Wabah Virus Corona
Reaksi Tayyip Erdogan ketika Menteri Suleyman Soylu Ingin Mundur Karena Turki Lockdown Covid-19
Pasalnya sang Menteri mengundurkan diri karena menilai kabar lockdown yang diberlakukan pemerintah sangat mendadak.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tayyip Erdogan, Presiden Turki menolak pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Suleyman pada Minggu (12/4/2020) lalu.
Pasalnya sang Menteri mengundurkan diri karena menilai kabar lockdown yang diberlakukan pemerintah sangat mendadak.
Sehingga menyebabkan kepanikan di masyarakat, terutama panic buying.
Ketika itu otoritas juga mengatakan akan menerapkan jam malam di puluhan kota.
Alhasil warga Turki hanya memiliki setidaknya dua jam untuk mempersiapkan isolasi besar-besaran ini.
"Insiden yang terjadi menjelang penerapan jam malam itu tidak sesuai dengan manajemen wabah yang baik," cuit Menteri Dalam Negeri, Suleyman Soylu mengutip New York Times.
Mendagri ini telah memegang jabatan sejak Agustus 2016.
• Daftar Presiden Menyumbangkan Gaji untuk Atasi Wabah Covid-19, Dari Donald Trump Hingga Erdogan
Dia menilai deklarasi pemberlakuan jam malam, pada Jumat dini hari itu tidak mencerminkan implementasi kebijakan yang mulus.
Solyu juga mengundurkan diri dari jabatannya itu melalui cuitan di Twitter pribadinya.
Mengutip dari Al Jazeera, dia menambahkan bahwa ia bangga menjadi Menteri Dalam Negeri dan akan tetap setia kepada Erdogan.
Sementara itu, Erdogan menilai tindakan Solyu itu tidak pantas dilakukan saat krisis seperti ini.
Setelah itu Erdogan juga mengatakan bahwa Mendagri akan terus bekerja sesuai tugasnya.
"Pengunduran diri Menteri Dalam Negeri kami belum diterima oleh Presiden, ia akan melanjutkan tugasnya," kata Direktur Komunikasi Kepresidenan dikutip dari Reuters.

Pernyataan Soylu ini tepat sebelum perhujung lockdown di akhir pekan di 31 provinsi seluruh Turki.
Termasuk kota terbesar dan pusat komersial Istanbul, rumah bagi 16 juta penduduk.
Pihak oposisi Partai Rakyat Republik (CHP) menilai pengumuman lockdown itu telah merusak upaya menahan wabah Covid-19 di Turki.
"Keputusan yang perlu diambil untuk kesehatan masyarakat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat karena kurangnya perencanaan," kata juru bicara CHP Faik Oztrak.
"Pengorbanan orang yang mengasingkan diri selama berhari-hari telah sia-sia."
Lebih dari 1.100 orang telah meninggal karena COVID-19 di Turki, mayoritas berasal dari Istanbul.
"Keputusan yang diambil tanpa akal sehat dan kerja sama hanya akan menimbulkan kebingungan dan kepanikan," kata Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu.
Sebelumnya, pembatasan sosial di akhir pekan diberlakukan untuk orang berusia 20 tahun dan lebih dari 65 tahun agar tinggal di rumah.
Pusat pemerintahan Turki, Ankara juga menghentikan semua penerbangan, membatasi perjalanan domestik, menutup sekolah, bar dan kafe, dan menunda sholat berjamaah.
Tetapi orang-orang masih akan bekerja untuk mempertahankan kegiatan ekonomi.
Sebenarnya Erdogan sudah sekali mencopot jabatan menteri di tengah pendemi Covid-19 ini.
Adalah Menteri Perhubungan Mehmet Cahit Turhan, yang dipecat dari kementerian sekitar dua minggu lalu.
Dia menuai kritik keras karena melakukan tender pembangunan kanal di pinggiran Istanbul, di tengah krisis kesehatan ini.
Menurut catatan Worldometers pada Senin (13/4/2020) ini, Turki memiliki 56.956 kasus infeksi corona.
Sementara itu jumlah kematiannya mencapai 1.198.
Namun sebanyak 3.446 pasien berhasil sembuh. (Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Presiden Turki Erdogan Tolak Pengunduran Diri Menterinya yang Mundur karena Kecewa Lockdown
(*)