Pekan Budaya Robo-robo Desa Kakap, Pertahankan Tradisi Menolak Bala, Wisata Andalan Kubu Raya
Festival ini digelar guna melestarikan budaya setempat yang dipercaya sebagai tolak bala agar terhindar dari bencana.
"Mereka menganggap ini sebagai doa untuk keselamatan dan senantiasa bersilaturrahmi serta membahagiakan satu sama lain," terangnya.
Selain itu, momen budaya ini juga mewujudkan toleransi antar sesama umat manusia.
Hal ini terlihat semua etnis dan agama menyatu serta membaur menjadi satu menyukseskan pekan budaya robo-robo di Sungai Kakap.
"Harus terus di jaga. Secara tidak langsung ini sebagai wujud menghargai tradisi masing-masing," imbuhnya.
Pemuka agama setempat, Serakah mengatakan robo-robo merupakan tradisi di bulan safar.
Sejak zaman dahulu telah melaksanakan ritual tolak bala agar terhindar dari bencana.
"Dari zaman nenek moyang kita, sampai sekarang kita terus memperingati budaya ini," ujarnya.
Pada hakekatnya, ritual ini diselenggarakan untuk memohon doa kepada Allah SWT, agar dihindarkan dari segala marabahaya.
Lebih lanjutnya, ia menuturkan awalnya ritual ini digelar untuk menyambut Opu Daeng Manambon dari Kerajaan Matan (Tanjungpura) datang ke Mempawah untuk menyebarkan agama islam.
"Sampai sekarang kita masih memperingati ini dari nenek moyang kita Daeng Manambon," terangnya.
Menurutnya, dalam memperingati robo-robo ini tidak ada doa khusus yang dipanjatkan.
"Kita tulis nama nabi di daun juang, kemudian kita bacakan doa selamat tolak bala saja," jelasnya.
Kemudian dibacakan Salawat Nabi dan doa rasul agar diberikan keselamatan di dunia maupun akhirat.
"Keterkaitan dengan agama islam, sangat kuat dan kental dalam robo-robo ini," ucapnya.
Adapun tepung tawar, dilambangkan sebagai peneduh hati dan kalbu.
Serta mendindingkan segala yang menggoda, bahkan menepis segala yang berbahaya.