Perang Dagang Dorong Pelemahan Rupiah Siang Ini, Bagaimana dengan Mata Uang Lain di Asia?
Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia lain juga turut melemah pada pagi hari.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai hari ini rupiah bakal menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia serta rilis notulensi FOMC Meeting yang berlangsung pada 30-31 Oktober lalu.
• PREDIKSI RUPIAH: Tertekan Sentimen Negatif Dari Amerika
Pasar memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan.
Sementara dari pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya, petinggi The Fed mengindikasikan ada peluang suku bunga acuan AS tidak akan berubah hingga akhir tahun ini.
"Tetapi jika notulensi FOMC ternyata lebih dovish, ada peluang rupiah rebound," jelas Josua.
Josua sendiri memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini bergerak dalam rentang Rp 14.050-Rp 14.125 per dollar AS.
Rupiah masih tertekan efek perang dagang
Walau bergerak terbatas, hari ini rupiah kembali melemah.
Di pasar spot, Rabu (20/11) rupiah turun tipis 0,03% menjadi Rp 14.095 per dolar Amerika Serikat (AS).
Serupa, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia juga terdepresiasi 0,04% ke Rp 14.097 per dolar AS.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, posisi rupiah terhimpit karena negosiasi dagang antara AS dan China kembali stagnan. Belum adanya kejelasan negosiasi dagang berakhir membuat pasar cenderung berhati-hati.
Bahkan perang dagang berpotensi kembali panas lantaran Senat AS menyetujui rancangan undang-undang (RUU) mendukung hak asasi di Hong Kong.
Hal ini memicu kemarahan China.
• Rupiah Menanti Kabinet Baru Jokowi, Masih di Rentang Rp 14.110 Per Dollar AS
"Karena itu rupiah belum mampu berbalik arah di pekan ini,' kata dia.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, besok rupiah juga bakal menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dan notulensi FOMC Meeting yang berlangsung 30-31 Oktober lalu.
Ekspektasi pasar, BI masih mempertahankan suku bunga acuan.