Suaka Enggang Belum Difungsikan, Daniel Johan: Saya Prihatin, Saya Malu Itu
Padahal, dirinya sudah susah payah memperjuangkan dan mengawal anggaran pembangunan Pusat konservasi Burung Enggang.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
SINTANG - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Daniel Johan mengaku prihatin dengan bangunan Pusat konservasi Burung Enggang di Taman Wisata Alam (TWA) Baning Sintang, belum difungsikan.
Padahal, bangunan Suaka Enggang tersebut sudah selesai dikerjakan.
“Saya prihatin. Saya malu itu (belum difungsikan,” kata Daniel Johan saat berkunjung ke Kabupaten Sintang.
Daniel mengaku prihatin bangunan Suaka Enggang belum dimanfaatkan.
• Kondisi Bangunan Sanctuary Enggang Terurus, Tapi Belum Kunjung Difungsikan
Padahal, dirinya sudah susah payah memperjuangkan dan mengawal anggaran pembangunan Pusat konservasi Burung Enggang.
“Udah susah susah ngawal anggaran ke sini, udah dibangun, tetapi tidak maksimal,” ungkapnya.
Sanctuary Enggang di Taman Wisata Alam (TWA) Hutan Baning mulai dibangun pada akhir Oktober 2017 silam.
Pembangunan pusat konservasi Enggang ini dimaksud untuk sarana penyelamatan, perkembangbiakan dan pusat penelitian pengembangan ilmu pengetahuan.
Namun sayangnya, Suaka Enggang yang dibangun dengan biaya Rp 3 miliar rupiah—berdasarkan situs pengadaan.id—hingga kini belum difungsikan.
“Saya gak tahu (apa penyebabnya sampai belum difungsikan)."
"Tapi nanti saya coba usulkan ke pak bupati dipihak ketiga kan saja. Harus jalan, sayang juga,” kata Daniel Johan.
Terkendala Dokter Hewan dan Petugas
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah II Sintang, Bharata Sibarani mengungkapkan pemanfaatan Suaka Enggang yang ada di Taman Wisata Alam (TWA) Hutan Baning terkendala petugas dan dokter hewan.
“Kendalanya belum adanya sarana petugas termasuk dokter hewan untuk Santuary Enggang. Termasuk sarana prasarana pendukung wisata dan biaya operasional Santuary Enggang,” kata Bharata kepada Tribun Pontianak, Minggu (13/10/2019) melalui pesan WhatsApp.
Menurut Bharata, Seksi Wilayah II Sintang tidak bisa berbuat banyak dengan keberadaan Suaka Enggang.
Pihaknya hanya bisa mendorong BKSDA Kalbar mengambil langkah terbaik untuk dapat segera memfungsikan bangunan tersebut sesuai dengan Detail Enginering Design (DED).
“Kebetulan bangunan Sanctuary Enggang di wilayah kerja kita. Kami mendorong BKSDA Kalbar bisa mengambil langkah terhadap keberadaan bangunan yang sudah ada agar bisa berfungsi seperti yang diharapkan. Tentu dengan konsep DED yang sudah final, yaitu menggandeng wisata dan edukasi,” harap Bharata.
Meski belum difungsikan, Bharata memastikan bangunan Suaka Enggang akan tetap dijaga dan dirawat.
“Sambil menunggu realisasi, kami merawat sarana prasarana yang ada semaksimal mungkin, serta melakukkan penanaman kembali tanaman endemik dan sosialisasi ke masyarakat sekitar kawasan,” jelasnya. (*)
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak