UPDATE & Lengkap Kisah Horor KKN Desa Penari! Penulis Secara Tak Langsung Ungkap Lokasi Desa Penari

Berikut bunyi konfirmasi lengkap dari penulis kisah KKN di Desa Penari, SimpleMan: Sepertinya. Akhir-akhir ini ada yg viral ya?

Editor: Marlen Sitinjak
Twitter/@SimpleM81378523
UPDATE & Lengkap Kisah Horor KKN Desa Penari! Penulis Secara Tak Langsung Ungkap Lokasi Desa Penari. 

UPDATE & Lengkap Kisah Horor KKN Desa Penari! Penulis Secara Tak Langsung Ungkap Lokasi Desa Penari

Kisah KKN di Desa Penari semakin menjadi viral di media sosial. Berikut cerita lengkap kisah horor yang hebohkan media masa.

Kisah horor yang dibagikan pengguna akun Twitter SimpleMan menjadi perbincangan publik.

Meski akun SimpleMan kerap menuliskan kisah horor yang dia miliki, tapi satu cerita horor kali ini menyeret perhatian khayalak publik lebih besar.

Kisah "KKN di Desa Penari" menarik perhatian publik setelah cerita tersebut berakhir kematian dua mahasiswa yang terlibat.

Bukan hanya itu, cuitan yang ditulis selama 11 hari itu juga menunjukkan teka-teki daerah yang ada di Pulau Jawa.

Akun tersebut menjelaskan kejadian yang dituliskannya berdasarkan kisah nyata mahasiswa KKN di sebuah desa terpencil yang disebutnya Desa Penari.

Penulis menyebutkan meski berdasarkan kisah nyata, tapi ia tak mau menyebut lokasi dimana kejadian tersebut.

Begitu juga nama-nama mahasiswa KKN yang disamarkannya.

Diceritakan ada 6 mahasiswa yang berasal dari sebuah perguruan tinggi di Kota S melakukan KKN di sebuah daerah terpencil yang berada di kawasan timur Provinsi Jawa Timur di akhir tahun 2009.

Dialog dalam cerita tersebut yakni Bahasa Jawa selain itu penulis juga menyertakan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

Enam mahasiswa angkatan 2005/2006 tersebut yakni Widya, Nur, Ayu, Bima, Wahyu, dan Anton.

Kota S diyakini oleh netizen yakni adalah Surabaya.

Simpang siur akan informasi lokasi yang beredar di linimasa, akun SimpleMan kemudian memberikan konfirmasi terkait cerita KKN di Desa Penari pada 26 Agustus 2019 lalu.

Singkatnya, akun SimpleMan menjelaskan jika cerita tersebut adalah cerita dari teman ibunya.

Baca: MENGUNGKAP Misteri Kisah Horor KKN di Desa Penari, Deretan Fakta: Lokasi Persis Desa Penari

Setelah dibahas, SimpleMan membungkus cerita tersebut menjadi narasi yang panjang dan nyaman untuk dibaca.

SimpleMan juga menegaskan jika dirinya merasa bersalah telah membahas atau membuat teka-teki lokasi Desa Penari tersebut.

Akun SimpleMan berharap jika rahasia dan teka-teki dalam cerita biarlah menjadi rahasia.

Bahkan foto yang sempat dia unggah bukan berarti foto lokasi sebenarnya.

Melalui akun Twitter yang sama, penulis pun secara tidak langsung mengungkap lokasi Desa Penari melalui komentar netizen.

"Maka sudah bukan menjadi hak milik saya lagi, sudah banyak ratusan atau ribuan kepala yg akan mencoba memecahkan rujukan tempat ini, dari sekian komentar, ada yg ngawur, ada yg asal ngomong, ada yg mendekati dan bahkan, ada yg benar-benar tepat lokasinya." tulisnya.

Cerita KKN di Desa Penari dibagi menjadi dua cerita, versi Widya dan versi Nur.

Simak cerita lengkap KKN di Desa Penari pada link berikut ini.

Versi Widya >>>>

Versi Nur >>>>>>

Berikut bunyi konfirmasi lengkap dari penulis kisah KKN di Desa Penari, SimpleMan:

Sepertinya. Akhir-akhir ini ada yg viral ya?

Ya sudahlah, sebenarnya saya tidak mau menulis ini, tapi sepertinya harus ya, biar apa yg sebelumnya saya bagi ini tidak disalahgunakan oleh orang tidak bertanggung jawab.

sekaligus unek-unek saya saja, selama mengamati apa yg viral itu, bila memang ada hubungannya dengan tulisan saya.

Sebelumnya saya meminta maaf pada semua yg membaca tulisan ini, bila mungkin ada yg tersinggung atau tidak suka, yg saya bicarakan adalah cerita KKN di desa penari, yg rupannya, banyak menarik perhatian banyak sekali orang.

Pertama,

saya menulis ini berdasarkan pengalaman orang, melabelinnya dengan tulisan “Kisah nyata” yg sekarang menjadi perdebadan banyak orang. Oke, saya jelaskan satu-satu ya.

cerita ini adalah cerita teman ibu saya, yg kebetulan saya curi dengar saat sdg bicara sama ibu, kemudian, saya tertarik dan lanjut ke obrolan, apakah beliau bersedia menceritakannya kepada saya, tanpa menjelaskan apa boleh cerita ini saya tulis terlebih dulu.

meski awalnya beliau keberatan, setelah saya bujuk akhirnya beliau mau.

setelah itu beliau mulai cerita.

lalu saya utarakan, apakah ini boleh atau tidak saya publikasikan dalam bentuk narasi cerita tanpa mengurangi pengalaman beliau, semacam menceritakan ulang semua kejadian.

syukurlah, beliau mau, jadi bila ada yg mengatakan ini fiktif atau fiksi, saya gak akan marah, karena dalam penceritaan ulang ini, saya merubah banyak elemen, seperti, dalam pelaksanaan KKN ini seharusnya ada 14 orang, dimana 6 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki

lalu, prosedur pelaksanaan KKN, kenapa seakan kok ngaco, well, saya sempat mempertanyakan ini, jawaban beliau, simple, KKN ini adalah KKN profesi. sampai disini, saya tidak tanya-tanya lagi.

Kedua, saat cerita ini pertama kali saya posting, saya menulis banyak sekali informasi tempat pelaksanaan, meski hal itu sudah saya sensor sedemikian rupa dan tentu saja ada beberapa bagian yg sengaja saya buat salah, meskipun saya tahu, akan banyak sekali orang yg penasaran.

orang2 mulai menjadi detektif dadakan, oke, ini kesalahan saya yg mungkin sangat fatal, dimana saya salah menanggapi narasumber, bahwa kesemuanya bila perlu, disamarkan saja, atau tidak usah ditulis untuk menghindari hal-hal yg tidak diinginkan.

malah, awalnya narasumber berpesan, cerita ini tidak usah dipublikasikan saja, dan untuk pembelajaran pribadi, semacam pengingat bahwa dimanapun saya berada, tolong, junjung tinggi tata krama, tapi, saya ngeyel, saya berpikir, pesan beliau ini kenapa tidak disampaikan ke khalayak

karena toh ada pelajaran yg bisa diambil dari cerita ini. itu, yg membuat saya tetap nekat meminta ijin agar cerita ini tetap diterbitkan tanpa keinginan cerita ini akan menjadi viral. serius, saya gak mikir ini sebelumnya.

disini, saya banyak sekali membaca komentar yg merujuk pada lokasi, mohon maaf, saya sudah susah mencoba membuat semuanya samar, kemudian tetap saja dipublikasikan rujukan tempatnya, ya sudah, saya yg salah juga, saya lupa, bila semua sudah dilemparkan ke ranah publik-

maka sudah bukan menjadi hak milik saya lagi, sudah banyak ratusan atau ribuan kepala yg akan mencoba memecahkan rujukan tempat ini, dari sekian komentar, ada yg ngawur, ada yg asal ngomong, ada yg mendekati dan bahkan, ada yg benar-benar tepat lokasinya.

tetapi, saya tidak akan mengatakan ini lebih jauh atau membongkar tempatnya. jadi buat yg mungkin merasa sudah tahu, sudah, diam saja ya, kita bisa saling menghormati kan seperti saya menghormati warga desa disana yg saya yakin, semuanya orang baik.

foto ini adalah foto rowo bayu yang sebenarnya bukan tempat yg saya ceritakan. bukan.

foto ini saya ambil dari google atas saran narasumber yg ingin menggambarkan Petilasan yg beliau ceritakan yg menyerupai rowo bayu ini, karena narsum pernah juga ketempat ini.

Terakhir, saya sudah baca banyak sekali beragam komentar dan argument tentang cerita ini di luar platform twitter, aduh, saya tidak menyangka sebelumnya bila ini malah jadi ajang buat berantem demi argument masing-masing, saya jadi merasa tidak enak.

cerita yang awalnya saya tulis agar bisa mendapat kandungan pelajaran didalamnya malah jadi ajang debad dan baku hantam di komentar.

saya buat akun ini awalnya untuk menceritakan pengalaman-pengalaman saya yang bersinggungan dengan hal-hal yg diluar nalar saat masih kecil, kemudian, lanjut, dengan menceritakan pengalaman teman-teman dekat sampai orang yg saya kenal. semua itu, murni hanya untuk berbagi.

namun, bila disalah artikan seperti ini, saya jadi ikut merasa sedih. mungkin saya yg kurang bisa menyampaikan poin kandungan ceritanya, jadi tolong dimaafkan ya.

jadi akan saya tegaskan lagi, untuk siapapun yg membaca ini, semua yg saya tulis disini, yg bukan berasal dari pengalaman saya, adalah penceritaan ulang agar pembaca bisa menikmati dan tahu apa yg beliau alami, dari, apa yg saya dengar saat narsum bercerita.

kemudian bila ini dikatakan fiktif atau semacamnya, saya lebih suka seperti itu dan mungkin lebih baik seperti itu saja, biar saya bisa lebih bebas dalam menulis wes, gitu saja. Hehe.

Untuk yg membagi-bagikan cerita ini diluar platform twitter, saya tidak marah, sebaliknya, saya justru seneng, berterimakasih malah, karena pesan yg saya coba sampaikan lewat cerita ini bisa sampai, dibaca dan dilihat lebih banyak orang.

toh alasan pertama saya angkat cerita ini karena ada hikmah yg bisa menjadi pelajaran bagi semua orang. Ya kan,

Urusan percaya dan tidak percaya, semua kembali kepada yg membaca, karena saya gak bisa memakasakan kehendak semua orang kan.

Untuk yg menyebarkan foto ngawur diluar sana, tolonglah, jangan!! toh foto yg kalian sebar tidak ada hubungannya sama cerita ini, saya benar-benar merasa tidak enak, dimana kalau saya ketemu beliau jadi tidak nyaman. Mohon kebijaksanaannya ya kawan-kawan semua.

Segitu saja sih unek-unek saya hari ini, dan saya akan tetap menulis cerita dari pengalaman orang yg mau berbagi cerita dengan gaya penceritaan ulang yg saya buat, urusan mau diterima atau tidak, saya kembalikan saja kepada pembaca. gitu saja ya.

toh. Yg baca juga pastinya bisa menilai, bahwa keseluruhan cerita saya ada yg mungkin ditambahi atau dikurangi, untuk satu tujuan, HIBURAN. Ya, sebatas hiburan saja, jadi kalau ada yg berdebad karena hiburan ya, saya, no comment.

Sudah ya debadnya, yok lanjot kerja saja,

Seperti prinsip pertama saat buat akun ini, tertulis jelas di bio saya, “Life is simple, stop making it complicated”

Nanti, ayuk lah lanjut ceritanya, sudah terlalu lama saya menyibukkan diri kayanya. hehe

Dan berikut ini adalah tiga hutan yang kemungkinan tempat peristiwa tersebut terjadi.

1. Alas Purwo

Taman Nasional Alas Purwo (TN Alas Purwo) berlokasi di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Alas Purwo juga merupakan wilayah Taman Nasional Alas Purwo yakni taman nasional yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia

Hutan ini berada di ujung timur Pulau Jawa, luasnya 43.420 Ha.

Banyak yang menyebut, Alas Purwo konon merupakan kerajaan jin, tempat di mana semua makhluk halus berkumpul.

Beberapa situs menuliskan, jika sekali tersesat di dalamnya, maka dijamin tidak akan pernah bisa keluar lagi.

Kalau pun berhasil, maka hidupnya akan penuh sial.

Menariknya, Alas Purwo juga pernah dikaitkan dengan nama Presiden Sukarno.

Soekarno disebut-sebut pernah menghabiskan waktunya untuk bersemedi di sebuah gua di sana. Namun, kabar ini tak pernah terverifikasi.

2. Alas Gumitir

Gunung Gumitir merupakan sebuah gunung di perbatasan Kabupaten Jember dengan Kabupaten Banyuwangi.

Lokasinya di Kecamatan Silo dan Kecamatan Kalibaru.

Wikipedia menuliskan gunung ini terkadang juga disebut dengan nama Gunung Mrawan.

Ada catatan bahwa sejak zaman dulu, jalan raya di Gunung Gumitir telah menjadi jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.

Gunung Gumitir dipilih sebagai jalur penghubung, karena memiliki ketinggian paling rendah di antara deretan pegunungan yang lain, dari Gunung Raung (utara) hingga Gunung Kidul (selatan).

Asal mula kata Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan.

Di Bali, bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen (canang sari). Dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.

Legenda yang beredar di masyarakat Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah Damar Wulan.

Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan.

Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo.

Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.

Menariknya, pada masa penjajahan Jepang, serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir.

Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari Watu Gudang, terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.

3. Alas Dadapan

Masih menurut catatan di wikipedia, wilayah Desa Dadapan didominasi lahan pertanian.

Di dekat perkampungan, bagian barat jalan raya, terdapat gudang-gudang bekas pabrik yang tidak berfungsi menyusul dinonaktifkannya Jalur Kereta Api Kabat-Banyuwangi Lama.

Di wilayah bekas rel ini juga masih terdapat bangunan Stasiun Dadapan yang kini beralih fungsi menjadi rumah warga.

Perkampungan warga Desa Dadapan terletak pada susunan gang-gang kecil yang terhubung satu sama lain.

Namun selain itu, terdapat satu jalan yang cukup besar yang digunakan untuk menuju ke Desa Pondoknongko dan Desa Sukojati.

Selain itu, di perbatasan menjelang Desa Kedayunan terdapat banyak perumahan dan sebuah rest area bernama Istana Gandrung. (*)

Sebagian artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul VIRAL Kisah KKN Horor di Desa Penari yang Diduga di Banyuwangi, 2 Mahasiswa Surabaya Tewas dan Konfirmasi Lengkap Penulis Kisah KKN di Desa Penari Soal Sumber Cerita & Lokasi, Ini Pengakuannya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved