Doa Buka Puasa Asyura 10 Muharram 1441 H, Ini Keistimewaan Orang Berpuasa Menurut Ustadz Adi Hidayat
Doa Buka Puasa Asyura 10 Muharram 1441 H, Ini Keistimewaan Orang Berpuasa Menurut Ustadz Adi Hidayat
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan setiap 10 Muharram.
Puasa ini menjadi yang utama puasa di bulan Ramadhan.
Hal itu seperti disampaikan Rasulullah SAW dalam hadits berikut ini:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
"Puasa paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa bulan) Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR. Muslim)
سُئِلَ أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ وَأَىُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَ أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, "Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu dan puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan? Beliau bersabda, 'Salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat di tengah malam dan puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (yakni) Muharram'." (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)
Untuk kamu yang berpuasa hari ini, perlu diketahui bahwa tak ada perbedaan doa buka puasa baik itu yang sunnah maupun wajib.
Rasulullah SAW mengajarkan bacaan doa buka puasa yang ada dalam dua sumber berbeda.
Satu di antaranya bersumber dari hadits dhoif.
Demikian disampaikan Ustadz Abdul Somad dalam satu ceramahnya.
Berikut doa buka puasa yang bersumber dari hadits dhaif:
اللهم لك صمت، وعلى رزقك أفطرت
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu”.
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan atas rezeki-Mu aku berbuka”.
Ustadz Abdul Somad mengatakan, lafaz doa buka puasa ini memang berasal dari hadits dhoif.
"عن معاذ بن زُهْرة: أنه بلغه أن النب ي صَلَّى الََُّّ عَلَيْهِ وَسَ لَّمَ كان إذا أفْطر؛ قال: " اللهم لك صُمْت، وعلى رزقك أفطرت
Dari Mu’adz bin Zuhrah: telah sampai kepadanya bahwa ketika berbuka Rasulullah Saw mengucapkan: “Ya Allah untuk-Mu puasaku dan atas rezeki-Mu aku berbuka”.
Menurut Syekh al-Albani, sanad hadits itu dha’if mursal, status Mu’adz ini adalah seorang tabi’i majhul.
Namun Syekh Ibnu ‘Utsaimin Membolehkan Doa Yang Didha’ifkan Syekh al-Albani:
"Sesungguhnya waktu berbuka adalah waktu terkabulnya doa, karena waktu berbuka itu waktu akhir ibadah, karena biasanya manusia dalam keadaan sangat lemah ketika akan berbuka, setiap kali manusia dalam keadaan jiwa yang lemah, hati yang lembut, maka lebih dekat kepada penyerahan diri kepada Allah SWT,".
Doa buka puasa kedua, atau yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاءالله
“Dzahaba azh-Zhama’u wabtallati al-‘Uruqu wa"
“Dahaga telah pergi, urat-urat telah basah dan balasan telah ditetapkan insya Allah"
Ustadz Somad mengatakan, kedua doa berpuka puasa itu boleh dipakai.
Hal itu seperti disampaikan Syekh Ibnu Utsaimin ulama Saudi Arabia.
Doa buka puasa dibaca saat kita sudah mendengar azan Maghrib atau memang masuk waktu Maghrib.
Doa berbuka puasa, ada dua versi yang sering kita dengar.
Pertama seperti di bawah ini:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
"Allaahummalakasumtu wabika amantu wa'aa rizkika aftortu birohmatika yaa arhamarra himiin"
Artinya :
"Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa) dengan rahmat-Mu Ya Allah Tuhan Maha Pengasih"
Selanjutnya ada juga yang menggunakan doa berikut:
ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ
'Dzahaba-zh Zama’u, Wabtalati-l ‘Uruuqu wa Tsabata-l Ajru, Insyaa Allah'
"Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah diraih pahala, insya Allah (jika Allah menghendaki)."
Keistimewaan Orang Puasa
Ustadz Adi Hidayat dalam satu ceramahnya mengungkapkan, orang yang biasa berpuasa punya dua keistimewaan.
Pertama, orang puasa sering meningkatkan amal soleh.
"Anda misalnya sedang puasa. Pasti amal soleh anda meningkat," kata Ustadz Adi Hidayat.
Biasa hanya melaksanakan solat fardhu, lalu saat puasa ditambah dengan solat sunnah.
"Kalau nggak solat sunnah bisa gelisah. Tiba-tiba rajin baca Quran. Tiba-tiba pengen infak. Tiba-tiba meningkat amal soleh, amal soleh," kata Ustadz Adi Hidayat.
Kedua, orang puasa itu umumnya punya kesanggupan dan kekuatan untuk menahan maksiat.
"Nggak ada orang puasa maksiat. Karena minimal takut batal puasanya," kata Ustadz Adi Hidayat.
"Silakan cek, apa ada orang puasa mencuri? Tidak. Apa ada orang puasa mau dusta? Tidak," lanjut UAH.
Bahkan saat seorang yang puasa sedang sendirian, punya potensi untuk menyimpang, dia tahan.
"Karena khawatir minimal takut batal puasanya," ungkap Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat menceritakan, suatu waktu, buka puasa sesuai jadwal jam enam sore.
Jam enam kurang seperempat ada orang diprovokasi.
"Orang puasa diprovokasi orang lain. Dimarahin, dicela, dihina, habis satu buku. Apakah marah? Tidak. Apakah membalas? Tidak.
Temannya heran lalu bertanya, kamu nggak biasanya begini. Kenapa nggak dibalas?
"Entar habis Maghrib. Tapi habis Maghrib tidak dibalas, lupa, dah selesai. Dari pada pahala saya hilang," cerita UAH.