Korban Gigitan Ular
Mengenal Ular Cantik yang Patok Anak Galing, Gigitannya Bikin Korban Alami Kematian Mengerikan
Ular yang tersebar luas di Indonesia ini cantik, mematikan, tetapi juga sekaligus menginspirasi penyembuhan rasa sakit.
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
Mengenal Ular Cantik yang Patok Anak Galing, Gigitannya Bikin Korban Alami Kematian Mengerikan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Anak di Galing, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban gigitan ular berbisa.
Ular yang menggigit anak di Galing ini ternyata termasuk jenis ular cabai besar (Calliophis bivirgatus).
Ular cabai besar adalah spesies ular berbisa yang endemik di Asia Tenggara.
Sebutan-sebutan untuk ular ini di antaranya: "ular cabai besar", "ular karang biru", dan "ular pantai biru".
Dalam bahasa inggris disebut Blue coral snake atau Blue malayan coralsnake.
Ilustrasi ular cabai besar / youtube
Ular cabai besar, bersama dengan ular cabai biasa (C. intestinalis) sebelumnya dideskripsikan sebagai spesies dari genus Maticora, sampai akhirnya diklasifikasikan ke genus lain bersama kerabatnya itu.
Panjang tubuh ular cabai besar mencapai 1,8 meter.
Kepala, ekor, dan bagian bawah tubuhnya berwarna merah cerah.
Sedangkan bagian atas tubuhnya berwarna hitam kebiruan, serta dihiasi garis berwarna putih atau kebiruan yang membentang di sepanjang sisi badannya.
Saat masih muda, penampilan ular cabai besar mirip dengan jenis ular kecil yang tidak berbisa, yaitu Calamaria schlegeli.
Akan tetapi, ular cabai besar adalah ular berbisa yang mematikan.
Pewarnaan ular cabai besar juga nyaris sama dengan ular dari jenis lain yang juga berbisa tinggi, yaitu bungarus flaviceps (Krait kepala-merah).
Korban Yang Digigit Alami Kematian Mengerikan
Sulit untuk menggambarkan keunikan ular cabe merah (Calliophis bivirgata).
Ular yang tersebar luas di Indonesia ini cantik, mematikan, tetapi juga sekaligus menginspirasi penyembuhan rasa sakit.
Bisa ular tersebut akan memicu kejang luar biasa dan paralisis.
Jika digigitnya, manusia akan mengalami kematian yang mengerikan.
Namun, bila senyawa dalam bisa ular tersebut dipelajari, niscaya obat penyembuh rasa sakit yang lebih ampuh dari morfin akan didapatkan.
Bryan Fry, peneliti dari University of Queensland, mengungkapkan, ular dengan garis biru serta kepala dan ekor merah itu adalah "pembunuh para pembunuh".
"Ular ini punya spesialisasi membunuh ular berbisa lainnya, termasuk king cobra," ujarnya seperti dikutip Science Alert.
"Ular itu juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di dunia. Ukurannya mencapai seperempat panjang tubuhnya," imbuh Fry.
Baru-baru ini, Fry meneliti kandungan pada bisa ular cabe merah.
Ia menemukan senyawa yang mampu memengaruhi kerja saraf, disebut calliotoxin.
Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan.
Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.
Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.
Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik.
Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.
"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post, kemarin.
Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang.
Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia.
Jangan membayangkan pada masa depan ilmuwan akan "memerah" bisa dari ular cabe merah.
Bukan itu yang ada dalam bayangan Fry dan rekan.
Fry mengatakan, yang akan dikembangkan adalah senyawa sintetis dari calliotoxin.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Toxin minggu ini memberi gambaran bahwa betapa pun mematikan suatu makhluk, tetap saja ada manfaatnya.
"Jika saja kita merusak keanekaragaman hayati itu, akan sulit untuk mendapatkan manfaat ekonominya." kata Fry.
Tips Penanganan Jika Digigit Ular Berbisa
Ular merupakan salah satu binatang yang banyak ditemukan di negara tropis seperti Indonesia.
Salah satu mekanisme pertahanan ular apabila terganggu atau terancam adalah dengan menggigit.
Luka akibat gigitan ular bisa berasal dari ular berbisa atau yang tidak berbisa, umumnya ular menggigit saat aktif, yaitu di pagi dan sore hari.
Setiap tahunnya, terdapat ribuan orang yang meninggal di dunia akibat gigitan ular berbisa.
Gigitan ular berbisa merupakan sebuah darurat medis karena dapat menyebabkan syok dan kematian.
Penanganan yang cepat dan tepat dari gigitan ular dapat menurunkan angka kematian hingga lebih dari 90%.
Apa yang membedakan ular berbisa dan yang tidak berbisa?
Terdapat lebih dari 2000 spesies ular di dunia, namun hanya sekitar 200 spesies ular yang berbisa.
Untuk memperkirakan apakah suatu ular berbisa atau tidak, dapat dilihat dari tanda berikut.
Ular tidak berbisa:
- Bentuk kepala segi empat panjang
- Gigi taring kecil
- Pupil mata bulat
- Bekas gigitan berupa luka halus berbentuk lengkungan
Ular berbisa:
- Bentuk kepala segitiga
- Dua gigi taring besar di rahang atas
- Pupil mata hitam yang vertikal dan pipih tipis, dikelilingi bola mata berwarna kuning-hijau
- Bekas gigitan berupa dua lubang gigitan taring, mirip tancapan/tusukan benda tajam
Beberapa jenis ular berbisa yang dapat kita temukan di sekitar kita adalah ular sendok, ular welang, ular kobra, ular tanah, ular hijau, ular laut, ular pohon, dan lainnya.
• Anak Galing Jadi Korban Gigitan Ular Berbisa Bukan Kobra, Ular Ini Pembunuh Para Pembunuh
Apa saja gejala dan tanda gigitan ular berbisa?
Gigitan ular berbisa dapat menyebabkan kerusakan di tempat gigitan dan gangguan sistemik lainnya. Gejala di tempat gigitan umumnya terjadi dalam 30 menit sampai 24 jam, berupa bengkak dan nyeri, dan timbul bercak kebiruan.
Kematian jaringan dapat terjadi pada luka bekas gigitan yang dapat mempersulit penanganan. Gejala lain yang muncul berupa kelemahan otot, menggigil, berkeringat, mual, muntah, nyeri kepala, dan pandangan kabur. Bisa ular juga dapat menyebabkan gejala khusus di beberapa organ:
- Hematotoksik, bersifat racun terhadap darah, menyebabkan perdarahan di tempat gigitan, perdarahan di tempat lain seperti paru, jantung, otak, gusi, saluran cerna, kencing darah, juga gangguan pembekuan darah.
- Neurotoksik, bersifat racun terhadap saraf, menyebabkan penderita merasa kelemahan otot tubuh, kekakuan, hingga kejang. Apabila menyerang saraf pernapasan, ini dapat menyebabkan penderita sulit bernapas dan dapat menyebabkan kematian.
- Kardiotoksik, gejala yang timbul berupa penurunan tekanan darah, syok, dan henti jantung.
- Sindroma kompartemen, merupakan suatu sindrom yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan dalam sekumpulan otot yang salah satunya disebabkan pembengkakan. Akibatnya, pembuluh darah dan saraf bisa terjepit, dan lama kelamaaan otot bisa kekurangan oksigen dan bisa mengharuskan dokter untuk melakukan operasi.
Bagaimana cara menangani gigitan ular berbisa?
Apa yang harus dilakukan jika Anda atau teman Anda digigit ular berbisa?
- Tetap tenang, dan usahakan untuk mengingat tempat kejadian, jenis, warna, serta ukuran ular.
- Penderita diharapkan untuk beristirahat dan meminimalisir gerakan.
- Letakkan tempat gigitan lebih rendah dari posisi tubuh lainnya.
- Bersihkan tempat gigitan, hindari membilas dengan air, kemudian tutup dengan kain kering yang bersih.
- Lepaskan cincin atau jam tangan dari anggota tubuh yang digigit, supaya tidak memperparah anggota tubuh yang membengkak.
- Longgarkan pakaian yang dipakai, namun tidak usah sampai melepasnya.
- Segera cari pertolongan medis.
Apa yang tak boleh dilakukan saat digigit ular berbisa?
- Memanipulasi luka, baik dengan cara menyedot bisa ular dari tempat gigitan, atau menyayat kulit agar bisa keluar bersama darah.
- Menggosok dengan zat kimia, atau mengompres dengan air panas atau es pada luka gigitan.
- Mengikat atau memberi torniket terlalu keras pada luka gigitan. Beberapa sumber menyebutkan pemasangan torniket bisa diberikan di bawah 30 menit pertama apabila timbul gejala cepat dan tidak ada anti-bisa.
- Minum minuman alkohol atau kopi.
- Mencoba mengejar dan menangkap ular.
Apabila ular yang menggigit Anda tidak berbisa, maka dokter akan memberikan terapi antibiotik dan serum anti tetanus sesuai dengan indikasi, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan antivenom.
Untuk mengurangi gejala nyeri yang ada, penderita dapat meminum antinyeri seperti parasetamol. (*)