Fakta-fakta Keluarga Lena yang Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam di Mega Timur
Fakta-fakta Keluarga Lena yang Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam di Mega Timur
Bersama suami dan empat anaknya, Lena menempati gubuk yang dibangun dengan dinding seng berlantai papan.
Lena dan suaminya terpaksa harus tinggal dalam gubuk yang beralamat di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya setelah tempat tinggal lama mereka dijual mertua sejak dua bulan lalu.
Pasangan suami istri yang berasal dari Kota Pontianak ini membangun sendiri gubuk dari seng bekas kandang ayam milik warga untuk dijadikan tempat tinggal
Berikut fakta-fakta dari keluarga Lena yang tinggal di gubuk mirip kandang ayam:
1. Rumah lama dijual Keluarga Lena berasal dari Siantan Hulu, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Mereka terpaksa tinggal di Kabupaten Kubu Raya dan mendirikan gubuk sederhana karena rumah lama mereka dijual bapak mertua sejak dua bulan lalu.
Kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2019) Lena enggan menceritakan detail masalah keluarganya.
Namun alasan mereka tinggal di gubuk karena keterbatasan ekonomi.
Baca: Canda Ustadz Abdul Somad (UAS): Pontianak Masya Allah, Bisa Menghalalkan yang Haram
Baca: Bertemu Youtuber Pontianak, Ustadz Abdul Somad (UAS): Ini Makhluk Unik yang Perlu Dibudidayakan
2. Didirikan sendiri oleh Lena dan suami
Lena bercerita gubuk tersebut ia dirikan bersama suaminya di lahan milik warga.
Untuk mendapatkan kayu, mereka mencari pohon di hutan.
Selain itu, ia juga mendapatkan bantuan seng bekas kandang ayam dari warga sekitar yang kemudian dimanfaatkannya untuk dinding gubuk.
"Untuk kayu-kayunya, saya sama suami mencari pohon di hutan," tuturnya.
Sehari-hari suami Lena kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3. Anak putus sekolah
Lena dan suaminya memiliki empat orang anak, masing-masing berusia 15 tahun, 14 tahu, 5 tahun, dan 1 tahun.
Anak sulungnya sudah putus sekolah sejak dua tahun yang lalu karena tidak ada biaya.
Sementara anak keduanya duduk di bangku SMP kelas VII.
Ia terancam tidak bisa melanjutkan sekolah karena alasan yang sama yakni tidak ada biaya.
Saat musim hujan seperti saat ini, anak-anaknya harus mencari duduk dan tidur agar tidak terkena air hujan.
4. Cari ubi dan sayur di hutan
Lena bercerita ia sering pergi ke hutan untuk mencari ubi dan sayur pakis yang kemudian dijual.
Hasil penjualan ubi dan pakis digunakan untuk makan sehari-hari mereka.
Sementara suaminya kerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Pasangan suami istri ini tinggal bersam empat orang anaknya.
Si sulung yang masih berusia 15 tahun terpaksa putus sekolah karena tidak ada biaya sejak dua tahun lalu.
5. Tidak memiliki BPJS
Lena mengaku sudah empat hari diare, namun dia memilih tidak berobat karena tidak memiliki biaya dan BPJS kesehatan.
Sama seperti anak pertamanya yang berusia 15 tahun.
Remaja yang putus sekolah sejak dua tahun lalu itu sakit-sakitan dan sering demam karena pernah terjatuh.
Lena pun tidak membawanya ke dokter karena tidak memiliki biaya.

6. Segara dicarikan solusi
Yandi, anggota DPRD Kota Pontianak mengatakan sejak lama Pemkot Pontianak memiliki program yang mengatur bahwa tidak boleh ditemukan anak putus sekolah karena keterbatasan biaya.
Ia mengatakan dalam kebijakan tersebut diterangkan bahwa jika masih ditemukan keluarga miskin dan anak putus sekolah, maka lurah setempat akan dicopot dari jabatannya.
"Kejadian ini jadi kado buruk bagi Kota Pontianak yang akan merayakan ulang tahunnya ke-248 tahun," ujarnya.
Ia mengatakan adanya satu keluarga yang tinggal di gubuk berdinding seng bekas kandang ayam menunjukkan buruknya komunikasi dan koordinasi aparatur pemerintah di Kota Pontianak.
"Mengenai persoalan ini, semoga bisa cepat dicarikan solusi," kata Yandi.
Editor : Rachmawati