Korban Gigitan Ular

Mengenal Ular Cabe Merah yang Diduga Gigit Anak di Galing, Panji Petualang: Bisanya 6 Kali Kobra

Seorang anak di seorang anak di Galing, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban gigitan ular berbisa.

Editor: Dhita Mutiasari
Kolase/Instagram @sambasinformasi @panjipetualang_real Verified
Mengenal Ular Cabe yang Diduga Gigit Anak di Galing, Panji Petualang Sebut Bisanya 6 Kali Ular Kobra 

Mengenal Ular Cabe Merah yang Diduga Gigit Anak di Galing, Panji Petualang: Bisanya 6 Kali Kobra

Teror ular berbisa yang melanda sejumlah wilayah Indonesia juga terjadi di Kalimantan Barat.

Seorang anak di seorang anak di Galing, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban gigitan ular berbisa.

Korban pun harus menjalani penanganan medis untuk membunuh racun ular.

Informasi ini dikutip dari postingan di akun Instagram @sambasinformasi.

 Anak Galing Jadi Korban Gigitan Ular Berbisa Bukan Kobra, Ular Ini Pembunuh Para Pembunuh

Anak Galing Jadi Korban Gigitan Ular Berbisa Bukan Kobra, Ular Ini Pembunuh Para Pembunuh.
Anak Galing Jadi Korban Gigitan Ular Berbisa Bukan Kobra, Ular Ini Pembunuh Para Pembunuh. (Instagram@sambasinformasi)

Dalam postingan tersebut, admin menampilkan foto korban dan ular yang terlilit di dahan pohon.

Admin seolah menjelaskan ular tersebutlah yang mengigit korban hingga harus menjalani perawatan.

Dari  penelusuran  Tribunpontianak.co.id, foto ular yang ditampilkan di akun Instagram @sambasinformasi mirip dengan ular cabe merah.

Nama ilmiahnya Calliophis Bivirgata.

Ternyata bahaya ular berbisa ini pernah diingatkan oleh Panji Petualang.

Melalui akun YouTube-nya Panji Petualang,  memberikan edukasi terhadap ular-ular berbahaya yang kerap berada di sekitar manusia.

Dengan judul 'Hati-hati Dengan Ular Kecil Ini', Panji Petualang mengingatkan agar masyarakat memahami jenis ular berbisa.

Panji membahas ini lantaran beberapa waktu lalu seorang siswi SD Negeri 7 Gianyar diketahui beridentitas Ismi Nursaubah (10) tewas dipatuk ular misterius di rumahnya, di Kelurahan Samplangan, Gianyar, Rabu (27/2/2019), lalu.

Panji lantas mengungkapkan rasa duka mendalam kepada pihak keluarga.

Dilansir dari Tribun Bali yang mengonfirmasi video Panji Petualang yang diunggah, Minggu (3/3/2/2019), yang telah ditonton ratusan ribu pengguna YouTube.

Di awal video, Panji yang ditemani dua temannya mengutarakan adanya kejadian di Bali mengenai seorang siswi SD yang meninggal karena dipatuk ular.

"Jadi pembahasan kita malam ini ialah kejadian baru-baru ini yang menimpa seorang anak SD menjadi korban gigitan ular di Bali. Ularnya itu kecil, warnanya hitam. Sebelumnya kita turut berdukacita terhadap keluarga tersebut," kata Panji kepada dua temannya.

"Bijaknya ibu dari korban ini, saat dievakuasi ularnya, itu tidak dibunuh. Omongin ular kecil berbisa, itu banyak, di antaranya golongan Elapidae," ungkapnya.

"Elapidae itu golongan ular berbisa keluarga Kobra, Welang, Ular laut. Nah ular cabe juga merupakan ular mematikan. Malam ini kita coba cari di sekitar rumah saya karena saya pernah bertemu beberapa kali," kata Panji melanjutkan.

Dia menjelaskan, walaupun kecil tapi bisanya enam kali lebih kuat dari ular kobra.

Panji pun menyusuri sekitar rumahnya, apalagi kata dia kondisi malam itu usai hujan dan banyaknya semak-semak di sekitar rumahnya.

"Jadi ular cabe itu suka daerah adem, ketinggian, dan suka menuju lubang-lubang tanah yang memiliki air. Makanannya itu ampihibi kecil, juga ular lainnya yang lebih kecil darinya. Mereka aktif di malam hari, apalagi selesai hujan merupakan momen yang pas mencarinya," jelas Panji yang sudah memiliki 1,3 juta subscribers di akun YouTube-nya.

Panji menerangkan, areal sekitar rumah juga merupakan areal yang disukai ular jenis itu.

"Justru mereka lebih dekat dengan kita (manusia), mereka berada di lingkungan kita untuk mencari makanan. Dan mereka merasa cocok dengan tempat tinggal kita," terangnya.

Sekitar menit ke 8 Panji Petualang dkk berhasil menemukan ular Cabai itu dengan nama latin Calliophis Intestinalis yang merupakan ular berbisa sangat mematikan.

Jenis ular Cabai kecil, walaupun besarnya tidak sampai seperti jari kelingking, tapi ular ini punya bisa enam kali lebih kuat dari Kobra.

Ukurannya maksimal 30-40 Cm.

Di kepalanya ada garis bermotif cabang berbentuk huruf Y dan memiliki garis kuning atau putih sampai ke ekor belakang (stripe).

Kerennya saat dibalik ada warna hitam-putih dan bagian ekor ada warna merah.

"Ular ini cantik banget tapi ringkih. Karakternya pun pasif, tidak seperti ular berbisa. Tapi bagi teman-teman yang melihat saya memegang dengan free handle ini mohon jangan ditiru. Satu kali gigitan ular itu kita bisa mati dalam hitungan jam. Untuk manusia dewasa ada 4-5 jam bertahan hidup," jelas Panji Petualang merincikan dalam video berdurasi 12 menit itu.

Adapun, gejala-gejala yang timbul dari gigitan ular itu pada manusia ialah terasa mual, pusing, lemas, pandangan kabur, dan berakhir kematian.

Panji juga menuturkan, ular dengan bisa sangat berbahaya itu saat ini belum ada obat anti serum-nya (anti bisa).

"Informasi, untuk di Indonesia belum ada serum anti bisa ular cabai ini. Jadi kalian hati-hati ular ini sangat berbisa sekali, lebih berbisa dari Kobra. Kenali ciri-cirinya, jika dibalik ada belang-belang seperti ular Welang," tuturnya.

Panji Petualang pun mengevakuasi ular tersebut agar tidak diinjak oleh warga dan melepas-liarkan di tempat yang jauh dari warga.

Petualangan Panji pun belum usai karena pihaknya masih mencari beberapa ular yang biasa melintas di sekitar pemukiman warga.

Mengenal Ular Cabe Merah

Sulit untuk menggambarkan keunikan ular cabe merah (Calliophis bivirgata).

Ular yang tersebar luas di Indonesia ini cantik, mematikan, tetapi juga sekaligus menginspirasi penyembuhan rasa sakit.

Bisa ular tersebut akan memicu kejang luar biasa dan paralisis. Jika digigitnya, manusia akan mengalami kematian yang mengerikan.

Dilansir dari Kompas.com, bila senyawa dalam bisa ular tersebut dipelajari, niscaya obat penyembuh rasa sakit yang lebih ampuh dari morfin akan didapatkan.

Ular Cabe Merah
Ular Cabe Merah (ISTIMEWA)

Bryan Fry, peneliti dari University of Queensland, mengungkapkan, ular dengan garis biru serta kepala dan ekor merah itu adalah "pembunuh para pembunuh".

"Ular ini punya spesialisasi membunuh ular berbisa lainnya, termasuk king cobra," ujarnya seperti dikutip Science Alert, Senin (31/10/2016).

"Ular itu juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di dunia. Ukurannya mencapai seperempat panjang tubuhnya," imbuh Fry.

Baru-baru ini, Fry meneliti kandungan pada bisa ular cabe merah.

Ia menemukan senyawa yang mampu memengaruhi kerja saraf, disebut calliotoxin.

Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan.

Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.

Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.

Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik. Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.

"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post, kemarin.

Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang. Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia.

Jangan membayangkan pada masa depan ilmuwan akan "memerah" bisa dari ular cabe merah.

Bukan itu yang ada dalam bayangan Fry dan rekan. Fry mengatakan, yang akan dikembangkan adalah senyawa sintetis dari calliotoxin.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Toxin minggu ini memberi gambaran bahwa betapa pun mematikan suatu makhluk, tetap saja ada manfaatnya.

"Jika saja kita merusak keanekaragaman hayati itu, akan sulit untuk mendapatkan manfaat ekonominya." kata Fry.

Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Panji Petualang Bahas Siswi SD Tewas Dipatuk Ular di Gianyar, 'Hati-hati dengan Ular Kecil Ini' dan di Kompas.com dengan judul "Ular Cabe Merah Indonesia, Cantik, Mematikan, tetapi Juga Menyembuhkan"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved