Petaka Siswi SMP
Kondisi Opi Terkini Pasca Dirawat Akibat Candaan Tari Kursi, Dalam Dua Hari Terakhir
Opi, saat ini masih dirawat di Ade M Djoen Sintang. Informasinya, korban akan dibawa ke Pontianak untuk tindakan medis lebih lanjut.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Madrosid
SINTANG - Opi, siswi SMPN 4 Sintang terpaksa dirawat di rumah sakit beberapa hari terakhir. Siswi kelas IX ini mengalami cidera akibat jatuh terduduk setelah kursinya ditarik oleh temannya di sekolah.
Opi, saat ini masih dirawat di Ade M Djoen Sintang. Informasinya, korban akan dibawa ke Pontianak untuk tindakan medis lebih lanjut.
Kejadian candaan tarik kursi terjadi pada pekan lalu.
Pagi itu, Opi dan kawan kelompoknya usai mempresentasikan hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia depan kelas kembali ke tempat duduknya. Namun, teman sekelasnya jahil, menarik kursi tempat duduk Opi.
Akibatnya, tubuhnya terduduk di lantai kelas.
"Gurunya pas keluar. Di kelas ada diskusi. Pas selesai, anak itu mundur mau duduk, kursinya ditarik sama kawannya. Langsung jatuh, kemudian dibawa ke kantor. Setelah jatuh, korban ndak bisa jalan," ujar Marhadi, Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) SMPN 4 Sintang, Marhadi, Senin (17/2/2020).
• Candaan Tarik Kursi di SMPN 4 Sintang jadi Petaka, Magdalena Ukis: Kami Tidak Tinggal Diam
Kepala SMPN 4 Sintang Sarbaini membenarkan kejadian tersebut. Kebetulan, saat kejadian dia berada di sekolah.
Bahkan, Sarbaini juga ikut membantu menolong Opi pasca jatuh.
Sarbaini melihat, Opi mengeluh sakit di bagian pinggul dan paha sebelah kanan. Kemudian Opi dipapah menuju Unit Kesehatan Siswa (UKS).
Lalu, kedua orangtua Opi dan (AG) siswa yang bercanda menarik kursi juga diminta memanggil orangtuanya.
"Kami bawa ke Puskemas. Oleh Puskemas dirujuk ke rumah sakit. Saya tanya, katanya sakit bagian pinggul sampai kaki," kata Sarbaini.
Candaan tarik kursi berujung petaka yang terjadi SMPN 4 Sintang diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak.
Orangtua Opi dan orangtua AG bersepakat menyelesaikan persoalan ini melalui jalur musyawarah.
Menurut Sarbaini, musibah tersebut tidak ada yang tahu, meski niat siswanya hanya bercanda namun berakibat fatal.
"Intinya begini, kita punya tanggungjawab. Walaupun itu kecelakaan, anak anak juga tidak menginginkan kejadian tersebut," ujar Sarbaini.
Jalur musyawarah ditempuh. Pihak sekolah juga menginisiasi jalannya musyawarah mengundang kedua belah pihak ke sekolah.
Dalam kesepatan itu, orangtua siswa yang bercanda menarik bangku siap untuk tanggugjawab dan membantu biaya pengobatan Opi.
"Yang penting ada niat untuk tanggungjawab," jelasnya.
Sarbaini, juga tak menginginkan kejadian candaan berujung petaka ini terulang kembali.
"Gurau boleh, tapi kalau seperti itu guraunya bisa berakibat fatal dampaknya. Saya menekankan kepada guru bahwa pembinaan karakter itu penting. Korban saat ini masih di rumah sakit, rencananya oleh orangtuanya akan dibawa ke Pontianak," kata Sarbaini.
Membaik
Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, Rossa Trifina memastikan kondisi korban dalam dua hari terakhir umumnya keadannya semakin membaik.
“Dua hari yang lalu, pasien keadaan umumya baik,” ujarnya dikonfirmasi Tribun Pontianak, Senin (17/2/2020).
Soal hasil rontgen, Rossa tidak membeberkan secara detail. Dia hanya memastikan kondisi pasien korban candaan tarik kursi sudah membaik.
“Laporan yang saya dapat bahwa keadaan umum baik. Kalau ada info terbaru lagi saya kabari, ya,” ujar Rossa mengakhiri percakapan via WhatsApp.
Kepala Bidang Pembinaan SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sintang, Gisi mengaku terkejut saat mendengar kabar ada siswi SMPN 4 Sintang yang mengalami kecelakaan akibat candaan tarik kursi.
Kabar candaan tarik kursi berujung pelajar masuk rumah sakit justru diterima Gisi dari masyarakat, bukan dari pihak sekolah.
“Kita tahu justru dari orang lain. Sebab, sampai hari Sabtu kemarin, pihak sekolah belum memberikan laporan ke kami,” ujar Gisi, Senin (17/2/2020).
Hari itu juga, Sabtu (15/2) lalu, Gisi memanggil pihak sekolah untuk meminta keterangan.
Dari keterangan pihak sekolah kata Gisi, musibah candaan yang berakibat Opi siswi kelas IX harus dilarikan ke rumah sakit itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
“Saya panggil pihak sekolah minta penjelasan mereka ada kesekapatan diselesaikan secara kekeluargaan. Waktu KPAI dan kepolisian minta keterangan, mereka juga tidak bersedia memberikan keterangan, karena sudah selesai secara kekeluargaan,” ungkap Gisi.
Menurut Gisi, kejadian tersebut bukan karena kelalalain guru.
“Sebenarnya bukan kelalain guru sebetulnya, karena memang dalam kondisi sedang belajar.
Anak itu sedang presentasi, gurunya keluar sebentar, terus anak itu mau duduk, bangkunya ditarik,” ujarnya.
Meski belum menerima laporan tertulis, Disdik tetap memonitor perkembangan Opi yang saat ini dirawat di RSUD Ade M Djoen Sintang.
Gisi menyebut kondisi Opi siswi kelas IX SMPN 4 Sintang yang menjadi korban candaan tarik kursi berangsur membaik. Saat ini, korban masih dirawat di RSUD Ade M Djoen, Sintang. Informasinya, orangtua korban berencana akan membawa Opi ke Pontianak. Selama dirawat di rumah sakit, Opi kata Gisi sudah bisa berjalan.
“Perkembangannya makin sebaik. Sudah bisa jalan, tapi belum bisa sendiri, masih dipapah,” ungkapnya.
Informasi yang diterima Gisi, hasil Rontgen terhadap korban tidak ditemukan ada tulang yang retak.
“Hanya urat saja,” katanya.
Disdik memastikan akan tetap memonitor perkembangan korban candaan tarik kursi tersebut yang saat ini masih dirawat di rumah sakit.
Candaan Berbahaya
Candaan menarik kursi atau bahkan ikut challlenge yang saat ini viral seperti Skullbreaker Challenge sebaiknya dihindari.
Meski niatnya bercanda untuk hiburan, candaan dan tantangan itu menimbulkan dampak yang sangat berbahaya.
Paling fatal, bisa menyebabkan kematian.
“Semua itu berbahaya. Ini bukan permainan aman. Tidak boleh dilakukan. Saya sangat melarang keras candaan dan challlenge yang saat ini sedang viral,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh.
Menurut Sinto, candaan menarik kursi orang yang akan duduk dapat berakibat fatal. Tulang ekor bisa patah bisa menyebabkan kecacatan permanen terhadap korbannya.
“Begitu dia jatuh, tulang ekornya jatuh ke lantai keras, patah tulang ekor dan punggung. Di situ ada ribuan saraf dan pembuluh darah, berbahaya,” jelasnya.
Sinto juga menyayangkan ada kejadian candaan tarik kursi yang dilakukan oleh seorang pelajar di Sintang. menurutnya, candaan yang dapat menyebabkan kecelakaan dan berakibat fatal sebaiknya tidak dilakukan.
“Itu sangat tidak bijakasana untuk dilakukan,” tegasnya.
Kedepan, Sinto berharap kejadian ini menjadi perhatian semua pihak, agar tidak melakukan tantangan dan candaan yang dapat membahayakan keselamatan seseorang. Lebih baik kata dia, dibuat Challenge pungut sampah.
“Saya berharap, para guru di sekolah agar dapat memperingatkan muridnya di sekolah. Candaan tarik kursi itu bisa menyebabkan kerusakan fatal dan cacat permanen. Sepanajng tulang leher sampai dengan tulang ekor, saraf semua. Itu sangat berbahaya. Bagus Challenge ambil sampah, supaya lingkungan bersih,” tukasnya. (ags)