Petaka Siswi SMP

KISAH LENGKAP Candaan Tarik Kursi Berbuah Petaka di SMPN 4 Sintang, dari Kronologi ke Rumah Sakit

meskipun kondisi dilaporkan membaik, namun korban rencananya akan dirujuk ke Pontianak untuk penanganan lebih lanjut

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Muhammad Firdaus
KOLASE TRIBUN PONTIANAK/DIKA
KISAH LENGKAP Candaan Tarik Kursi Berbuah Petaka di SMPN 4 Sintang, dari Kronologi ke Rumah Sakit 

SINTANG - Kisah candaan tarik kursi berbuah petaka di SMPN 04 Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, mendapat perhatian dari pembaca Tribunpontianak.co.id.

Candaan antarsiswa di SMPN 4 Sintang itu berdampak negatif, karena korban hingga Senin (17/02/2020) masih dirawat di RSUD Ade M Djoen Sintang.

Korban dilaporkan sempat mengalami kesakitan pada bagian pinggul dan kaki akibat peristiwa tersebut.

Dari informasi yang dihimpun, meskipun kondisi dilaporkan membaik, namun korban rencananya akan dirujuk ke Pontianak untuk penanganan lebih lanjut.

BREAKING NEWS: Candaan Tarik Kursi Berujung Petaka di SMPN 4 Sintang

Berikut kami rangkum kisah lengkap peristiwa ini:

1. Kronologi Awal

Dilaporkan sekolah, kejadian itu pada Rabu atau Kamis (12-13/02/2020) kemarin.

Petaka itu berawal ketika korban dan rekannya kelompoknya menyelesaikan persentasi hasil belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia depan kelas.

Naas, Opi yang kembali ke tempat duduknya dijahili temannya.

Kursi yang diduduki Opi ditarik sehingga yang berakibat tubuhnya terduduk di lantai kelas.

"Gurunya pas keluar. Di kelas ada diskusi. Pas selesai, anak itu mundur mau duduk, kursinya ditarik sama kawannya,” ungkap Guru Bimbingan Penyuluhan (BP) SMPN 4 Sintang, Marhadi, kepada Tribun Pontianak, Senin (17/2/2020).

Korban memang langsung jatuh dan tak bisa jalan. “Langsung jatuh, kemudian dibawa ke kantor. Setelah jatuh, korban tidak bisa jalan," lanjut Marhadi.

Untungnya, persitiwa itu mendapat penanganan cepat termasuk Kepala SMPN 4 Sintang, Sarbaini yang juga menolong korban.

Sarbaini kebetulan berada di sekolah saat kejadian sehingga ikut membantu menolong Opi dan dibawa ke Unit Kesehatan Siswa (UKS).

Opi selesai kejadian mengeluh sakit di bagian pinggul dan paha sebelah kanan.

"Kami bawa ke Puskemas. Oleh Puskemas dirujuk ke rumah sakit. Saya tanya, katanya sakit bagian pinggul sampai kaki," kata Sarbaini.

PETAKA Candaan Tarik Kursi Siswi SMPN 4 Sintang, Korban Sakit di Pinggul & Paha Hingga Dirawat di RS

2. Kondisi Terkini Korban

Sekira 5-6 hari setelah kejadian, siswi kelas IX SMPN 04 Sintang yang dirawat di tempat layanan kesehatan berangsur membaik.

Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, Rossa Trifina memastikan kondisi korban dalam dua hari terakhir semakin membaik.

“Dua hari yang lalu, pasien keadaan umumya baik,” ujar Rossa dikonfirmasi Tribun Pontianak, Senin (17/2/2020).

Namun, Rossa tidak membeberkan secara detail kondisi kesehatan korban.

“Kalau laporan yang saya dapat bahwa keadaan umum baik. Kalau ada info terbaru lagi, saya kabari,” janji Rossa mengakhiri percakapan via WhatsApp.

3. Disdik Tahu dari Medsos

Peristiwa candaan tarik kursi yang kemudian berakibat fatal ini ternyata diketahui pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sintang dari media sosial (Medsos).

Pihak sekolah belum melaporkan kejadian itu.

“Kami tahunya justru dari media sosial,” ujar Magdalena Ukis, Sekretaris Disdikbud Sintang, pada Senin (17/2/2020).

Meski belum mendapat laporan resmi atas persitiwa itu, pihaknya tidak tinggal diam dengan tetap bergerak memonitor kondisi korban.

Disdikbud juga telah memanggil pihak sekolah untuk mengetahui duduk perkaranya.

“Intinya kami dari pihak dinas tidak tinggal diam saja. Walaupun pihak sekolah belum melapor, kita tetap bergerak,” tegas Magdalena Ukis.

Ukis mengaku tak menyangkan kejadian candaan tarik kursi berujung fatal terjadi di Sintang.

Sebab, selama ini Disdik sudah gencar melakukan upaya sosialisasi dan imbauan ke peserta didik, guru maupun orangtua murid.

Kejadian ini, kata Ukis, musibah dan menjadi pelajaran penting sehingga perlu peningkatan imbauan agar tidak terjadi peristiwa serupa.

“Niatnya bercanda, tapi berakibat fatal Kejadian ini menjadi catatan penting kami,” katanya.

“Kami akan terus mengimbau agar ini menjadi perhatian bersama, baik orangtua, guru dan peserta didik. Ke depan harus ada pendampingan peserta didik, baik saat jam belajar, maupun istirahat,” imbuh Magdalena Ukis.

4. Sepakat Musyawarah

Candaan tarik kursi berujung petaka di SMPN 4 Sintang kini telah diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak.

Orangtua Opi dan orangtua AG bersepakat menyelesaikan persoalan ini melalui jalur musyawarah.

"Intinya begini, kita punya tanggungjawab. Walaupun itu kecelakaan, anak-anak juga tidak menginginkan kejadian tersebut," ujar Kepala SMPN 04 Sintang, Sarbaini.

Pihak sekolah juga menginisiasi jalannya musyawarah mengundang kedua belah pihak ke sekolah.

Orangtua siswa AG juga sepakat untuk tanggungjawab membantu biaya pengobatan Opi. "Yang penting ada niat untuk tanggungjawab," imbuhnya.

Harapan Sarbaini, persitiwa ini menjadi yang terakhir. "Gurau boleh, tapi kalau seperti itu guraunya bisa berakibat fatal dampaknya,” tegasnya.

“Saya menekankan kepada guru bahwa pembinaan karakter itu penting. Korban saat ini masih di rumah sakit, rencananya oleh orangtuanya akan dibawa ke Pontianak," imbuh Sarbaini.

Dari persitiwa ini, KPAI dan kepolisian juga sudah meminta keterangan namun keduabelah pihak enggan memberikan.

"Waktu KPAI dan kepolisian minta keterangan, mereka juga tidak bersedia memberikan keterangan. Karena sudah selesai secara kekeluargaan,” ungkap Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdikbud Sintang, Gisi.

Disdikbud memang telah memanggil pihak sekolah, pada Sabtu (15/2/2020) lalu. “Saya panggil pihak sekolah minta penjelasan Mereka ada kesepakatan diselesaikan secara kekeluargaan,” terangnya.

Gisi juga menilai bahwa kejadian ini bukan kelalaian guru. "Anak itu sedang presentasi, gurunya keluar sebentar, terus anak itu mau duduk, bangkunya ditarik,” tukasnya.

4. Dampak Fatal

Candaan menarik kursi atau bahkan ikut challlenge yang saat ini viral seperti skull breaker challenge sebaiknya dihindari.

Meski niatnya bercanda untuk hiburan, candaan dan tantangan itu menimbulkan dampak yang sangat berbahaya. Paling fatal, bisa menyebabkan kematian.

“Semua itu berbahaya. Ini bukan permainan aman. Tidak boleh dilakukan. Saya sangat melarang keras candaan dan challlenge yang saat ini sedang viral,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh, Senin (17/2/2020).

Menurut Sinto, candaan menarik kursi orang yang akan duduk dapat berakibat fatal.

Tulang ekor bisa patah bisa menyebabkan kecacatan permanen terhadap korbannya.

“Begitu dia jatuh, tulang ekornya jatuh ke lantai keras, patah tulang ekor dan punggung. Di situ ada ribuan saraf dan pembuluh darah, berbahaya,” terangnya.

Sinto juga menyayangkan ada kejadian candaan tarik kursi yang dilakukan oleh seorang pelajar di Sintang.

Menurutnya, candaan yang dapat menyebabkan kecelakaan dan berakibat fatal sebaiknya tidak dilakukan.

“Itu sangat tidak bijaksana untuk dilakukan,” tegasnya.

Opi terbaring di rumah sakit setelah terjatuh akibat candaan tarik kursi yang dilakukan oleh teman sekelasnya.

Ke depan, Sinto berharap kejadian ini menjadi perhatian semua pihak.

Ia tak ingin siswa melakukan tantangan dan candaan yang dapat membahayakan keselamatan seseorang.

Lebih baik, kata dia, dibuat challenge pungut sampah.

“Saya berharap, para guru di sekolah agar dapat memperingatkan muridnya di sekolah," harapnya.

"Candaan tarik kursi itu bisa menyebabkan kerusakan fatal dan cacat permanen".

"Sepanjang tulang leher sampai dengan tulang ekor, saraf semua. Itu sangat berbahaya".

"Bagus challenge ambil sampah, supaya lingkungan bersih,” tukasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved