Citizen Reporter

Mendikbud: Literasi Lebih dari Sekadar Membaca Buku

Mendikbud berharap agar program literasi yang dijalankan dapat tertanam dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Mendikbut di agenda diskusi kelompok terpumpun (DKT) Gerakan Literasi Nasional (GLN) Tahun 2019 

Mendikbud: Literasi Lebih dari Sekadar Membaca Buku

Citizen Reporter
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PONTIANAK - Dalam diskusi kelompok terpumpun (DKT) Gerakan Literasi Nasional (GLN) Tahun 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa ruh dari semua gerakan pendidikan adalah literasi.

Guru Besar Universitas Negeri Malang itu mengingatkan agar makna literasi jangan direduksi sekadar membaca buku saja.

"Padahal literasi itu tidak hanya membaca buku saja. Melalui membaca itu kemudian seseorang memiliki perspektif baru. Kemudian dia juga membuat karya. Proses itu terjadi terus menerus sepanjang hayat," diungkapkan Menteri Muhadjir Effendy di depan para peserta Diskusi Kelompok Terpumpun GLN Tahun 2019 di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu (22/8/2019).

Mendikbud berharap agar program literasi yang dijalankan dapat tertanam dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

"Bagaimana menanamkan sikap positif gemar membaca, gemar menulis, gemar berimajinasi itu yang harus kita dorong. Terutama termasuk para guru, tutor, bahkan kepada para tokoh masyarakat menyadarkan mereka tentang betapa pentingnya literasi itu," ungkap Muhadjir.

Baca: Kemendikbud Tetapkan 267 Warisan Budaya Tak Benda Tahun 2019

Baca: Kemendikbud Tetapkan Alat Musik Senggayong Khas Kayong Utara Warisan Budaya Tak Benda Nasional

Guru hendaknya dapat membimbing dan merangsang siswa untuk berkreasi dari referensi yang dibacanya. Tidak sekadar mewajibkan untuk membaca buku saja, tetapi memantik diskusi sehat yang melatih daya kritis dan kemampuan berkomunikasi.

"Gerakan literasi itu harus bisa merangsang anak untuk berimajinasi terhadap apa yang dia baca. Kemudian dia mengekspresikan mengenai apa yang dia baca. Kemudian dia bisa membuat karya yang lain dari apa yang sudah dibacanya tadi," jelas Muhadjir.

"Sekarang anak-anak bisa mendapatkan informasi, pengetahuan dari mana saja. Dari internet, makanya guru jangan terpaku literasi itu membaca buku saja," tambah Mendikbud.

Baca: 62 Finalis Duta Bahasa Lakukan Audiensi Dengan Kemendikbud, Duta Akan Jadi Penutur Asing

Baca: Meriahkan Hari Kemerdekaan, Kemendikbud Gelar Lomba Foto Berhadiah Jutaan Rupiah

Pada peta jalan GLN 2016—2019, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan enam literasi dasar yang wajib dikembangkan melalui tripusat pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat).

Di antaranya literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Diskusi yang diselenggarakan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan ini bertujuan untuk membangun sinergi dalam mengembangkan dan memperkuat Gerakan Literasi Nasional di Indonesia yang dilakukan oleh berbagai kementerian dan lembaga serta masyarakat.

Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Dadang Sunendar berharap diskusi dapat merumuskan rekomendasi agenda bersama lintas kementerian dan lembaga serta masyarakat dalam rangka penguatan kerja sama, pemberdayaan pegiat literasi dan fasilitasi kegiatan GLN.

Terdapat lima tema dalam DKT GLN Tahun 2019, yaitu: Peta Jalan GLN Tahun 2019—2024, Rancangan pembuatan Peraturan Presiden (Perpres)/Instruksi Presiden (Inpres) tentang GLN, Praktik/Aksi Baik GLN, Literasi Digital, dan Literasi Numerasi.

"Mendatang, kita akan coba fokus pada dua literasi, yaitu literasi digital dan literasi numerasi," kata Dadang Sunendar

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved