nanti ditunggu 7 hari lah baru Rapid Test. Dan sudah di Asrama Diklat Sanggau Permai. Jadi disana 11 orang," ujarnya.

Kendati begitu, Ginting memastikan bahwa tenaga medis untuk menanggani Covid-19 ini cukup.

Karena kegiatan-kegiatan yang lain untuk sementara dikurangi dan bahkan ada yang dihentikan.

"Maka seluruh tenaga medis yang ada sekarang ini fokusnya adalah menangani Covid-19. Baik di Puskesmas, di Pustu, begitu juga yang di Dinas Kesehatan." 

"Kegiatan-kegiatan yang lain dikurangi bahkan dihilangkan, fokusnya sekarang mengurus masalah Covid-19," jelasnya.

Makanya, menurutnya strategi pencegahan itu lebih penting daripada pengobatan.

Pencegahan lebih murah daripada pengobatan, jadi bukan pemborosan pada saat kita melakukan Rapid Test.

"Karena dibanding dengan penangganan nanti kalau sudah terjadi kasus maka pencegahan ini akan jauh lebih murah dan lebih efektiflah." 

"Karena dampaknya tidak terlalu luas kalau bisa kita mencegah, makanya kita laksanakan lah Rapid Test walaupun membutuhkan biaya kita anggap itu adalah sebuah langkah yang baik untuk kondisi sekarang," ujarnya.

Rapid Tes, lanjut Ginting, bertujuan untuk deteksi dini, kemudian untuk pemetaan.

Makanya dilaksanakan secara menyeluruh dan masif.

"Menyeluruh dalam artian semua kecamatan kita Rapid Test dan masif dalam artian termasuk ODP-nya, termasuk tenaga kesehatan, termasuk nanti gugus tugasnya, dan termasuk juga OTG yang kira-kira kita anggap itu ada alasan beresiko untuk terkena Covid-19 ini," ujarnya.

Ginting menambahkan bahwa data Rapid Test yang sudah masuk dari 15 Kecamatan di Kabupaten Sanggau baru Kecamatan Kapuas.

Jadi baru dalam Kota Sanggau, kita belum mendapatkan pemetaan di Kecamatan lainnya.

"Kita akan tunggu hari-hari berikutnya,"pungkasnya. 

Ginting juga menyampaikan data saat ini sebanyak 708 orang warga Kabupaten Sanggau berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Satu orang.

"Karena dua orang sudah membaik dan sudah dinyatakan sembuh," katanya. 

54 Tenaga Medis di Kalbar Terdampak

Ada 54 tenaga medis di Kalimantan Barat ( Kalbar ) dikabarkan terdampak Virus Corona, Selasa (21/4/2020) WIB.

Dari 54 orang tersebut, 40 tenaga medis yang berada di Pontianak dinyatakan reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test.

Sedangkan 14 tim medis lainnya berada di Kapuas Hulu dan sedang diisolasi.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kapuas Hulu, Nazaruddin membenarkan kalau ada 14 orang Tim Medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Achmad Diponegoro Putussibau harus dilakukan isolasi, di Mis Pemda Kapuas Hulu.

"Tim medis yang harus kita isolasi yaitu dokter dan perawat. Dimana mereka berkontak langsung dengan pasien rumah sakit Putussibau, yang hasil Rapid tes reaktif Covid-19," ujarnya kepada Tribun, Selasa (21/4/2020).

Nazaruddin menjelaskan, 14 orang Tim Medis tersebut mulai diisolasi sejak malam kemarin, Senin (20/4/2020).

Semuanya sudah dicek kesehatan dan hasilnya dikirim ke Provinsi Kalbar.

"Diharapkan hasilnya negatif semuanya," ucapnya.

Menurutnya, diisolasinya tim medis tersebut sesuai dengan prosedur penanganan pencegahan penyebaran virus Corona.

"Maka dari itu diimbau kepada seluruh masyarakat Kapuas Hulu, jangan salah paham mereka diisolasi sesuai dengan penanganan pencegahan Covid-19," ungkapnya.

Sebelumnya, ada dua pasien di rumah sakit Putussibau yang hasil Rapid tes reaktif Covid-19, diantaranya warga Kecamatan Batang Lupar dan Kecamatan Badau.

Dimana, pasien dari Kecamatan Badau sudah meninggal dunia, dan sudah dimakamkan secara protokoler Covid-19.

Kemudian, pasien dari Kecamatan Batang Lupar awalnya hasil rapid tes reaktif covid-19 dan akhirnya hasil laboratorium dari Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak adalah Negatif.

40 Tenaga Medis di Pontianak

Gubernur Kalbar, Sutarmidji menegaskan dirinya tidak akan masuk diranah ibadah semua orang dan agama apapun.

Namun ia melihat, dari data yang ada ada kejadian dilapangan tentang penularan virus corona semakin mengkhawatirkan.

Dalam hal keterjangkitan virus corona ini. Yang perlu dihindari adalah berada di kerumunan orang banyak.

Makanya semua warga diminta menjaga jarak.

Ia menjelaskan ada beberapa contoh kasus, bahwa dirinya diberitahu Konsulat KJRI di Kuching, Serawak beberapa waktu lalu.

Waktu itu ada empat orang, yang dinyatakan positif Covid-19 disana, pulang ke Kalbar karena habis melaksanakan kegiatan keagamaan.

"Nah, dari empat orang ditelusuri keberadaannya. Akhirnya ketemu satu orang di Ketapang,"ucap Midji menjelaskan pada Tribun Pontianak, Selasa (21/4/2020).

Ternyata di Ketapang, Midji ungkapkan ada keterlambatan dalam penanganannya, padahal pihaknya sudah mengimbau mereka memeriksakan diri ke dokter.

Tapi mereka tidak mau dan abai akan imbauan, akhirnya yang bersangkutan meninggal dunia.

Memang yang bersangkutan meninggal lantaran adanya penyakit bawaan lainnya, tapi virus corona menjadi pemicu.

Kemudian, setelah yang bersangkutan meninggal dilakukanlah penelusuran dan pemeriksaa warga sekitsrnya.

Ternyata seluruhnya termasuk murid terpapar virus corona.

"Bahwa ada satu pengurus dilembaga itu, anak dan istrinya juga terpapar virus. Karena cepat diketahui, seluruh murid dilembaga itu dipulangkan dan pengelola yang lainnya diminta mengisolasi diri supaya tidak menularkan pada yang lainnya," tegas Midji.

Setelah itu, Midji menjelaskan pihaknya berhasil menemukan kembali satu diantara empat orang tersebut.

"Ternyata yang bersangkutan juga positif. Anaknya positif, menantunya juga positif dan karena sering pertemuan akhirnya beberapa muridnya juga positif," ujarnya.

Murid-murid yang positif, tidak ada gejala sama sekali seperti orang sakit.

Pasalnya imunitas tubuh masih bagus dan asupan makanan juga bagus.

Tapi kalau mereka berinteraksi lagi dengan orang lain dan orang itu ada penyakit bawaan maka berbahaya.

"Saya minta, saat ibadah dan jangan sampai ada sakit pada diri kita yang menularkan pada orang lain," tambahya.

Ia minta tolong, siapapun yang baru pulang dari luar negeri.

Baik India, Serawak ataupun dalam negeri Gowa Sulawesi ataupun dari mana saja harus memeriksakan diri secepatnya.

Pemeriksaan gratis untuk rapid test. Jangan pernah meremehkan hasil rapid test,

"Setelah kita lakukan uji swab di Lab Untan ternyata semua yang reaktif di rapid test ia juga positif di uji swab," kata Mantan Wali Kota Pontianak ini.

Ketika memeriksakan diri, Midji minta harus jujur sehingga ditangani dengan protokol kesehatan.

"Harus jujur saat memeriksakan diri. Dari mana, kontak dengan siapa. Jangan sampai seperti rumah sakit daerah yang ada di Kalbar, ada sekitar 40 orang dokter spesialis dan perawat reaktif atau positif rapid testnya," tambah Midji.

Ia menjelaskan kasian para tenaga medis yang menangani. Itu semua akibat pasien tidak jujur dan berbohong.

"Para tenaga medis harus menggunakan APD lengkap. Bagi dokter, yang praktek mandiri perhatikan APD. Jangan terlalu percaya diri berlebihan. Fakta menunjukan banyak dpkter praktek umum terpapar virus corona," tambahnya.

Saat ini, yang perlu dijaga adalah tingkat keterjangkitan.

Jangan sampai menurutnya membludak dan akan sulit menanganinya. (*)

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved