Foto Masa Muda Jusuf Kalla alias JK Tampil di ITB, Momen Mantan Wapres RI saat Orasi Mahasiswa
Lalu dua foto lainnya merupakan foto arisp, pertama adalah saat pria yang akrab disapa JK itu berada di perpustakaan pribadinya.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Inilah potret masa muda Jusuf Kalla alias JK.
Kisah masa muda Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, tak jauh dari dunia politik.
Saat berjibaku di bangku kuliah sebagai mahasiswa, Jusuf Kalla ternyata adalah seorang aktivis dan organisator.
Cerita tersebut terungkap dari Juru Bicara Jusuf Kalla, yakni Husain Abdullah.

Total ada tiga foto yang ia unggah, yang terbaru dan berukuran lebar dari lainnya adalah foto saat Jusuf Kalla menerima gelar dokter causa dari Institut Teknologi Bandung, kemarin Senin (13/1/2020).
Lalu dua foto lainnya merupakan foto arisp, pertama adalah saat pria yang akrab disapa JK itu berada di perpustakaan pribadinya.
Lalu foto kedua saat JK tengah berorasi sebagai aktivis mahasiswa di Universitas Hassanudin, Makassar.
• Bukti Kemesraan Jusuf Kalla dan Sang Istri Mufidah Kalla, Bukan dengan Kata I Love You Tapi . . .
Cerita JK jadi aktivis
Husain Abdullah juga membubuhkan cerita di balik adanya foto JK sewaktu muda.
Ternyata foto tersbeut ditampilkan saat JK menerima gelar Doktor Honoris Causa (HC).
Ditambah lagi foto tersebut ditampilkan diam-diam alias sebagai kejutan Rektor ITB, Professor Kadarsah Suryadi.
"Profesor Kadarsah Suryadi, Rektor ITB Bandung, sehari sebelum penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa, M Jusuf Kalla, meminta beberapa foto Pak JK yang paling berkesan dan menyimpan cerita."
"Tapi mohon dirahasiakan, begitu pesan Prof Kadarsah yang juga disampaikan kepada Ibu Dwi, Rektor Universitas Hasanuddin," tulisnya mengawali cerita.
Lantas Husain Abdullah mencari foto-foto JK yang dianggapnya terbaik.
Dirinya pun menghubungi dua fotografer yang biasa meliput kegiatan JK, tapi tanpa hasil.
Masih berusaha mencari foto, tiba-tiba kabar baik datang dari putri bungsu JK, yakni Chaerani Ade JK.
Tulis Husain, putri bungsu JK mengirimkan sejumlah foto ke Profesor Kadarsah lewat pesan WhatsApp Rektor Universitas Hassanudin, Prof Dr Dwia Ariestina.
"Saya pun menyelipkan foto eksklusif yang saya jepret sendiri dari HP ketika dipanggil Pak JK ke perpustakaan pribadinya," tulisnya lagi.
Setelah itu, foto-foto telah dikirim dan dirinya tidak tahu foto pilihan Rektor ITB untuk ditampilkan dalam penganugerahan gelar JK saat itu.
Hasilnya, saat berpidato di acara penerimaan gelar Doktor Honoris Causa JK, dua foto di atas ditampilkan.
Diceritakan Husain, Prof Kadarsah saat menampilkan foto mengomentari, sejak tahun 1965 JK sudah aktif di berbagai kegiatan Kemahasiswaan.
Hal itu terlihat dari foto terlihat dari foto orasi JK di Kampus Unhas, tepatnya orasi JK di Lapangan Catur Universitas Hasanuddin tahun 1965, yang saat itu memegang "jabatan" aktivis kampus sebagai Ketua Senat Fakultas Ekonomi Unhas, Ketua Cabang HMI Makassar dan Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa(KAMI).
JK hendak mengirim pesan kepada generasi milenial masa kini, ia telah hidup membumi, berdampingan dan membaur dengan semua golongan masyarakat sejak masa mudanya.
"Bahkan hingga kini pun seperti yang terlihat dalam foto perpustakaan ini beliau aktif menulis. Seminggu sebelumnya Prof Kadarsah mengungkapkan, sempat berbincang bincang dengan Pak JK tentang pendidikan, dan tak lama sesudah itu Pak JK rupanya menulis opini mengenai masalah tersebut," tulis Husain kembali.
Husain menjelaskan, rektor ITB ingin menunjukkan, tidak ada keberhasilan yang dicapai dengan instan selaln karena perjuangan, kerja keras dan belajar terus menerus.
"Termasuk seorang Jusuf Kalla sekalipun yang sudah kaya raya sejak lahirnya. Manusia diciptakan untuk berikhtiar sehingga tiba pada puncak pencapaiannya," papar dia.

Pesan JK
Menurut Husain, JK sudah menggeluti dan hadir dalam setiap pergolakan sejarah Indonesia sejak lebih 50 tahun lampau.
"Karena itulah JK sangat faham persoalan bangsa ini, dan tahu solusi untuk mengatasinya dan terlibat di dalamnya sebagai pemimpin untuk mengerjakan masalah-masalah bangsa, secara lebih cepat dan lebih baik. Jangan tidak pernah kaya sebelum tua, kata Pak JK memberi motivasi agar semua anak anak Indonesia bekerja untuk memaksimalkan resourses yang dimiliki bangsa ini," tulis Husain.
Dalam kesempatan itu, Husain juga menyoroti pidato JK dalam penganugerahan gelar Doktor HonorisCausa di ITB.
Ini isi tulisan Husain menanggapi pidato JK:
"Konversi minyak tanah ke gas yang digagas Pak JK berhasil mengantarkan bangsa Indonesia mengatasi krisis energi dan menggunakan gas yang lebih murah dan ramah lingkungan, negara menghemat puluhan triliun rupiah setiap tahunnya dari beban subsidi yang tadinya harus ditanggung negara atas penggunaan bahan bakar minyak tanah.
Ketika pejabat lain tidak jarang terjebak dalam praktek praktek merugikan negara, maka sebaliknya dengan salah satu best practise Pak JK mengkonversi minyak tanah ke gas telah memberi keuntungan besar kepada negara dan manfaat untuk rakyat banyak.
Dana subsidinya pun dapat dialihkan ke bidang bidang yang lebih tepat guna serta membawa manfaat besar seperti pembangunan jalan dan jembatan atau infrastruktur pertanian.
Menurut saya, inilah pidato pengukuhan DHCnya yang paling enteng tapi paling terbukti manfaatnya diantara sederet karya JK terutama mediasi mediasi perdamaian yang sudah melekat dalam dirinya.
Karena apa yang menjadi fokus ITB, berdasarkan pengalaman JK dan sukses membawa manfaat bagi orang banyak.
Bukan sebuah pidato ilmiah yg mendayu dayu dan sarat teori.
Tingkat kesulitannya justeru di tangan promotor yang dipimpin Peofessor Hakim Halim, sebab dituntut merumuskan narasi ilmiah untuk meyakinkan publik bahwa secara akademik M.Jusuf Kalla layak mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa atas karya karya yang ia baktikan selama lebih 20 tahun mengabdi dalam pemerintahan.
Dari sederet karya itu, ditambah filosofi yang selama ini dibangun Jusuf Kalla, lebih cepat lebih baik dan lalu berkembang lagi menjadi lebih murah.
Mengantarkan HakimHalim dkk, mampu meyakinkan insan akademik ITB untuk memberi pengakuan, bahwa Jusuf Kalla layak menyandang gelar doctor honoris causa dari ITB Bandung.
Menarik justru ITB memberikan gelar itu ketika JK tidak lagi jadi pemangku kepentingan di negeri ini.
Ketika JK seorang rakyat biasa, yang karyanya layak dikenang dan diapresiasi.
Seorang doctor honoris causa, Ia harus mengabdi dan bekerja terlebih dahulu sebelum diuji. Sedangkan seorang doctor akademik, Ia harus belajar sebelum diuji. Selamat Pak JK atas gelar DCH yang ke 14." tulis Husain Abduullah.
Jusuf Kalla layak
Dikutip dari Tribun Jabar, M Jusuf Kalla mendapat penganugerahan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (DR HC) dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dalam acara Sidang Terbuka Senat di Aula Barat ITB, Senin (13/1/2020).
Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan ITB, menjadi yang ke-13 yang diterima pria yang akrab disapa JK tersebut, terakhir, Ia menerima penghargaan yang sama dari Universitas Negeri Padang (UMP) di penghujung tahun 2019 lalu.
Ketua Tim Promotor Prof Dr Ir Abdul Hakim Halim MSc mengatakan, penganugerahaan gelar Doktor Kehormatan ini diberikan kepada seseorang yang memiliki karya nyata yang mengandung nilai inovatif, atau pemikiran dan gagasan atau penelitian dan pengembangan konsep-konsep yang orisinal dan mendasar.
Karya tokoh tersebut juga terbukti bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, melalui perkembangan kebudayaan bangsa dan kemanusiaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan atau seni, dengan tujuan mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berprestasi dalam, dan memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
"Berdasarkan karya-karya inovatif, rekam jejak, dan kearifan serta ketentuan penerima gelar Doktor Kehormatan yang tercantum dalam SK Senat Akademik ITB nomor 43/ SK/K01-SA / 2003, Tim Promotor berkesimpulan, dengan penuh keyakinan, bahwa M. Jusuf Kalla sangat layak untuk mendapat gelar Doktor Kehormatan dari ITB dalam bidang peningkatan sistem produktivitas," ujarnya dalam pidato laporan pertanggungjawaban akademik tim promotor ITB di Aula Barat, Jalan Ganesa, Kota Bandung. Senin (13/1/2020).
Menurutnya, terdapat empat contoh konkrit yang dilakukan oleh M. Jusuf Kalla dalam berinovasi untuk melakukan peningkatan produktivitas sebuah sistem, baik sistem berupa perusahaan, maupun institusi sektor publik dan pemerintahan diantaranya, perbaikan produktivitas di PT. Bukaka Teknik Utama Tbk, Konversi minyak tanah ke LPG, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Panser Anoa Pindad, dan Pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanudin, Makassar.
"Tentunya masih banyak pemikiran dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh M. Jusuf Kalla yang tidak dapat disebutkan satu per satu di kesempatan yang terbatas ini, namun memiliki kontribusi besar dan nyata bagi peningkatan produktivitas bagi negara dan bangsa ini," ujarnya.
Prof Abdul menuturkan, pemberian gelar Doktor Kehormatan kepada M. Jusuf Kalla merupakan yang ke-14 kalinya yang diberikan oleh ITB.
Pada kesempatan tersebut, M. Jusuf Kalla juga menyampaikan orasi ilmiah terkait "Mendorong Produktivitas, Meningkatkan Kesejahteraan Bangsa."
"Pada kesempatan ini saya ingin berpesan kepada sivitas akademika ITB agar jangan pernah berhenti melakukan dan menebar inovasi. Anda semua adalah generasi terbaik bangsa.
Anda adalah lokomotif kemajuan dimana bangsa ini berharap peran besar ITB sebagai inisiator dan motor peningkatan produktivitas," ujar Jusuf Kalla dalam pidato sambutannya.
Sementara itu, Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, mengatakan, bagi ITB penganugerahan Doktor Kehormatan ini memiliki arti tersendiri yang sangat besar, terutama karena berkesempatan memberikannya kepada putera terbaik bangsa yang telah mendedikasikan kehidupannya bagi kemajuan dan kesejahteran bangsa Indonesia.
"Saya berharap agar penganugerahan gelar Doktor Kehormatan kepada Dr. (HC) M. Jusuf Kalla ini menjadi awal dari gerakan nasional produktivitas dalam rang- ka menyongsong bonus demografi," katanya.
Adapun, Tim promotor pada pemberian Gelar Kehormatan kepada M. Jusuf Kalla adalah sebagai berikut: Prof. Dr. Ir. Abdul Hakim Halim, M.Sc (FTI- ITB); Prof. Dr. Ir. Dradjad Irianto, M.Eng (FTI- ITB); Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (FTI-ITB); Prof. Ir. Bermawi P. Iskandar, M.Sc, Ph.D (FTI-ITB); Prof, Ir. Hermawan Kresno Dipojono, MSEE, Ph D. (FTI- ITB); dan Prof. Dr. Mohamad Ikhsan, SE, MA (FEB- Universitas Indonesia).
(Tribunnews.com/Chrysnha/TribunJabar)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kejutan! Foto Jusuf Kalla Berorasi Saat jadi Aktivis Ditampilkan di ITB, Begini Ceritanya
(*)