Mengenal Uniknya Babi Berjanggut, 'Penjelajah Tak Kenal Lelah' yang Kian Terancam Punah
Babi berjanggut merupakan salah satu spesies mamalia yang telah diidentifikasi di daerah Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar.
Ia mengonsumsi buah-buahan, biji-bijian, hingga binatang kecil yang jatuh di tanah seperti cacing dan serangga.
Spesies ini telah dinyatakan berstatus rentan punah sejak 2008.
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mencatat, terjadi penurunan signifikan pada populasi babi berjanggut.
Dalam 21 tahun atau setara dengan tiga generasi, terjadi penurunan hingga 30%.
Diduga penyebabnya adalah hilangnya habitat spesies akibat eksploitasi dan degradasi hutan.
Sebenarnya, babi berjanggut dapat hidup di lingkungan yang paling terdegradasi.
Kemampuannya beradaptasi dan menjadi pemakan segala menjauhkannya dari ambang kepunahan.
Namun, fakta bahwa ia masih terancam menunjukkan bahwa degradasi hutan Kalimantan sudah parah.
Selain itu, ada beberapa warga lokal yang memburu babi berjanggut untuk dikonsumsi.
Penjelajah Tak Kenal Lelah
Tak hanya ada di Semenanjung Kampar Riau, Babi Berjanggut juga ddapat ditemukan di Kalimantan atau disebut pula Borneo kaya akan keanekaragaman hayati.
Pulau ini rumah bagi banyak spesies unik.
Tanaman uniknya termasuk Nepenthes pemakan daging serta Rafflesia arnoldii, bunga terbesar di dunia yang mengeluarkan bau daging busuk.
Hewan-hewan seperti orang utan, gajah kerdil Kalimantan, macan tutul, monyet berhidung panjang dan tupai tanah juga hidup di pulau tersebut.
Salah satu spesies yang jarang disebutkan adalah babi berjanggut, Sus barbatus.