Google Doodle Hari Ini Pajang Sosok Chrisye, Ini Deretan Fakta & Perjalanan Karier Sang Legendaris
Tepat di peringatan hari kelahirannya, mesin pencarian Google memperingatinya dengan menampilkan sosoknya di Google Doodle.
Google Doodle Hari Ini Pajang Sosok Chrisye, Ini Deretan Fakta & Perjalanan Karier Sang Legendaris
Meski telah tiada, karya Chrisye tak pernah lekang oleh waktu.
Karya-karya lagunya masih enak dan sering didengarkan di berbagai kesempatan.
Tepat di peringatan hari kelahirannya, mesin pencarian Google memperingatinya dengan menampilkan sosoknya di Google Doodle.

Google Doodle hari ini menampilkan mendiang Chrisye yang merupakan penyanyi dan musisi legendaris Indonesia.
Kehadiran sosok bernama lengkap Chrismansyah Rahardi di tampilan depan laman Google untuk memperingati hari kelahiran legenda musik Tanah Air itu.
Mungkin untuk generasi anak muda jaman now banyak yang tidak mengenal mendiang Chrisye.
Apalagi semasa hidupnya, sosok dan sisi kehidupannya jarang terpublikasikan.
Namun di baliknya sifat dan kehidupannya yang sederhana, Chrisye dianggap sebagai salah satu legenda musik di Tanah Air.
Hingga akhir hayat, almarhum telah menerima banyak penghargaan yang menobatkannya sebagai “Indonesian Living Legend”.
Baca: Kisah Perjalanan Hidup Chrisye, Dari Diam-Diam Bermusik Hingga Menemukan Titik Balik Dalam Hidup
Baca: VIDEO: Kabut Asap Ganggu Penerbangan di Bandara Supadio Pontianak
Baca: Summer’s Song by Villagers Duduki Peringkat Pertama, Ini Top Ten Volare Musik Barat Pekan Ini
Untuk mengenang sosoknya beberapa waktu lalu telah dirilis film biopik berjudul "Chrisye".
Film yang digarap Rizal Mantovani ini menceritakan tentang kehidupan mendiang sang penyanyi Chrisye.
Tak hanya menceritakan tentang perjalanan karirnya, film ini juga menceritakan sisi manusiawinya.
Walau demikian tak semua sisi kehidupan Chrisye diceritakan dalam film tersebut.
Apa saja sisi kehidupan mendiang penyanyi dan musisi legendaris Indonesia tersebut?
Berikut deretan fakta sosok Chrisye di Google Doodle yang tak banyak diketahui:
1. Berdarah Tionghoa
Bernama lengkap Chrismansyah Rahardi ini dilahirkan dari keluarga Tionghoa-Indonesia di Jakarta, 16 September 1949.
Sejak kecil, Chrisye telah tertarik dengan dunia musik.
Sewaktu duduk di bangku SD, Chrisye mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya.
Dia bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin.
Saat duduk di bangku SMA, Beatlemania tiba di Indonesia. Ini membuat Chrisye lebih tertarik dengan dunia musik.
Menganggapi kehendak Chrisye untuk bermain musik, ayahnya membeli sebuah gitar.
Dia memilih gitar bas, sebab dia beranggapan bahwa gitar tersebutlah yang paling mudah dipelajari.
2. Perokok Berat
Sewaktu SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok.
Pada suatu saat dia ditangkap kepala sekolah dan disuruh merokok delapan batang secara bersamaan di depan siswa-siswi lain.
Tetapi dia tetap terus merokok sehingga menjadi perokok berat.

3. Mualaf
Pada awal tahun 1981, Chrisye mendekati sekretaris Guruh Soekarnoputra, yaitu Gusti Firoza Damayanti Noor (Yanti).
Saat yakin ingin menikah dengan Yanti, ada satu yang menjadi penghalang yakni agama.
Chrisye non-muslim sementara Yanti muslim.
Soal ini, Chrisye berujar, "sebetulnya ada hal yang sudah mengusik saya, jauh sebelum bertemu Yanti. Yakni, krisis keimanan saya.
Di tengah kesibukan saya bermusik, sebetulnya saya merasakan kesepian yang misterius.
Saya seperti merindukan sesuatu yang tidak bisa saya gambarkan bentuknya.
Diam-diam saya menekuni agama Islam, hingga suatu saat saya menjadi sangat yakin. Saya ingin memeluk Islam.”
Keinginan itu ia pendam. Ia tak berani mengungkapkan, apalagi kepada orang tuanya.
"Saya pernah menangis semalaman karena memikirkan ini,” kata dia.
Susah-payah ia mengumpulkan keberanian menyampaikan ke ayahnya.
Tak ia nyana, "Papi memegang perkataannya dulu. Bahwa ia hanya dititipi anak oleh Tuhan. "Semua berpulang pada kamu’.”
Jadilah Chrisye mualaf. Pada tanggal 12 Desember 1982 Chrisye dan Yanti menikah di suatu acara bergaya adat Padang.
Kepecayaannnya pada Islam ia pegang hingga akhir hayatnya.
4. Menangis karena Surat Yaasin
Suatu saat, almarhum Chrisye sang penyanyi legendaris Indonesia minta Taufiq Ismail untuk menuliskan syair religi untuk satu lagunya.
Dan disanggupi sebulan. Ternyata, minggu pertama macet, tidak ada ide.
Minggu kedua macet, ketiga macet hingga menjelang hari terakhir masih juga tidak ada ide.
Taufiq gelisah dan berniat telpon Chrisye dan bilang, “Chris maaf, macet!”.
Namun di malam harinya, Taufiq mengaji. Ketika sampai ayat 65 surat Yaasin dia berhenti.
Makna ayat ini tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa, kata Taufiq.
Dan segera dia pindahkan pesan ayat tersebut ke dalam lirik-lirik lagu.
Ketika pita rekaman itu sudah di tangan Chrisye, terjadi hal yang tidak biasa.
Ketika berlatih di kamar, baru dua baris Chrisye menangis, mencoba lagi, menangis lagi. Dan begitu berkali-kali.
Menurut Chrisye, lirik yang dibuat adalah satu-satunya lirik paling dahsyat sepanjang karirnya.
Ada kekuatan misterius yang mencekam dan menggetarkan.
Setiap menyanyi dua baris, air mata sudah membanjir.
Yanti, istri Chrisye, sampai syok melihat hal tidak biasa tersebut.
Lirik lagu tersebut begitu merasuk kalbu dan menghadapkan kenyataan betapa manusia tidak berdaya ketika hari akhir tiba.
Sepanjang malam dia gelisah, lalu ditelponlah Taufiq dan diceritakan kegelisahannya.
Taufiq mengatakan bahwa lirik lagu tersebut diilhami surat Yaasiin: 65.
Disarankan kepada Chrisye, agar tenang.
Di studio rekaman hal itu terjadi lagi.
Chrisye mencoba, tetapi baru dua baris sudah menangis. Dan berulang kali hasilnya sama.
Erwin Gutawa yang menunggu sampai senewen.
Yanti lalu shalat untuk khusus mendoakannya.
Akhirnya dengan susah payah, Chrisye berhasil menyanyikannya hingga selesai.
Rekaman itu sekali jadi, tidak diulang karena Chrisye tak sanggup menyanyikannya lagi.
Menurut Yanti sejak itu Chrisye tidak pernah lagi meninggalkan salat dan tidak pernah sanggup menyanyikan lagu itu lagi.
5. Jual Mobil karena Kurang Biaya
Biarpun album-albumnya meledak dipasaran, Chrisye dan keluarganya masih dalam keadaan finansial yang sulit, sehingga dua kali mereka harus menjual mobil mereka.
Ini membuat Chrisye mempertimbangkan berhenti dari dunia musik, biarpun akhirnya memutuskan untuk lanjut.
6. Mulai Sakit
Pada bulan Juli 2005 dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah karena sesak nafas.
Setelah 13 hari dirawat, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, di mana dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru.
Biarpun khawatir bahwa dia akan kehilangan rambutnya yang gondrong, yang dia menganggap sebagai bagian citranya.
Dia menjalani kemoterapi enam kali, dengan perawatan pertama pada tanggal 2 Agustus 2005.
Dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada tahun 1992, Chrisye menyatakan bahwa dia jatuh sakit setiap kali merekam album, sebagai akibat tekanan untuk mempromosi album-album tersebut.
Pada 30 Maret 2007, akibat kanker paru-paru yang dideritanya Chrisye meninggal pada pukul 4:08 WIB di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan.
Dia dikebumikan di TPU Jeruk Purut hari itu juga. Ratusan orang menghadiri pemakamannya itu, termasuk Erwin Gutawa, Titiek Puspa, Ahmad Albar, Sophia Latjuba, dan Ikang Fawzi.
7. Penghargaan
Chrisye menerima banyak penghargaan selama kariernya. Pada tahun 1979 dia terpilih sebagai Penyanyi Pria I Kesayangan Angket Siaran ABRI.
Album Sabda Alam dan Aku Cinta diberi sertifikasi emas, dan Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan, dan Sendiri disertifikasi perak.
Chrisye menerima tiga BASF Awards, yang diadakan pembuat compact cassette BASF sampai pertengahan tahun 1990-an, untuk album paling laris.
Pertama diterima pada tahun 1984 untuk Sendiri.
Lalu yang kedua pada tahun 1988 untuk Jumpa Pertama dan yang terakhir pada tahun 1989 untuk Pergilah Kasih.
Dia juga menerima BASF Lifetime Achievement Award pada tahun 1994 untuk sumbangannya ke dunia musik Indonesia.
Pada tahun yang sama dia menerima penghargaan sebagai Penyanyi Rekaman Terbaik.
Pada tahun 1997 dia menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk Penyanyi Pop Pria Terbaik.
Tahun berikutnya, album Kala Cinta Menggoda menang sembilan AMI, termasuk Album Terbaik.
Chrisye sendiri menerima penghargaan sebagai Penyanyi Pop Pria Terbaik, Penyanyi Rekaman Terbaik, dan Perancang Grafis Terbaik (bersama dengan Gauri).
Pada tahun 2007, setelah sudah meninggal, Chrisye menerima penghargaan SCTV Lifetime Achievement Award pertama, yang diterima oleh putrinya Risty.
Seratus hari setelah meninggalnya Chrisye, Musica mengeluarkan dua album kompilasi.
Album ini, dengan judul Chrisye in Memoriam – Greatest Hits dan Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits, termasuk empat belas lagu per keping dari sepanjang kariernya bersama Musica.
8. Perjalanan Karier
Penyanyi Chrisye yang meninggal pada 30 Maret 2007 mulai dikenal luas pada tahun 1977 lewat lagu ”Lilin-lilin Kecil” gubahan James F Sundah.
Selama 30 tahun, ia bisa menyesuaikan diri dengan selera generasi penikmat musik pop pada era 2000-an.
Chrisye sangat luwes beradaptasi dengan zaman yang berbeda-beda. Kita tengok tahun 2004 ketika industri musik tengah diramaikan dengan lagu-lagu karya Ahmad Dhani, Eross Candra (Sheila on 7), Ariel (Peterpan), sampai Yosi (Project Pop).
Pelaku industri musik saat itu menempatkan Chrisye di tengah ”bintang-bintang” muda tersebut lewat album Senyawa. Maka, Chrisye pun bernyanyi bersama Ariel (yang saat itu vokalis band Peterpan) dalam lagu ”Menunggumu”.
Chrisye pada album Senyawa juga masuk dalam gaya Project Pop membawakan lagu ”Bur-Kat” yang terkesan main-main lengkap dengan rap- nya.
Chrisye juga pas berduet bersama Ahmad Dhani lewat lagu ”Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada”. Sekadar catatan, lagu-lagu dalam album Senyawa sangat berbeda dengan karakter lagu-lagu yang dibawakan Chrisye pada album fenomenalnya, yaitu Badai Pasti Berlalu (1977) dan Sabda Alam (1978).
Lewat Senyawa, Chrisye terbukti mampu dengan luwes melintas zaman. Sekadar catatan, saat album Sabda Alam populer, Ariel bahkan belum ia lahir 1981.
Sedangkan Eross Candra baru berusia dua tahun. Erwin Gutawa, yang banyak menggarap musik Chrisye sejak tahun 1994, menengarai sikap kesenimanan Chrisye.
Lentur Kelenturan Chrisye itu sudah tampak sejak album-album awalnya.
Tahun 1976 dia ikut bereksperimen dengan Guruh Soekarno, Keenan Nasution, dan kawan-kawan dalam album Guruh Gipsy yang menggabungkan musik rock dengan gamelan Bali.
Setahun kemudian Chrisye bersama Eros Djarot dan Jockey Suryoprayogo membuat album Badai Pasti Berlalu yang sama sekali berbeda konsep musik dengan Guruh Gipsy.
Tahun 1980, Chrisye membuat kejutan dengan berduet bersama Iis Sugianto dalam lagu ”Seindah Rembulan” gubahan Rinto Harahap. Sekadar catatan, pada masa itu Chrisye dianggap sebagai kutub yang berbeda dengan Iis/Rinto. Setidaknya jenis lagu-lagu Chrisye dikategorikan sebagai pop kreatif.
Sedangkan lagu Rinto disebut pop saja. Toh Chrisye, meminjam istilah Erwin, mampu dengan bagus mengeksekusi lagu ”Seindah Rembulan” dan populer.
Kelenturan Chrisye juga terlihat ketika produser Musica Studios menyarankan Chrisye untuk berganti penata musik.
Alkisah, setelah album Sabda Alam, Chrisye sukses dengan album Percik Pesona dan Puspa Indah Taman Hati (1979).
Kemudian Resesi, Metropolitan, dan Nona Lisa (1984). Setelah album itu, Chrisye bersedia digarap penata musik lain seperti Addie MS dan penulis lagu Adjie Soetama pada album Sendiri (1984), Aku Cinta Dia (1985), Hip Hip Hura (1985).
Dan ternyata Chrisye dengan luwes masuk ke dalam rasa musik yang berbeda dibanding album-album yang digarap penata musik sebelumnya. Begitu seterusnya ketika Chrisye digarap Younki Soewarno pada album Pergilah Kasih (1989) dan Sendiri Lagi (1993).
Erwin Gutawa Memasuki paruh kedua era 1990-an, Chrisye masih cukup kuat di belantika musik pop yang mulai diramaikan band. Kali ini datang Erwin Gutawa yang menggarap Chrisye dengan orkestra pop-nya.
Dan rupanya Chrisye nyaman-nyaman saja bernyanyi dalam balutan orkestra Erwin Gutawa di album Akustik Chrisye (1996), Kala Cinta Menggoda (1997), Badai Pasti Berlalu (1999), dan Dekade (2002). Pada album Dekade, Chrisye dengan cerdik menginterpretasi lagu bercengkok dangdut ”Pengalaman Pertama” tanpa jatuh menjadi dangdut. Lagu yang pernah dipopulerkan penyanyi dangdut A Rafiq pada 1977 tetap berasa pop di tangan Chrisye dan Erwin.
Begitu pula lagu keroncong ”Pasar Gambir” yang dibawakan Chrisye, terasa tidak terlalu keroncong. Dengan sikap terbuka dan lentur itu, Chrisye bertahan selama tiga dekade, tanpa kehilangan karakter pribadinya sebagai penyanyi. Konser ”Kidung Abadi Chrisye” yang digelar Live Action itu dirancang untuk mengajak kita menikmati kesenimanan Chrisye lewat sentuhan musik hari ini.
Sebagian artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul 7 Fakta Sosok Chrisye di Google Doodle yang Tak Banyak Diketahui, Termasuk Agama Sebelum Meninggal, dan Kompas.com dengan judul "Chrisye Melintas Zaman"