Kebakaran Lahan Capai 465 Hektare, Perusahaan Perkebunan Sawit Alami Kerugian Besar

Sementara untuk kerugian diperkirakan satu hektare sekitar Rp 50juta. Usia sawit tahun tanam 2013,

Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ NUR IMAM SATRIA
Bupati Ketapang, Martin Rantan beserta Forkopimda  saat melakukan monitoring pasca kebakaran di Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, Selasa (27/08). 

Kebakaran Lahan Capai 465 Hektare, Perusahaan Perkebunan Sawit Alami Kerugian Besar

KETAPANG - Akibat terjadinya kebakaran lahan khususnya di daerah Desa Sungai Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang, ternyata berdampak juga kepada perusahaan perkebunan yang berada di wilayah sekitar, satu diantaranya PT. Arrtu Energie Resource.

Saat ditemui dilokasi, Area Manajer PT. Arrtu Energie Resources, Suhaimi, mengaku pihaknya mengalami kerugian yang sangat besar akibat kebakaran tersebut.

Menurutnya, kebakaran tersebut tidak hanya terjadi di lahan milik masyarakat, namun juga merembet ke lahan milik perusahaan.

Baca: Personel Polsek Air Besar Pimpin Patroli Terpadu Penanggulangan Karhutla

Baca: Bupati Martin Rantan: Pelaksanaan TMMD Berikan Nilai Positif Bagi Pembangunan di Ketapang

“Api masuk pada 15 Agustus kemarin. Saat ini api sudah mati karena dua hari ini turun hujan. Saat ini tinggal asap. Ada 12 mesin diturunkan untuk benar-benar memadamkan api,” kata Suhaimi, Selasa (27/08/2019).

Suhaimi menjelaskan, sebelum masuk ke areal perusahaan, ada lima titik api yang terlihat di luar konsesi. Api tersebut muncul dari setiap penjuru yang kemudian masuk ke lahan milik perusahaan.

“Sudah dihalang menggunakan alat, tapi karena api sangat besar akhirnya kewalahan dan akhirnya masuk ke lahan perusahaan,” jelasnya.

Akibat kebakaran tersebut, seluas 465 hektare milik perusahaan hangus terbakar. Hampir 400 hektare lahan sudah ditanami kelapa sawit.

"Sementara untuk kerugian diperkirakan satu hektare sekitar Rp 50juta. Usia sawit tahun tanam 2013,” paparnya.

Suhaimi mengungkapkan, kebakaran tahun ini paling parah. Karena waktu terjadi kebakaran tidak hanya satu titik, melainkan dari lima titik. Sehingga kebakaran terjadi begitu hebat. Petugas pun kewalahan memadamkan api. Ditambah lagi tidak ada air di tempat-tempat yang telah disediakan.

“Embung air ada, cuma mobilisasi menggunakan tangki cukup lama, kalah dengan kecepatan api. Kedepannya akan lebih siap dengan sarana dan prasarana menghadapi karhutla,” pungkasnya. 

Tribun Pontianak Berbagi Berita Terkini, Viral dan Menarik di Whatsapp Via Link Ini: Klik===> Tribun Pontianak Update 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved