Ustadz Abdul Somad
Ustadz Abdul Somad (UAS) Sampaikan Batasan Bersolek Bagi Seorang Perempuan Muslimah
Ustadz Abdul Somad (UAS) Sampaikan Batasan Bersolek Bagi Seorang Perempuan Muslimah
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Ustadz Abdul Somad mendapat pertanyaan mengenai batasan bersolek yang wajar bagi seorang muslimah.
Sebab, menurut jamaah tersebut, kalau dirinya bersolek suaminya selalu menegur jangan bersolek jahiliyah.
Pertanyaan itu disampaikan seorang jamaah dalam sesi tanya jawab bersama Ustadz Abdul Somad di Masjid Bukit Indah, Sukajadi, Batam beberapa waktu lalu.
Menjawab hal itu, Ustadz Abdul Somad memberikan contoh.
Misalnya wajah ibu pucat. Kalau silap-silap, payah bedakan dia dengan kuntilanak.
Lalu dipakainya bedak sesuai dengan warna kulit.
Baca: Ustadz Abdul Somad & Ustaz Hanan Attaki Gotong Wanita Ini ke Ambulans, Ternyata Tak Kenal dengan UAS
Baca: Ustadz Abdul Somad Beri Penegasan Saat Unggah Foto Detik-detik Gusdur Lengser dari Kursi Presiden
"Merobah yang tak normal jadi normal boleh. Tapi yang sudah normal menjadi abnormal itu yang tak boleh," jawab Ustadz Abdul Somad.
"Bibirnya udah biasa, dipakainya (lipstik) sampai dua inci, bedak putih. Muka jadi putih, tangan itam," kata UAS.
Oleh sebab itu yang wajar-wajar saja.
"Engkau cantik bukan karena make up mu. Engkau cantek karena bekas wudhu dan tahajudmu," teras UAS.
Kecantikan batin, menurut UAS adalah kecantikan yang tidak lapuk karena hujan dan tidak akan lekang karena panas.
"Jangan besolek-solek jahiliyah. Karena sebenarnya orang yang bersolek itu adalah dimainkan setan," paparnya.
"Kusesatkan mereka, kubuatkan mereka berangan-angan berhalusinasi. Berimajinasi. Akulah yang paling cantek, akulah yang paling mancong, akulah yang paling putih, akulah yang paling," lanjut UAS.
Padahal orang melihatnya biasa saja. Oleh sebab itu maka perempuan lebih baik menutup wajahnya pakai cadar.
"Tapi kalau tak sanggup pakai cadar, pakai hijab. Wajahnya biasa-biasa saja," pungkas UAS.
Hukum Unggah Foto di Medsos
Menurut Ustadz Abdul Somad, foto tidaklah haram. Pun demikian dengan gambar yang di kertas.
Namun demikian, foto bisa menjadi haram bukan karena fotonya tapi karena posenya.
Ustadz Abdul Somad mencontohkan foto pra-wedding.
"Belum akad nikah, tapi gambarnya macam udah nikah tiga tahun," kata Ustadz Abdul Somad.
UAS memberikan saran, bagi yang nanti mau nikah dan membuat foto pra-wedding, gunakan jilbab panjang untuk perempuan.
"Kemudian foto yang dibuat tak berdekatan. Satu di sudut kiri, satu di sudut kanan. Kan bisa. Bisa dibuat pose, tak perlu pegang-pegang. Naudzubillah," kata UAS.
Ustadz Abdul Somad juga mengingatkan wanita muslimah untuk tidak mengunggah foto di akun media sosial.
"Jangan. Ramai-ramai boleh. Tapi kalau sendiri, jangan," tegasnya.
Ustadz Abdul Somad mengatakan, foto yang diunggah ke media sosial, itu bisa dirobah ke berbagai macam.
"Maaf cakap, ada software, perangkat yang maaf maaf cakap merobah dari gambar bebaju menjadi gambar yang tidak berbaju. Berdosa orang jadinya," kata UAS.
"Paling mengerikan lagi, kebetulan dia suka, berbuat dosa dia gara-gara itu. Berbuat maksiat dia. Naudzubillah," ujar UAS.
Ustadz Abdul Somad mengatakan, yang paling mengerikan lagi, diambilnya foto itu dibawanya ke dukun.
"Disantetnya. Oleh sebab itu yang punya foto-foto robah gambarnya," kata Ustadz Abdul Somad.
Hukum Wanita Berobat ke Dokter Pria
Ustadz Abdul Somad mengatakan, jika seorang perempuan sakit maka yang mengobati harus dokter perempuan.
Pun demikian juga jika pasien yang ditangani laki-laki, maka dokter yang memeriksa harus laki-laki.
Hal itu disampaikan Ustadz Abdul Somad yang bertanya, apa hukum melakukan tindakan kepada yang bukan mahrom.
"Kalau yang sakit laki-laki, dokternya perempuan, terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Ustadz Abdul Somad menjawab pertanyaan jamaah.
"Ustadz kok tahu? Saya pernah mengalami," lanjut UAS.
Ustadz Abdul Somad menceritakan pengalamannya saat sakit maagh beberapa waktu lalu.
"Tiba-tiba keluar asam lambung, maka bekeringat peluh. Kalau jalan musti pegang ke dinding. Begoyang dunia ini," kata UAS.
Dirinya kemudian dibawa ke rumah sakit.
"Entah jamaah ni mau ngerjai saya, entah, dulu waktu belum nikah. Dikasinya dokter anak gadis," cerita UAS.
Dokter tersebut kemudian mengecek kondisi Ustadz Abdul Somad.
Dipegang dokter itulah jantung (dada)nya.
Begitu keluar dari rumah sakit dirinya ditanya jemaah.
"Bagaimana perasaan pas Ustadz? Begoncang Duniani Kurasa," kata UAS disambut tawa jamaah.
UAS mengatakan, oleh sebab itu akan datang, dokter laki-laki dengan laki-laki. Dokter perempuan dengan dokter perempuan.
Menurutnya, sekarang, tak seimbang antara banyaknya dokter SPOG, spesialis kandungan dengan perempuan yang mengandung.
Karena tak seimbang banyaknya dokter perempuan dengan perempuan yang mengandung, akhirnya mau tak mau dipakailah dokter laki-laki.
"Jadi hukum asalnya dokter perempuan untuk perempuan dan dokter laki-laki untuk laki-laki," katanya.
Tapi, kalau darurat tingkat tinggi, pilihannya hanya dua antara mati atau dokter laki-laki, maka tak boleh pilih mati.
"Tak boleh pilih mati," tegas Ustadz Abdul Somad.
Solusinya, kata Ustadz Abdul Somad, masukkan anak-anak perempuan ke fakultas kedokteran.
"Supaya mereka bisa beramal, menolong pasien perempuan, muslimah," ujarnya.