Human Interest Story
Kisah Pilu Bapak dan Anak Pengidap Kanker untuk Dapatkan Masker di Tengah Merebaknya Virus Corona
Bahkan bahan makanan pokok juga ikutan diborong sebagai persiapan dari rasa panik yang muncul di masyarakat.
Penyebaran global Virus Corona Covid-19 telah menghebohkan masyarakat Indonesia sejak beberapa hari terakhir, pasca Presiden Jokowi umumkan secara resmi 2 pasien positif terinfeksi.
Masyarakat pun seakan panik, sehingga imbasnya banyak yang memburu masker dan sanitizer sebagai antisipasi terhindar penyakit menular tersebut.
Bahkan bahan makanan pokok juga ikutan diborong sebagai persiapan dari rasa panik yang muncul di masyarakat.
Akibatnya masker dan sanitizer jadi langka di pasaran dan beberapa bahan pokok juga cepat habis.
Yang paling memilukan dampak dari kepanikan masyarakat ini sangat dirasakan oleh seorang bapak dan anak di Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.
Yaitu Susanto Tan (46) dan putrinya Celine (6). Kedua mengidap penyakit tertentu dan memang membutuhkan masker setiap harinya jauh sebelum munculnya Virus Corona.
• PASIEN Positif Virus Corona Bantah Sejumlah Penyataan Tak Akurat Pemerintah, Berikut Rangkumannya
Mereka begitu kesulitan untuk mendapat masker lantaran langkanya masker akibat penyebraan Convid 19.
Susanto mengakui dirinya merupakan penyintas kanker Nasofaring sementara anaknya Leukimia.
"Jadi waktu itu saya sedang ke kota Mempawah. Saat akan pulang ke rumah saya coba singgah di setiap toko untuk mencari masker. Ternyata sampai di Jungkat tidak ada lagi toko atau apotek yang menyediakan masker karena kehabisan stok," ujarnya saat dihubungi, Kamis (5/3).
Diakui Susanto Tan, penggunaan masker olehnya dan anaknya tersebut jauh sebelum kasus virus corona merebak.
Dimana penggunaan masker sudah menjadi kebutuhan baginya sebagai penyintas kanker.
"Saya rutin menggunakan masker sejak dinyatakan mengidap kanker, kurang lebih sejak 2018 lalu. Sementara anak saya sejak tahun 2016 sudah menggubakan masker. Karena kami rentan terhadap polusi udara seperti debu, asap rokok, dan lainnya maka penting menggunakan masker," ungkapnya.
Penggunaan masker tersebut dilakukannya setiap harinya.
Setiap hari setidaknya dirinya menggunakan satu masker, sedangkan putrinya bahkan lebih banyak yaitu 3 masker.
"Tentu dengan kelangkaan ini menyulitkan kami yang memang benar-benar membutuhkan penggunaan masker. Apalagi saya dan anak masih terus melakukan check up. Kalau saya setiap 3 bulan bahkan harus ke Jakarta check up," tuturnya.
Biasanya ia mendapatkan masker dari distributor di Pontianak dan pembeliannya satu kotak.
"Biasanya satu kotak saya belinya karena kami juga buka toko ATK di sini. Namun sekarang saya tanya stoknya sudah kosong," katanya.
Kelangkaan ini semakin diperparah dengan melonjaknya harga masker tersebut di pasaran hingga 400-an persen.
"Biasanya satu kotak itu Rp 23.000 hingga Rp 40.000 tergantung jenisnya. Sekarang saat saya lihat di online sudah mencapai Rp 220.000 perkotaknya," lanjutnya.
Akhirnya iapun kesulitan memperoleh masker dan mencoba memposting kondisinya tersebut.
"Saya coba posting kondisi ini ke media sosial, beruntung ada kawan-kawan yang melihat dan membantu memberikan masker," tuturnya.
Ia berharap kondisi seperti ini dapat segera tertangani, tidak hanya bagi dirinya yang mengidap kanker tetapi juga masyarakat lain yang membutuhkan.
"Saya harap pemerintah bisa memperhatikan ini, selain harganya melonjak tinggi juga langka. Kasihan juga kawan-kawan kita yang memang membutuhkan, termasuk pengendara kendaraan bermotor yang biasa menggunakan masker," pungkasnya. (*)