Horor di Hutan Sambas

FAKTA BARU Horor Hutan Sambas, Kisah Deki di Perkampungan Alam Gaib! Mirip Cerita KKN Desa Penari?

Ia merasakan tempat ia berada serasa bukan di hutan melainkan di perkampungan lantaran bunyi aktivitas warga kampung seperti biasa.

Penulis: Dhita Mutiasari | Editor: Dhita Mutiasari
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
FAKTA BARU Horor Hutan Sambas, Kisah Deki di Perkampungan Alam Gaib! Mirip Cerita KKN Desa Penari? 

FAKTA BARU Horor Hutan Sambas, Kisah Deki di Perkampungan Alam Gaib! Mirip Cerita KKN Desa Penari?

DEKI, pria di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat (Kalbar) sontak menjadi perbincangan dalam beberapa terakhir, terutama di jejaring sosial Facebook.

Kisahnya selama lima hari tersesat di Hutan Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar, Sambas, tidak kalah menariknya dengan horor KKN Desa Penari yang viral di Twitter 2019 silam.

Deki mengawali kisahnya ketika ia tidak menemukan jalan pulang seusai memancing ikan di Sungai Bening, Rabu (05/02/2020) pekan lalu.

Ia pun sendirian melewati malam pertama yang menakutkan di hutan belantara.

Sepanjang malam, Deki mengalami hal-hal mistis yang tentu saja belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia juga cemas akan bahaya binatang buas.

Ketika mentari menampakkan sinarnya, Kamis (06/02/2020) pagi, Deki punya keyakinan bisa keluar dari hutan dan bertemu keluarga tercinta.

Ia melanjutkan pencarian jalan pulang. Namun apa daya, usahanya tidak berhasil dan Deki pun kembali bermalam di hutan.

Hari berganti hari, Deki sendirian melewati siang dan malam dalam hutan belantara.

Keluarga dan warga desa pun mencari keberadaan Deki dengan menyisir hutan. Berbagai upaya yang dilakukan termasuk cara tradisional, juga tidak berhasil.

UPDATE & Lengkap Kisah Horor KKN Desa Penari! Penulis Secara Tak Langsung Ungkap Lokasi Desa Penari

Hari ke lima, Minggu (09/02/2020), Deki pun berhasil menemukan jalan keluar dalam keadaan sehat.

Keluarga yang sangat cemas berakhir suka cita atas kembalinya Deki.

Selama lima hari empat malam sendirian dalam hutan, Deki mengalami banyak hal-hal aneh.

Kisah itupun diceritakannya pada keluarga dan warga desa.

Berikut kisahnya untuk Anda:

Deki pergi memancing bersama rekan-rekannya ke Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar, Sambas, Rabu (05/02/2020) pekan lalu.

Awalnya ia memilih ke Nibung namun diurungkan saat sampai ke daerah Tanjung.

Kemudian tujuan ke Sungai Bening bersama temannya, namun ada yang menolak ikut.

Sehingga menyisakan ia dan rekannya yang dipanggilnya “Su Bedil”.

Awalnya ia memilih lokasi memancing ‘timbuk’ atau semacam telaga yang biasa banyak dipenuhi ikan di lokasi bukit dan memiliki aliran ke sungai induk.

Namun karena tidak mendapatkan hasil pancingan, akhirnya pindah ke sungai.

Di sana, keduanya berpencar namun lokasi masih berdekatan.

Setelah memasang pancingan, ia lantas memakan bekal yang dibawanya dari rumah.

Setelah makan Deki mencari rekannya namun tidak ada lagi.

“Pertama mancing di Timbuk, karena tidak mendapat ikan banyak kami pindah ke sungai. Su Bedil di bawah, dan saya di atas. Setelah memasang pancingan, saya makan. Setelah makan, saya coba mendatangi Su Bedil, namun tidak ada lagi,” kata Deki mengawali kisahnya.

Lelah mencari rekannya namun tak membuahkan hasil, Deki lantas mengemaskan perlengkapan pancing dan kembali mencari rekannya.

Deki kemudian pulang ke tempat semula, namun tidak bertemu Su Bedil.

Dalam kebingungan, Deki menemukan pokok pohon dengan tanda berpahat.

Hanya saja, tanda pahat menunjuk ke berbagai arah sehingga membuatnya kian bingung.

Deki pun memilih berenang di sungai berharap menemukan jembatan.

Jembatan yang diharap tak ketemu, Deki justru menemukan pondok tak berpenghuni.

Ia melanjutkan berenang hingga sekitar 500 meter, namun tidak menemukan jembatan.

Hari menjelang malam, Deki tak putus asa dan tidak mengenal lelah mencari rekannya.

Meski sudah memberi tanda perjalanan, namun ia tak menemukannya lagi.

“Selama berenang saya memakai sepatu bot, belum lagi pakai celana jeans. Berenang sekitar 500 meter dan sudah tidak mampu lagi, akhirnya saya naik ke daratan. Pergilah saya ke tepi pasir, menunggu dan semalaman tidak bisa tidur nyenyak,” kata Deki.

Kamis (05/02/2020), Deki kembali berjalan menyusuri pinggir sungai. Ia terus berjalan dan menemukan tumpukan papan di pinggir sungai tersebut.

Deki sempat berencana tidur di situ, berharap pemilik papan datang. Namun, ia mengurungkan niatnya dan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalan kecil.

“Hari kedua Kamis, berjalan lagi dan menemui tumpukan papan, rencananya mau tidur di situ, tapi masih pagi. Maksud saya kapan orang mau mengangkutnya soalnya di tepi sungai. Dalam hati mau ditunggu, tiba-tiba kaki ingin melangkah mengikuti jalan tempat orang mendorong kayu, jadi diikutin dari sungai saya masuk ke hutan,” kata Deki.

Dalam perjalanan, Deki melihat dua orang pemancing mengenakan baju hitam dan bertopi.

Anehnya saat dipanggil, orang tersebut tidak merespons. Dari sinilah mulai terjadi hal-hal mistis.

Deki bermaksud minta tolong kepada dua orang yang ditemuinya di hutan tersebut.

Hingga memohon-mohon bisa ditunjukkan jalan pulang. Namun kedua orang tersebut malah berlalu.

“Sekitar jam 3 sore ketemu dua orang mancing, saya bicara tapi mereka tidak membalas. Malah jalan terus, saya dekati, tapi makin jauh, laki-laki, sampai saya memohon carikan jalan keluar. Kalau kalian tidak mau mengantar tidak masalah, yang penting tunjukkan jalan keluar, namun keduanya jalan terus, jadi saya tinggalkan saja,” kisah Deki.

Ia melanjutkan perjalanan dan menemukan orang lain yang sedang mencari burung.

Anehnya, orang yang dipanggilnya sempat merespon mendekati Deki, namun semakin mendekat, malah menghilang.

“Berjalan lagi saya, bertemu orang menjerat burung sekitar pukul 4 sore, minta tolong lagi. Saya minta tolong, kemudian dia mendekat, namun saat mendekat kok tidak ada orangnya,” ujarnya.

Kemudian ia menemukan tempat semacam bukit atau gunung dan mendatanginya.

Lagi-lagi ia menemukan banyak bekas kayu yang sudah ditebang. Ia sempat mengira sudah sampai ke jalan besar, namun nihil.

“Setelah itu bertemu semacam bukit atau gunung dan naiklah saya ke situ, saya melihat banyak pohon yang sudah ditebang. Saya kira sudah jalan besar, saya pantau di atas apakah jalan besar, ternyata bukan,” katanya.

Lantas saat malam hari tiba, ia kemudian bermalam lagi di dalam hutan dengan menjadikan lokasi bekas penebangan pohon untuk menginap.

Namun lagi-lagi antara sadar dan tidak ia mengaku didatangi sosok gadis kecil yang memberikannya penawaran untuk menandatangani sebuah kontrak.

Tidak jelas kontrak tentang apa, namun si gadis kecil mengatakan jika ia bersedia menandatanganinya maka ia akan mendapatkan kemudahan pulang.

“Bermalam lagi di hutan, ada tempat orang menebang kayu beberapa pohon sehingga tempatnya agak terang, tidurlah di situ. Didatangi perempuan kecil, rambutnya panjang. Bang mau tidak tanda tangan kontrak, kontrak apa?, pokoknya kalau abang mau tanda tangan, abang mau keluar mudah, memangnya sudah dekat jalan besar kah ini, pokoknya kalau abang tanda tangan, abang mudah mau keluar,” kenang Deki menjelaskan sosok yang mendatanginya.

Tak serta merta mengiyakan tawaran si gadis kecil tersebut, Deki lantas meminta untuk ditunjukkan jalan keluar dulu dan membawa naskah kontrak ke rumahnya untuk disepakati bersama istrinya.

Namun si gadis kecil menyerah dan kemudian sang ibu yang mendatanginya dan menawarkan hal serupa.

Namun apa yang dialaminya tersebut saat didatangi sosok anak kecil dan sang ibu ternyata hanyalah di bawah alam sadar.

Deki lantas terbangun dari tidurnya dan saat itu, memasuki, Jumat (7/2/2020).

Ia merasakan tempat ia berada serasa bukan di hutan melainkan di perkampungan lantaran bunyi aktivitas warga kampung seperti biasa.

Seperti suara warga menoreh getah, senda gurau anak kecil, hingga aktifitas berburu warga.

Padahal ia menyadari saat itu tengah berada di hutan belantara.

Ia kemudian berteriak lagi meminta pertolongan namun tak ada satu pun orang yang menanggapinya.

Tak putus asa, ia pun melanjutkan perjalanannya untuk mencari jalan keluar dari hutan.

“Pagi hari sekitar jam 5.30, bunyi suara anak kecil seperti di kampung padahal di hutan, rasanya ada orang pergi noreh getah, anak kecil bermain dan orang pergi berburu. Saya berteriak tapi tidak ada yang mendekat, hingga habis suara tidak ada yang mendatangi. Matahari terbit, saya berjalan lagi,” katanya.

Ia kemudian meneruskan perjalanannya mencari celah hutan untuk jalan pulang.

Deki kembali ke tepi sungai dan menelusuri mengikuti alur sungai.

"Melalui jalan itu, kukira sudah mau sampai ke jalan besar, namun tiba-tiba sampai ke sungai lagi, hari ke-3. Saya menelusuri sungai lagi sampai hari ke-4," ujarnya.

Ia pun menghabiskan malam di tepi sungai.

Namun di tengah menelusuri air sungai, ia mendengar suara mesin penebang pohon.

Deki lantas mencari sumber suara meski harus mengalahkan rasa takut menerobos derasnya arus sungai.

Hingga kemudian pukul 5 sore, ia terus mendatangi bunyi suara tersebut. Namun lantaran masih terasa jauh, ia pun lelah.

Ia kemudian mendengar suara orang naik motor, sehingga ia beranggapan sudah mendekati jalan besar.

Namun karena lelah, ia terlelap sore itu. Sempat terbangun, Deki kembali mencari sumber suara pekerja menebang pohon dengan suara mensin sinso.

Namun karena sudah larut malam, ia tak mendengar suara itu lagi.

Untuk ke empat kalinya, Deki menghabiskan malam menakutkan di tengah hutan belantara.

Pada hari ke lima, Minggu (09/2/2020), Deki berhasil menemukan jalan pulang untuk bertemu keluarga tercinta. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved