Wabah Virus Corona
10 Ribu Orang Meninggal, Spanyol Catatkan Kematian yang Tinggi Akibat Covid-19, Apa Penyebabnya?
Bahkan, kematian harian tertinggi mencatatkan rekor baru di Spanyol dengan 950 orang meninggal, pada Rabu (1/4) kemarin.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MADRID - Spanyol mencatatakan angka kasus meninggal dunia yang cukup tinggi akibat virus corona atau covid-19.
Bahkan, kematian harian tertinggi mencatatkan rekor baru di Spanyol dengan 950 orang meninggal, pada Rabu (1/4) kemarin.
Dengan itu, orang yang meninggal dunia kini tercatat melampaui angka 10 ribu orang.
Dikutip dari Kontan.co.id dilansir Reuters, Kementerian Kesehatan Spanyol menerangkan, pada Kamis (2/4), jumlah kasus virus corona naik 8% menjadi 110.238.
Peningkatan harian kasus baru memang telah melambat dalam beberapa hari terakhir.
• Australia Uji Coba Pra-klinis Vaksin Covid-19 Terhadap Musang, Butuh Berapa Lama Produksi untuk Umum
Total korban tewas akibat virus corona di negeri matador mencapai 10.003, melonjak lebih dari 10% pada Rabu (1/4) dibanding hari sebelumnya.
Angka kenaikan sama dengan Selasa (31/3).
Data Kementerian Kesehatan Spanyol menunjukkan, lebih dari 6 ribu orang saat ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Sejak Senin (30/3), kasus infeksi sudah melewati kasus di China.
Wakil Kepala Kesehatan Darurat Spanyol, Maria Jose Sierra mengungkapkan, peningkatan infeksi harian melambat sejak penerapan tindakan penguncian menjadi rata-rata 12% sejak 25 Maret, dari 20% pada periode 15-25 Maret.
Lalu, apa yang menjadi penyebab penyebaran virus corona begitu cepat di Spanyol?
Respons yang Salah
Dikutip dari Kompas.com dilansir The Guardian memberitakan, pendekatan awal Spanyol yang dianggap canggung dan gagal dalam mengambil langkah-langkah mitigasi lebih cepat mendapatkan kritik tajam dari berbagai pihak.
Hal itu terbukti dari penolakan pemerintah untuk menerapkan pembatasan ketat sebelum terjadinya lonjakan kasus yang mengakibatkan krisis kesehatan di negara itu.
Saat negara-negara Eropa lain memberlakukan pembatasan ketat, 120.000 orang berkumpul di pusat Kota Madrid untuk merayakan Hari Perempuan dan sekitar 60.000 penggemar sepak bola memenuhi salah satu stadion terbesar ibu kota.
Tak hanya itu, 9.000 pendukung Vox, partai terbesar ketiga Spanyol, berkumpul di dalam bekas arena adu banteng untuk menghadiri konferensi partai.
Setelah membela keputusannya untuk membiarkan pertemuan massal berlangsung, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada 13 Maret memperingatkan bahwa negaranya akan menghadapi minggu-minggu yang sangat sulit.
• Sosok Dokter Pertama Kali Ungkap Covid-19 di Wuhan China Dikabarkan Menghilang, Khawatir Ditahan
Tes Cepat
Dalam beberapa hari terakhir, percakapan di Spanyol fokus pada tes cepat untuk menetapkan sejauh mana penyebaran virus corona.
Pembelian jutaan alat tes cepat yang dibanggakan oleh pemerintah justru menjadi bumerang ketika diketahui bahwa 9.000 tes gelombang pertama memiliki akurasi yang sangat terbatas.
Meski Pemerintah Spanyol menegaskan akan mendatangkan alat tes lanjutan yang lebih akurat, tapi sebagian alat-alat itu belum tiba.
Seorang profesor di Departemen Kesehatan Masyarakat dan Obat Pencegahan di Navarra Universitu Carlos Chilleron mengatakan, uji reaksi polimerase (PCR) adalah metode yang paling dapat diandalkan saat ini.
Dilansir dari Aljazeera, tes itu membutuhkan waktu sekitar empat sampai enam jam untuk menentukan hasil dan sedang digunakan oleh 20.000 orang per hari di Spanyol.
Perseteruan Politik dan Buruknya Koordinasi
Memburuknya situasi di Spanyol telah meningkatkan perseteruan politik di negara yang sudah sangat terpolarisasi itu.
Dikutip dari Kompas.com dilansir New York Times memberitakan, tak lama setelah Sanchez berbicara pada 13 Maret 2020, pemimpin oposisi Partai Populer Pablo Casado mengatakan, akan mendukung perpanjangan keadaan darurat melebihi 15 hari jika diperlukan.
Akan tetapi, Pablo juga menyerang pemerintah dan menyebut pihaknya harus mulai memimpin.
"Selama minggu-minggu terakhir, pemerintah telah melakukan kesalahan serius. Sudah waktunya, waktunya untuk menunjukkan keteguhan dan tekad," kata dia.
Sementara itu, pemerintah daerah Catalonina dan Basque mengklaim langkah pemerintah pusat itu dapat merusak otonomi mereka.
• Aksi Protes Bantuan di Tengah Lockdown Covid-19, Presiden Duterte: Tembak Mati Saja Perusuh
Kritik yang sama juga disampaikan oleh Perdana Menteri Andalusia.
Koordinasi yang buruk juga terlihat ketika penutupan sekolah dan universitas justru mendorong banyak orang untuk pergi ke bar, memenuhi taman, dan pergi ke pantai bersama keluarga.
Seorang dokter sekaligus Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja sektor Kesehatan Madrid Angela Hernandez Puente mengkritik para politisi di negaranya.
"Alih-alih membiarkan para profesional memimpin pekerjaan, para politisi justru menghalanginya. Saya telah melihat lebih banyak permainan menyalahkan di antara mereka dari pada koordinasi," kata Hernandez. (**)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Sedih, angka kematian di Spanyol akibat virus corona tembus 10.000, https://internasional.kontan.co.id/news/duh-angka-kematian-di-spanyol-akibat-virus-corona-tembus-10000 dan Kompas.com dengan judul Mengapa Angka Infeksi dan Kematian akibat Virus Corona di Spanyol Tinggi?, https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/02/190700365/mengapa-angka-infeksi-dan-kematian-akibat-virus-corona-di-spanyol-tinggi-?page=all#page4