Benarkah Virus Corona Lebih Banyak Membunuh Pria Dibanding Wanita? Ahli Beber Alasannya
Selain faktor biologis, gaya hidup dan penyakit yang dimiliki pria dan wanita juga memengaruhi tubuh merespons infeksi.
Benarkah Virus Corona Lebih Banyak Membunuh Pria Dibanding Wanita? Ahli Beber Alasannya
Wabah virus corona yang menjadi pandemik terus mengalami peningkatan baik dari jumlah kasus dan kematian secara global.
Tak hanya mewabah di Asia, tapi juga Eropa dan Timur Tengah.
Dilansir dari SCMP , hingga Rabu (26/2/2020) pagi tercatat ada 80.967 kasus, 2.763 kematian, dan 29.998 pasien yang sembuh.
Di China saja, total kematian ada 2.717 orang.
Sedangkan total kasusnya di China mencapai 78.159 kasus.
Di luar daratan China, negara terbanyak kasus coronavirus adalah Korea Selatan yang kasusnya tembus 1.146 kasus.
• Wakil Menteri di Iran Positif Tertular Virus Corona, Video Konferensi Pers Terakhirnya Jadi Sorotan
Analisis kasus virus corona Wuhan atau Covif-19 yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China telah menunjukkan bahwa virus ini sangat rentan menginfeksi orang lanjut usia (lansia).
Para peneliti mencatat, pasien yang terinfeksi Covid-19 antara pria dan wanita jumlahnya kurang lebih sama.
Namun, tingkat kematian karena Covid-19 ternyata lebih banyak ditemukan pada pria dibanding wanita, yakni 2,8 persen korban meninggal pria dan 1,7 persen wanita.
Dilansir New York Times, Kamis (20/2/2020), para ahli yakin bahwa perbedaan jumlah korban tewas antara pria dan wanita dapat dikaitkan dengan berbagai faktor biologis.
Perbedaan faktor biologis seperti hormon estrogen wanita disebut berperan dalam imunitas.
Selain itu, wanita juga memiliki dua kromosom X yang mengandung gen yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.
Selain faktor biologis, gaya hidup dan penyakit yang dimiliki pria dan wanita juga memengaruhi tubuh merespons infeksi.
Sebagai contoh, di China ada sedikitnya 316 juta perokok yang mewakili hampir sepertiga jumlah perokok di seluruh dunia.
• VIRUS Corona Merebak, Dua Konser K-Pop di Jakarta Resmi Ditunda | Kim Jae Jong dan AB6IX
Dari angka tersebut, hanya 2 persen wanita China yang merokok dan lebih dari separuh pria adalah perokok.
Selain kebiasaan merokok, ahli menemukan bahwa jumlah pasien diabetes tipe 2 dan hipertensi di China, jauh lebih tinggi pria dibanding wanita.
"Pria mungkin memiliki rasa aman yang salah ketika menyangkut virus corona. Ini yang memengaruhi jumlah kematian pada pria lebih banyak," kata Akiko Iwasaki, seorang profesor imunologi di Universitas Yale yang mempelajari mengapa beberapa virus sangat memengaruhi perempuan.
Selain itu, peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Sabra Klein mengatakan, penerapan hidup bersih dan sehat sangat berpengaruh dalam upaya melindungi tubuh dari infeksi virus.
"Studi ini mengindikasikan bahwa pria sangat jarang mencuci tangan menggunakan sabun dibanding perempuan. Ini berpengaruh," kata Sabra Klein.
Pasien Sembuh Bisa Tertular Kembali
Seorang ahli pernapasan China memperingatkan, pasien yang sudah pulih masih mempunyai kemungkinan menularkan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.
Zhao Jianping, kepala tim yang bekerja untuk mengatasi wabah Covid-19 di Hubei, China, mengatakan bahwa ada beberapa kasus di mana hasil tes pasien masih positif meski sudah dinyatakan sembuh.
"Ini berbahaya, Di mana Anda menempatkan pasien-pasien itu? Anda tidak bisa mengirim mereka pulang karena mereka mungkin masih bisa menulari orang lain, tapi mereka juga tidak bisa masuk lagi ke rumah sakit yang menjadi pusat penyebaran penyakit," kata Zhao, dilansir dari South China Morning Post, Jumat (21/2/2020).
Dalam wawancara terpisah dengan Beijing News pada Rabu (19/2/2020), Zhao mengatakan, salah satu pasiennya telah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit setelah dua tes laboratorium hasilnya negatif.
Namun, beberapa hari kemudian, pasien itu mengalamai demam dan kembali dinyatakan positif.
Dia mengatakan, kasus itu menyarankan bahwa pasien yang sudah pulih harus mengarantinakan diri di rumah selama 14 hari setelah dipulangkan.
Para ahli China sebelumnya telah memperingatkan bahwa pasien yang pulih dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.
Di Provinsi Ontario, Kanada, misalnya, dua kasus pertama Covid-19 di negara itu yang telah sembuh dinyatakan positif lagi.
Kevin Patterson, seorang dokter di Kanada, mengatakan bahwa dalam beberapa kasus pasien yang telah sembuh dari Ebola atau TBC, mereka terus membawa jejak virus atau bakteri dalam tubuh.
Dalam kasus ini, pasien yang dinyatakan positif lagi tidak menularkan virus ke orang lain.
Namun, masih belum diketahui apakah pasien yang sudah sembuh kemudian dinyatakan positif Covid-19 lagi dapat menularkan virus ke orang lain.
Oleh sebab itu, Kepala Divisi Epidemiologi dan Biostatistik di Universitas Hong Kong Benjamin Cowling mengatakan bahwa cara terbaik untuk menilai risiko tersebut adalah dengan memastikannya di laboratorium.
Cowling menambahkan, jika beberapa pasien yang sudah sembuh kemudian terinfeksi lagi dan terbukti dapat menularkan virus, maka penting untuk memantau seberapa sering itu terjadi.
Dia berasumsi, potensi penularan oleh pasien yang pernah sembuh hanya kecil kemungkinan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Virus Corona Lebih Banyak Membunuh Pria Dibanding Wanita?", https://sains.kompas.com/read/2020/02/26/090300423/kenapa-virus-corona-lebih-banyak-membunuh-pria-dibanding-wanita-?page=all#page3.
Penulis : Gloria Setyvani Putri